5 Gangguan Kognitif akibat Kurang Tidur, Perbaiki Pola Tidurmu

Kurang tidur memengaruhi kognitif secara negatif

Dalam kehidupan modern, memiliki pola tidur yang tetap tanpa tekanan pekerjaan dan kesibukan lainnya bisa menjadi sebuah tantangan.

Menumpuknya pekerjaan, mendapat email atau pesan terkait pekerjaan di luar jam kerja bahkan pada larut malam, ditambah tuntutan dari atasan membuat kamu sulit tidur, menyebabkan kurang tidur.

Faktanya, kurang tidur dapat merusak sistem tubuh. Pasalnya, saat tidur tubuh mengembalikan fungsi-fungsi organ sebagaimana mestinya melalui proses regenerasi sel-sel tubuh yang rusak dan mati.

Sesekali kurang tidur mungkin tidak berdampak besar bagi kesehatan. Namun, kalau sampai terjadi terus-menerus, ini bisa memberikan efek negatif pada kesehatan yang lebih serius, bahkan bisa saja sampai mengancam jiwa.

Kurang tidur satu malam dampaknya bisa berupa lemas, mengantuk sepanjang hari, kelelahan, hingga sakit kepala. Namun, kalau kamu kurang tidur hampir setiap hari, dampaknya bisa lebih merusak, seperti gangguan fisik, emosi, dan kognitif.

Jika kekurangan tidur sudah mengganggu kognitif, beberapa kondisi ini bisa kamu alami.

1. Penderita sleepwalking memiliki gejala insomnia yang lebih tinggi

5 Gangguan Kognitif akibat Kurang Tidur, Perbaiki Pola Tidurmuilustrasi tidur berjalan atau sleepwalking (pixabay.com/Engin_Akyurt)

Tidur berjalan atau sleepwalking terjadi pada tahap deep sleep, yaitu ketika seseorang berada antara keadaan sadar dan tidur.

Umumnya, sleepwalking lebih banyak terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa atau terjadi pada individu dengan kondisi kurang tidur, rentan terbangun berulang kali pada malam hari, dilansir Sleep Foundation.  

Berdasarkan penelitian, penderita sleepwalking memiliki level kantuk berlebihan pada siang hari dan gejala insomnia yang lebih tinggi. Belum diketahui apakah masalah ini muncul karena gangguan dari sleepwalking itu sendiri atau ada faktor lain yang mendasari.

Gejala insomnia pada pasien sleepwalking telah terbukti, berdasarkan penelitian yang melibatkan para relawan yang pola tidurnya dimonitor sepanjang malam, seperti dijelaskan dalam laman ScienceDaily.

Penelitian tersebut mengungkapkan, pasien sleepwalking yang mengalami ketidakmampuan mempertahankan gelombang lambat pada tahap deep sleep juga kesulitan dalam masa transisi dari tahap deep sleep ke tahap tidur berikutnya atau sepenuhnya terjaga.

2. Gangguan tidur bisa merupakan gejala awal demensia

5 Gangguan Kognitif akibat Kurang Tidur, Perbaiki Pola Tidurmuilustrasi demensia (pixabay.com/Geralt)

Demensia adalah istilah umum untuk hilangnya ingatan, bahasa, pemecahan masalah, dan kemampuan berpikir lainnya yang cukup parah sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari. Penyakit Alzheimer adalah penyebab paling umum dari demensia.

Demensia umum dialami pada usia lanjut, tetapi tak menutup kemungkinan bisa terjadi pada individu yang lebih muda.

Demensia setidaknya ditandai dengan penurunan kemampuan mengingat. Gangguan pada otak ini bisa beragam kondisinya, tergantung area otak yang terdampak. Namun, pada umumnya demensia disebabkan oleh berkurangnya aliran darah dalam otak yang penyebabnya bisa beragam, mulai dari penyakit hingga pola hidup tidak sehat.

Mengutip dari WebMD, penelitian menunjukkan bahwa gangguan tidur merupakan gejala awal demensia dan gejala ini barangkali sudah muncul beberapa tahun sebelum individu didiagnosis penyakit Alzheimer.

Namun, para ahli belum begitu yakin, mana yang datang duluan, gangguan tidur atau demensia, sebab keduanya saling memengaruhi satu sama lain.

Penelitian juga menunjukkan kemungkinan besar seseorang mengalami demensia jika menderita insomnia primer, yaitu insomnia yang tidak disebabkan oleh hal lain, seperti depresi atau penggunaan narkoba.

Penelitian mengungkapkan korelasi antara demensia dan lamanya waktu tidur: 

  • Tidur kurang dari 7 jam berpotensi meningkatkan level beta-amyloid dan tau, protein yang terkait dengan penyakit Alzheimer. Insomnia juga mengganggu slow wave yang muncul sebagai gelombang lambat saat tidur yang kemudian berdampak pada pembelajaran dan memori.
  • Tidur lebih dari 8 jam juga meningkatkan kemungkinan menderita demensia, tetapi masih belum jelas alasannya. Namun demikian, individu memerlukan tidur lebih lama jika menderita kondisi kesehatan tertentu, misalnya sleep apnea atau depresi.

3. Berhalusinasi gejala umum kurang tidur

5 Gangguan Kognitif akibat Kurang Tidur, Perbaiki Pola Tidurmuilustrasi halusinasi (pixabay.com/ELG21)

Halusinasi bisa menjadi salah satu gejala umum kurang tidur. Sekitar 80 persen orang mengalami halusinasi setelah intens kurang tidur.

Maksudnya, mereka hanya tidur beberapa jam dalam satu malam hingga berlanjut ke beberapa malam tanpa tidur. Sebagian besar dari mereka berhalusinasi visual, dilansir Verywell Health.

 

Masih dilansir laman verywell health, tips agar terhindar dari gangguan tidur, sebagai berikut ini: 

  • Latihan olahraga secara teratur dan ikuti diet sehat.
  • Relaksasi setiap malam secara teratur.
  • Mengembangkan rangkaian kegiatan untuk tidur lebih berkualitas dengan menghindari minum kopi, alkohol, nikotin sebelum tidur, makan tiga jam sebelum tidur dan menciptakan lingkungan kamar yang tenang.
  • Konsultasi dengan penyedia layanan kesehatan jika semua usaha yang diupayakan tidak berhasil.

Baca Juga: 7 Manfaat Tidur dengan Bantal di Antara Kaki, Wajib Coba!

4. Gangguan tidur lazim terjadi pada pasien Parkinson

5 Gangguan Kognitif akibat Kurang Tidur, Perbaiki Pola Tidurmuilustrasi lansia (pixabay.com/Natalye2409)

Gangguan tidur lazim terjadi pada pasien penyakit Parkinson. Bahkan, kecenderungan gangguan tidur pada pasien penyakit Parkinson mencapai 50 hingga 81 persen (Missouri Medicine, 2017).

Gangguan tidur pada pasien penyakit Parkinson antara lain insomnia, sindrom kaki gelisah, dan gangguan perilaku tidur REM. Beberapa di antaranya dapat berdampak signifikan dan menurunkan kualitas hidup pasien.

Insomnia pada pasien penyakit Parkinson umumnya terjadi karena alasan yang beragam, misalnya sindrom kaki gelisah, nokturia, gangguan mood, depresi, hingga gangguan akibat nyeri.

5. Kurang tidur berdampak pada kurangnya kewaspadaan dan konsentrasi

5 Gangguan Kognitif akibat Kurang Tidur, Perbaiki Pola Tidurmuilustrasi kurang tidur (pixabay.com/Sammy-Sander)

Menurut WebMD, berdasarkan penelitian, kurang tidur berdampak pada kurangnya kewaspadaan dan konsentrasi.

Jika kamu tidak dapat berkonsentrasi dan fokus, maka informasi yang masuk tidak akan tersimpan dalam memori jangka pendek dan memori jangka panjang atau dengan kata lain melemahkan memori. Pasalnya, saat tidur koneksi saraf yang membentuk ingatan diperkuat.

Memori sangat penting dalam pembelajaran. Oleh karenanya, kurang tidur akan menghambat kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang memerlukan penalaran logis atau pemikiran kompleks. 

Kurang tidur juga mengganggu penilaian, sehingga membuat kamu kesulitan membuat keputusan karena tidak bisa menilai situasi dengan baik dan memilih perilaku yang tepat. Tentu saja ini berbahaya jika dihadapkan pada situasi genting yang membutuhkan keputusan dan respons cepat.

Dalam sebuah penelitian tahun 2009 oleh para peneliti dari Universitas Texas di Amerika Serikat yang dilakukan terhadap taruna di Akademi Militer Amerika Serikat, ditemukan bahwa kurang tidur menghambat integrasi informasi.

Padahal, ini adalah fungsi pikiran yang sangat bergantung pada pengambilan keputusan cepat dalam hitungan detik, firasat, atau intuisi. Para peneliti mencatat bahwa hal ini dapat menjadi kekhawatiran khusus bagi profesi-profesi tertentu seperti petugas pemadam kebakaran, polisi, tentara, dan orang lain yang sering kurang tidur saat bekerja.

Kurang tidur sesekali mungkin tidak berbahaya. Namun, jika kurang tidur kamu alami setiap hari, maka dampaknya akan memengaruhi kesehatan fisik, emosi, dan fungsi kognitif. Sebab, melalui tidur sel-sel tubuh yang rusak diperbaiki, maka melewatkan tidur atau kurang tidur akan melewatkan proses regenerasi sel-sel tubuh. 

Cara paling mudah mengetahui apakah kamu cukup tidur atau tidak adalah dengan peka terhadap apa yang dirasakan oleh tubuh. Misalnya, tidak mengantuk setelah bangun tidur, merasa berenergi sepanjang hari, merasa rileks mendekati waktu tidur malam, produktif, tidak mengalami masalah kognitif seperti sering lupa, tidak fokus, dan sulit konsentrasi.

Baca Juga: Perempuan Kurang Tidur, Risiko Penyakit Jantung Naik 75 Persen

Sari rachmah hidayat Photo Verified Writer Sari rachmah hidayat

pecinta alam

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya