unsplash.com/Austin Distel
Melansir Good Therapy, efek Zeigarnik dicetuskan sesuai nama tokoh pendirinya, yakni seorang psikolog bernama Bluma Wulfovna Zeigarnik pada tahun 1920-an.
Kala itu, dirinya tengah menikmati makanan di sebuah restoran dan memperhatikan kinerja pelayan yang mampu melacak pesanan rumit dan belum dibayar. Zeigarnik yang penasaran kemudian memutuskan untuk mempelajari fenomena tersebut melalui serangkaian eksperimen.
Melalui eksperimen yang dilakukannya, Zeigarnik melibatkan 138 anak-anak untuk menyelesaikan rangkaian tugas sederhana, teka-teki, serta persoalan matematika. Dirinya mengizinkan partisipan menyelesaikan setengah dari tugas tersebut dan menyela tugas yang tersisa.
Zeigarnik menyelidiki penarikan setelah penundaan tugas selama kurang lebih satu jam. Hasilnya, ditemukan sebanyak 110 dari 138 anak-anak memiliki ingatan yang lebih baik untuk memikirkan tugas yang belum terselesaikan.
Sementara itu, dalam eksperimen yang melibatkan orang dewasa menunjukkan bahwa partisipan mampu mengingat tugas yang belum selesai sebanyak 90 persen lebih baik daripada tugas yang sudah terselesaikan.
Beberapa teori menyebutkan jika ketegangan kognitif cenderung muncul akibat tuntutan tugas yang belum selesai dan kebutuhan untuk mengingat tugas. Ketika individu sudah menyelesaikan tugasnya, maka ketegangan internal tersebut perlahan menghilang.