Jangan Terjebak! Ini 7 Tanda Toxic Positivity Menurut Ahli 

Empati atau toxic positivity?

Dalam hidup ini seseorang pasti pernah mengalami hal yang menyedihkan. Kita tidak bisa selalu berada dalam kondisi bahagia setiap waktu. Emosi seseorang bisa berubah, sedih, marah, kecewa, jijik, khawatir dan senang merupakan emosi yang normal. Menurut psikologi semua perasaan tersebut mempunyai fungsinya masing-masing sehingga tak perlu untuk menyangkal perasaan sedih dan berpura-pura bahagia.

Jika kamu merasa tertekan agar selalu terlihat bahagia maka bisa jadi kamu sedang mengalami toxic positivity. Dilansir dari laman roomper, menurut Jennifer Howard Ph.D, nasihat untuk selalu berpikir positif atau membaca buku motivasi yang menyuruh untuk selalu positif thinking setiap saat justru akan membuat seseorang merasa takut, sedih, sakit, dan merasa sendiri. Terus mencoba untuk selalu berpikir positif sehingga tidak realistis justru akan menjadi racun dan terasa palsu.

Saat seseorang merasa sedih atau tertimpa musibah tentu saja membutuhkan penyemangat. Namun yang benar-benar dibutuhkan adalah bentuk empati, bukan toxic positivity. Berikut beberapa tanda apakah seseorang sedang berempati atau hanya sebuah toxic positivity.

1. Menolak kejujuran

Jangan Terjebak! Ini 7 Tanda Toxic Positivity Menurut Ahli www.pexels.com/ pixabay

Toxic positivity menunjukkan positivity yang tidak realistis. Bahkan seseorang yang menunjukkan emosinya yang sebenarnya akan dianggap lemah. Hal itu membuat seseorang menjadi tidak jujur akan perasaannya dan hanya menunjukkan sikap positif namun palsu.

Hal itu bisa terjadi dalam sebuah keluarga, kelompok teman, atau dalam pekerjaan. Ketika seseorang dituntut untuk selalu melihat sisi positif maka tidak akan ada yang mau mengatakan jika ada masalah karena akan ditolak atau dicap negatif. Padahal mengenali masalah adalah hal yang penting agar bisa dicari solusinya.

2. Membuat seseorang menjaga jarak

Jangan Terjebak! Ini 7 Tanda Toxic Positivity Menurut Ahli www.pexels.com/ pixabay

Kedekatan hubungan dengan seseorang bisa terjalin jika masing-masing mau menerima kondisi seseorang apa adanya. Untuk bisa menunjukkan emosi yang sesungguhnya hanya bisa dilakukan kepada orang yang benar-benar kamu percaya, yang bisa menerima bahwa kamu punya kekurangan.

Seseorang yang selalu memaksa untuk bersikap positif justru terasa tidak berempati dan membuat tidak nyaman. Hal itu akan membuat kita menjaga jarak dengan orang tersebut.

3. Tidak mau menerima emosi negatif

Jangan Terjebak! Ini 7 Tanda Toxic Positivity Menurut Ahli www.pexels.com/ energepic.com

Emosi negatif seperti perasaan sedih, marah dan kecewa adalah emosi yang normal. Toxic positivity tidak menerima emosi negatif tersebut. Jika seseorang mengatakan bahwa kamu tidak seharusnya sedih atau kecewa terhadap suatu kejadian yang membuatmu sedih maka orang tersebut sedang memberikan toxic positivity.

Baca Juga: Apa Kamu Sering Terjebak Toxic-Love?

4. Membutuhkan biaya

Jangan Terjebak! Ini 7 Tanda Toxic Positivity Menurut Ahli www.pexels.com/ Adrienn

Menekan perasaan negatif tidak serta merta membuat perasaan negatif itu menghilang begitu saja. Kadang perlu hal lain untuk membantu melupakan hal negatif tersebut. Misalnya dengan belanja, makan, dan bentuk pelarian lainnya. Bahkan toxic positivity akan membuat hubunganmu dengan teman atau keluarga menjadi renggang, rasa percaya diri turun, dan justru membuat semakin tidak bahagia.

Toxic positivity berlawanan dengan perasaan bahagia yang sesungguhnya. Karena dengan toxic positivity kemungkinan ada masalah-masalah yang terus dipendam agar terlihat bahagia. Hal itu tentu jauh dari perasaan bahagia yang sesungguhnya. Mengenali sumber bahagia dan tidak bahagia itu penting, agar tidak terjebak dengan pura-pura bahagia.

5. Hanya tentang diri sendiri

Jangan Terjebak! Ini 7 Tanda Toxic Positivity Menurut Ahli www.pexels.com/ rawpixel

Seseorang yang empati akan aberusaha memahami perasaanmu. Namun seseorang dengan toxic positivity biasanya hanya akan membicarakan tentang dirinya sendiri. Misalnya saat kamu mengalami masalah, lalu temanmu hanya menceritakan tentang dirinya jika mengalami masalah itu tanpa memperhatikan perasaanmu. Misalnya temanmu mengatakan, “ah gitu doang, aku pernah lebih buruk tapi baik-baik aja.

6. Bersifat menghakimi

Jangan Terjebak! Ini 7 Tanda Toxic Positivity Menurut Ahli www.pexels.com/ rawpixel

Dalam bentuk ekstrim, toxic positivity bisa berbentuk menghakimi perasaan seseorang. Orang yang berkata tidak seharusnya kamu sedih, kecewa, marah, dll adalah salah satu bentuk toxic positivity. Padahal mengalami berbagai macam bentuk emosi adalah hal yang normal.

7. Tidak realistis

Jangan Terjebak! Ini 7 Tanda Toxic Positivity Menurut Ahli www.pexels.com/ Lucas Dutra

Toxic positivity tidak realistis dan tidak dapat diterima dalam kehidupan nyata. Hidup tidak selalu berada di atas, kadang juga berada di bawah. Yang perlu dilakukan hanyalah menerima keadaan. Sikap optimis memang diperlukan namun tidak dengan kebahagiaan palsu.

Itulah tanda jika seseorang memberikan toxic positivity. Menyemangati dan mendukung orang yang sedang mengalami masalah itu perlu, tapi bukan dengan penyemangat yang justru menjadi racun.

Baca Juga: 5 Nasihat Kalau Kamu Hidup dalam Toxic Family

Wiwit Widiastuti Photo Verified Writer Wiwit Widiastuti

Full time mother, part time doctor. Alumni FK Unpad, suka membaca dan menulis. Terima Kasih sudah membaca tulisan saya, semoga bermanfaat.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya