Menilik Bahan Pembalut Dulu dan Kini, Apa Perubahannya?

Siapa sangka dulu pembalut dibuat dari papirus

Pembalut adalah suatu benda penyerap yang dipakai perempuan di pakaian dalam saat menstruasi. Tak cuma itu saja, pembalut juga digunakan perempuan saat masa nifas, pemulihan dari operasi ginekologi, mengalami keguguran atau aborsi, atau situasi lainnya untuk menyerap aliran darah dari vagina.

Terdapat perbedaan bahan pembalut dulu dan sekarang. Apa saja?

1. Menggunakan papirus dan bahan natural lainnya

Menilik Bahan Pembalut Dulu dan Kini, Apa Perubahannya?illustrasi pembalut dan menstrual cup masa kini (pexels.com/Cliff Booth)

Dulunya, sebelum kemajuan teknologi, perempuan menggunakan bahan alami sebagai pembalut atau tampon. Pada zaman Mesir Kuno, perempuan menggunakan papirus, mengutip Blood and Milk.

Dilansir India Times, kala itu perempuan pada zaman Mesir kuno membasahi papirus, yang juga pada waktu itu digunakan untuk media menulis. Seberapa bergunanya papirus hingga saat ini masih dipertanyakan.

Orang-orang di Yunani, Roma, dan Jepang juga dulunya menggunakan bahan-bahan alami. Mereka menggunakan serat yang dibungkus pada kayu kecil untuk membuat tampon. Sementara itu, penduduk asli Amerika menggunakan lumut dan kulit kerbau. Contoh lain di Jepang, perempuan kala itu menggunakan kertas sebagai tampon.

Mengutip The Atlantic, orang-orang di Indonesia dulu menggunakan serat dari sayuran untuk menangani menstruasi.

Sebelum perkembangan teknologi, orang-orang dulu menggunakan bahan alami sebagai pembalut maupun tampon. Namun, apakah itu aman? Misalnya, mengutip The Swaddle, spons alami dari lautan atau serat lainnya sebetulnya punya daya serap yang tinggi. Namun, bila prosesnya tidak benar, ada risiko infeksi.

Menilik Bahan Pembalut Dulu dan Kini, Apa Perubahannya?ilustrasi pembalut dari kertas (unhcr.org)

Pembalut berbahan papirus juga masih digunakan hingga kini. Hanya saja pembuatannya lebih modern. Salah satu dokter yang mengembangkan teknologi ini adalah Dr. Moses Kizza Musaazi dari Departemen Teknologi Universitas Makerere Uganda.

Pembalut ini ditujukan untuk di negara-negara berkembang seperti Uganda, dan dijual dengan harga US$0,05 atau setara dengan Rp712. Mengutip United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), pembalut berbahan kertas ini juga aman karena telah disterilkan oleh sinar matahari. Daya serapnya pun cukup baik.

2. Mulai menggunakan kain

Menilik Bahan Pembalut Dulu dan Kini, Apa Perubahannya?ilustrasi pembalut kain (unicef.org)

Pembuatan pembalut untuk menstruasi mulai berubah pada tahun 1880-an. Mengutip Blood and Milk, kala itu perempuan di Amerika dan Eropa mulai membuat pembalut yang bisa dicuci dengan kain. Perlu diperhatikan bahwa kala itu menstruasi bukanlah hal yang sering terjadi pada perempuan. Ini karena banyak dari perempuan memiliki banyak anak.

Sharra Vostral, PhD, seorang profesor sejarah di Universitas Purdue dan penulis Under Wraps: A History of Menstrual Hygiene Technology, menjelaskan ketika seorang perempuan hamil berkali-kali, perempuan akan mengalami masa menstruasi yang pendek. 

Penggunaan kain ini juga masih digunakan oleh beberapa orang, terutama di daerah pedalaman, mengutip laporan di Journal of Environmental and Public Health tahun 2018. Penggunaan kain sebagai pembalut ini juga ramah lingkungan. Namun, penting untuk menjaga keamanan penggunaan kain sebagai pembalut. Ini harus dicuci dengan benar dan dijemur dengan baik, karena panas matahari adalah pensteril alami.

Penggunaan kain sebagai pembalut ini juga hemat biaya karena bisa dipakai secara berulang.

3. Adanya peluang pembalut sekali pakai

Menilik Bahan Pembalut Dulu dan Kini, Apa Perubahannya?ilustrasi sanitary pads (pexels.com/sora-shimazaki)

Melihat adanya beberapa perempuan yang kurang nyaman mencuci pembalut kain saat menstruasi, sejumlah perusahaan melihat kesempatan untuk membuat pembalut sekali pakai.

Pada tahun tahun 1896, perusahaan Lister’s Towels merilis pembalut sekali pakai untuk pertama kali. Pembalut ini awalnya diberikan ke para ibu setelah melahirkan. Namun, saat orang-orang sadar pembalut yang sama bisa digunakan untuk menstruasi, mereka meminta perusahaan tersebut untuk menjualnya secara terpisah.

Baca Juga: Benarkah Menstrual Cup Berbahaya? Simak 7 Fakta Pentingnya

4. Pembalut berbahan selulosa

Menilik Bahan Pembalut Dulu dan Kini, Apa Perubahannya?ilustrasi pembalut (pexels.com/karolina-grabowska)

Pembalut terus berevolusi. Pada Perang Dunia I, bahan untuk pembalut mulai berubah. Para perawat kala itu menyadari bahwa selulosa yang mereka gunakan untuk perban menyerap darah jauh lebih baik daripada kapas. Mereka kemudian menggunakan bahan yang sama saat sedang menstruasi.

Perusahaan Kotex kala itu melihat kegunaan selulosa, sehingga mereka mengumpulkan selulosa sisa perang untuk membuat pembalut perempuan yang mampu menyerap darah lebih baik. Namun, kala itu pembalut tidak dilengkapi perekat, sehingga perempuan harus menggunakan peniti atau kait agar pembalut menempel dengan baik di pakaian dalam.

Bahan selulosa sebenarnya cukup aman karena mengandung serat yang alami. Tah hanya itu, mengutip laporan dalam jurnal Bulletin of the National Research Centre tahun 2021, bahan ini juga ramah lingkungan serta bisa didaur ulang. Pembalut berbahan selulosa juga bisa membuat area vagina "bernapas", karena selulosa mengandung air dan fleksibel.

5. Pembalut modern

Menilik Bahan Pembalut Dulu dan Kini, Apa Perubahannya?ilustrasi tampon dan pembalut (pexels.com/Cliff Booth)

Ditemukan pertama pada tahun 1937, menstrual cup pertama yang dipatenkan terbuat dari karet lateks dengan tujuan untuk memungkinkan perempuan untuk mengenakan pakaian yang ramping dan ketat dan tetap nyaman saat menstruasi. Namun, selama Perang Dunia II terjadi kekurangan lateks yang akhirnya memaksa produsen menghentikan produksinya.

Menstrual cup kembali lagi pada akhir tahun 60-an, tetapi tidak pernah benar-benar menarik perhatian publik.

Kemudian, pada tahun 1929, Dr. Earle C. Haas menemukan dan mematenkan tampon modern dengan aplikator. Haas mengembangkan ide tersebut setelah ia menemukan bahwa temannya telah memasukkan sepotong kecil spons ke vaginanya selama haid, bukan pembalut yang pada waktu itu berukuran besar. Ia ingin menciptakan pilihan yang lebih baik untuk perempuan.

Temuannya cukup inovatif saat itu, karena perempuan umumnya tidak nyaman memasukkan tampon secara manual dan dianggap tabu.

Pada tahun 1931, Haas menyelesaikan desain dan pembuatannya dan mematenkan tampon "Tampax", dan ini menjadi tampon pertama dengan aplikator yang masuk ke pasaran.

6. Pembalut dengan perekat

Menilik Bahan Pembalut Dulu dan Kini, Apa Perubahannya?ilustrasi pembalut (pixabay.com/sookyungan)

Pada tahun 1969, pembalut dengan perekat pertama dijual bebas di masyarakat, pada saat yang sama ketika tampon juga meraih kepopulerannya. Pada tahun 1980-an, sekitar 70 persen perempuan di Amerika Serikat menggunakan tampon dibanding dengan pembalut biasa.

Nah, pembalut yang dipasarkan pada tahun 1969 tersebut juga kita gunakan hingga sekarang.

7. Pembalut dengan gel penyerap

Menilik Bahan Pembalut Dulu dan Kini, Apa Perubahannya?ilustrasi pembalut (pexels.com/Sora Shimazaki)

Tahun 1990-an muncul pembalut dengan inovasi gel penyerap. Dilansir MyMed.com, ini dianggap sebagai terobosan dalam kenyamanan dan kebersihan. Ini juga dipasarkan sebagai alternatif penggunaan tampon, yang bertujuan untuk mengurangi jumlah kasus toxic shock syndrome pada perempuan yang mencapai titik tertinggi sepanjang tahun 80-an akibat penggunaan tampon dengan daya serap tinggi.

Kini perempuan memiliki banyak pilihan untuk produk menstruasi. Pembalut pun sekarang ukurannya sudah sangat tipis. Tampon telah tersedia dalam berbagai ukuran dan umumnya lebih aman dan nyaman digunakan. Menstrual cup pun kembali kembali populer den dibuat dengan bahan silikon yang dikatakan lebih nyaman.

Apa pun pilihanmu, baik pembalut, tampon, ataupun menstrual cup, yang terpenting adalah selalu menjaga kebersihan diri saat menstruasi dengan mengganti dan membersihkannya secara rutin dan benar.

Baca Juga: 5 Tips Mengurangi Lecet Pada Selangkangan Akibat Gesekan Pembalut

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya