Mengenal Imposter Syndrome: Apakah Sukses adalah Keberuntungan?

Pernah dengar istilahnya?

Dilansir dari International Journal of Behavior Science, Imposter Syndrome atau Sindrom Penipu adalah pola psikologis dimana seseorang meragukan prestasinya sendiri dan merasa takut dia akan terungkap sebagai penipu. Menurut Harvey & Katz sindrom ini dapat menimbulkan tekanan dan kebiasaan maladaptif.

Sindrom ini pertama kali dibicarakan oleh Dr Pauline Clance pada tahun 1985 dalam penelitiannya bahwa seseorang yang mengalami sindrom penipu merasa ia mencapai kesuksesan hanya karena keberuntungan bukan karena ketrampilan dan pengalamannya. Imposter Syndrome tidak masuk dalam klasifikasi daftar penyakit dalam DSM maupun ICD.Yuk, simak penjelasan lengkapnya!

1. Merasa tidak layak mendapatkan kesuksesan

Mengenal Imposter Syndrome: Apakah Sukses adalah Keberuntungan?Unsplash.com/nullplus

Sering merasa tidak pantas atas kesuksesan yang didapat dan khawatir bila semua orang akan mengetahuinya, hal ini merupakan tanda seseorang mengalami sindrom penipu. Perasaan ini muncul ketika kita mencapai suatu pencapaian tertinggi, misalnya merasa tidak pantas mendapat jabatan yang baik, meraih penghargaan, atau masuk di Universitas ternama karena kebetulan dan keberuntungan semata. 

2. Penyebab Imposter Syndrome

Mengenal Imposter Syndrome: Apakah Sukses adalah Keberuntungan?Unsplash.com/elijahdhiett

Menurut Clance dalam penelitiannya yang berjudul The impostor phenomenon: An internal barrier to empowerment and achievement disimpulkan bahwa sindrom ini berkaitan dengan sifat perfeksionis seseorang atau masa kecil seseorang di mana ia tumbuh dan besar dalam lingkungan yang membuatnya merasa tidak pernah cukup baik, kontrol keluarga yang kuat, kurangnya dukungan positif dari keluarga serta seseorang sering membanding-bandingkan diri dengan orang lain.

Selain itu, seseorang dengan sindrom ini menganggap kurangnya dukungan, kurangnya komunikasi, kurangnya ekspresi emosional yang tepat di antara anggota keluarga,  dan tingginya ekspresi kemarahan dan konflik dalam keluarga.

3. Cara mengatasi Imposter Syndrome

Mengenal Imposter Syndrome: Apakah Sukses adalah Keberuntungan?Unsplash.com/kylejglenn

Imposter syndrome sebenarnya dapat menjaga kita agar tidak congkak dan terus berusaha untuk memberikan yang terbaik, namun apabila perasaan ini muncul berlebihan kita jadi ragu dan takut gagal. Selalu menunda untuk melakukan tugas dan menumpulkan keberanian untuk melakukan hal baru. Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengatasi imposter syndrome menurut David Burns seorang profesor di Department of Psychiatry and Behavioural Sciences, Stanford University School of Medicine:

  • Ubah bingkai pikiran, tidak ada manusia yang hidupnya sempurna. Ketika kita merasa cemas, sedih, ragu, dan bodoh ketahuilah bahwa orang lain juga pernah merasakannya serta tidak semua yang dirasakan benar adanya.
  • Ketika kita mulai mempertanyakan kemampuan kita selama ini, tulislah pencapaian apa saja yang terah berhasil diraih. Liat kembali catatan ini setiap perasaan ragu datang kembali.
  • Simpan baik-baik pujian atas kerja keras yang pernah kita terima.
  • Berhenti membandingkan diri dengan orang lain.
  • Bercerita dengan kerabat dekat mengenai hal yang menjadi perhatian untuk mendapatkan gambaran dari berbagai perspektif.

Baca Juga: 6 Fakta Body Dysmorphic, Gangguan Mental yang Diderita Billie Eilish

4. Orang-orang dengan Imposter Syndrome

Mengenal Imposter Syndrome: Apakah Sukses adalah Keberuntungan?Unsplash.com/historyhd

Neil Armstrong merupakan manusia pertama yang menginjakkan kaki di bulan. Suatu hari ia diundang ke sebuah acara yang dipenuhi orang-orang hebat, lalu ia merasa tidak cukup hebat dibandingkan orang hebat lainnya meskipun kenyataannya ia merupakan manusia pertama yang menginjakkan kaki di bulan.

Ia merasa bahwa perjalanannya ke luar angkasa semata-mata hanya karena menjalankan tugas. Selain Neil Armstrong, beberapa tokoh sepertu Albert Einstein, Lady Gaga, Michelle Obama, dan David Bowie pun mengalami Imposter Syndrome. Setiap orang pasti pernah mengalami Imposter Syndrome, setidaknya sekali dalam hidupnya.

5. Berdamai dengan diri sendiri

Mengenal Imposter Syndrome: Apakah Sukses adalah Keberuntungan?Unsplash.com/jeshoots

Berdamailah dengan diri sendiri karena pada akhirnya mungkin kita semua hanya orang-orang yang bekerja keras dan kadang beruntung dan tidak selalu mahir setiap saat. Atau kita hanya orang-orang yang berusaha sebaik mungkin dan itu sebenarnya sudah cukup. 

Selalu bersyukur dan tetap berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam hal apapun ya!

Baca Juga: Awas, Ini 7 Tanda Kamu Terkena Gangguan Mental Akibat Media Sosial

zara fitria Photo Writer zara fitria

Mental health enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya