Studi: Belajar setelah Bangun Tidur Bikin Otak Lebih Tokcer

Jangan pakai sistem kebut semalam, ya!

Bagi siswa sekolah menengah atau mahasiswa perguruan tinggi, ujian jadi momen yang mendebarkan. Tidak lulus? Harus tinggal kelas atau mengulang semester. Jadi, sering kali proses pembelajaran dilakukan dengan "sistem kebut semalam" bahkan bisa sampai mengorbankan waktu tidur.

Ternyata, metode ini tidak ada faedahnya dan malah dapat merugikan otak. Jadi, bagaimana metode belajar yang benar sebelum ujian? Studi terbaru mengatakan bahwa belajar setelah cukup tidur lebih menguntungkan. Ini buktinya!

1. Tidur memang memengaruhi performa akademik

Studi: Belajar setelah Bangun Tidur Bikin Otak Lebih Tokcerilustrasi tidur (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Bukan rahasia kalau kualitas tidur menentukan kesehatan seseorang. Salah satu yang terdampak dari kualitas tidur adalah kinerja otak. Jika kurang tidur, bawaannya tidak fokus dan ingin marah, benar? Tidak aneh jika tidur berhubungan erat dengan:

  • Konsentrasi.
  • Produktivitas.
  • Kognitif.

Fakta lainnya, ternyata pola tidur memang berdampak pada perilaku dan performa akademik. Dalam sebuah studi di Jerman yang dimuat dalam Journal of Child Psychology and Psychiatry pada 2015, kualitas tidur anak sampai pagi hari menentukan perilaku dan performa akademik anak tersebut sepanjang hari.

2. Dua model pembelajaran dan tidur

Bagaimana tidur bisa membantu kinerja akademik seseorang? Meski banyak penelitian yang menguaknya, tetapi hasilnya masih kontradiktif. Namun, ada dua model yang umum dipakai, yaitu use-dependent dan learning-dependent. Apa itu?

Use-dependent model adalah model di mana jumlah yang dipelajari saat tidur adalah hasil dari kinerja otak saat bangun. Di sisi lain, learning-dependent adalah model di mana apa yang dipelajari seseorang selama tidur terhubung secara langsung dengan proses saraf yang secara spesifik terkait dengan proses pembelajaran.

Jadi, yang manakah yang efektif untuk proses pembelajaran?

Baca Juga: 7 Fakta Menarik Jam Tidur, Tidurmu Sudah Cukup atau Belum?

3. Studi untuk membuktikan kedua model tersebut

Studi: Belajar setelah Bangun Tidur Bikin Otak Lebih Tokcerilustrasi belajar (pexels.com/Julia M Cameron)

Dimuat dalam Journal of Neuroscience pada Maret 2022, para peneliti dari Jepang dan Amerika Serikat (AS) ingin mencari tahu model mana yang paling tepat untuk membantu proses pembelajaran.

Penelitian ini melibatkan pembelajaran lewat persepsi visual (VPL) lewat tugas bernama texture discrimination task (TDT). Tugas ini memperkuat kemampuan otak mengenali apa yang dilihat mata, sehingga memperkuat kemampuan memori visual dan sekuensial, kemampuan membedakan objek, dan relasi visual-spasial.

Jadi, para peneliti merekrut sejumlah relawan yang dibagi menjadi dua kelompok:

  1. Learning-dependent: Partisipan menjalani tes pra-pelatihan, lalu menjalani pelatihan TDT, dan mengerjakan dua tes setelah pelatihan. Setelah tes kedua, partisipan diizinkan tidur selama 90 menit sebelum mengerjakan tes ketiga untuk melihat seberapa banyak yang partisipan pelajari.

  2. Use-dependent: Partisipan belajar mengenai tugas TDT dan menjalani tes sebelum dan sesudah tidur selama 90 menit.

Para peneliti dari RIKEN Center for Brain Science, Jepang, dan Brown University, AS, menyusun program untuk kedua kelompok secara beragam untuk membedakan proses pembelajaran.

4. Hasil: Model learning dependent lebih baik untuk akademik

Hasilnya, para peneliti AS dan Jepang mencatat bahwa metode tidur dan belajar yang paling tepat adalah dengan menggunakan model learning-dependent.

Hal ini ditunjukkan dari kelompok pertama yang menunjukkan pengertian terhadap tugas VPL setelah tidur 90 menit. Sebaliknya, kelompok kedua (dengan use-dependent) tidak menunjukkan perkembangan.

"Riset ini menunjukkan bahwa belajar setelah tidur amat bermanfaat untuk proses pembelajaran yang baik dan aman," ujar peneliti dari Brown University, Yuka Sasaki, mengutip Medical News Today

Lalu, para peneliti juga meneliti gelombang otak saat para partisipan tidur. Hasilnya, mereka menemukan bahwa dua gelombang otak (theta terlihat saat tahap rapid eye movement/REM dan sigma saat tahap non-REM) adalah yang paling membantu model learning-dependent.

  • Theta berhubungan dengan kegiatan pembelajaran dan memori kerja.
  • Sigma berhubungan dengan kemampuan menggabungkan memori jangka panjang.

5. Meskipun ini berita bagus, tetapi tetap butuh riset lebih dalam

Studi: Belajar setelah Bangun Tidur Bikin Otak Lebih Tokcerilustrasi otak manusia (pixabay.com/geralt)

Sasaki yakin bahwa penelitian ini bisa menjadi bukti untuk mengubah pola belajar mengajar. Faktanya, belajar setelah tidur bermanfaat untuk para murid. Namun, hal yang ditakutkan adalah penerapan belajar dan tidur ini bisa mengacaukan ritme sirkadian siswa.

"Sebaliknya, jika jam sekolah bisa diubah sehingga siswa bisa tidur lebih lama, ini akan sangat menguntungkan" imbuh Sasaki.

Studi ini adalah kabar baik untuk para mahasiswa yang sering mengorbankan waktu tidur demi nilai. Padahal, tidur sebelum belajar amat membantu proses pembelajaran dan konsolidasi informasi yang dipelajari. Akan tetapi, bagaimana tidur bisa memengaruhi memori? Ini masih harus dicari tahu lebih dalam.

Dalam penelitian ini, para peneliti lebih berfokus pada daerah visual pada otak selama tidur. Oleh karena itu, hasil ini tidak bisa dipukul rata untuk semua daerah otak. Untuk riset selanjutnya, Sasaki berharap untuk memantau bagian-bagian otak lainnya juga.

"Pembelajaran visual melibatkan korteks visual, sementara pembelajaran motorik melibatkan korteks motorik. Bergantung pada jaringan saraf yang terlibat, maka mekanisme dasarnya pun berbeda," kata Sasaki.

Baca Juga: Obesitas Bikin Otak Lebih Cepat Tua? Ini Faktanya!

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya