Kabar Baik, Musik dan Dansa Tekan Risiko Parkinson!

Tetap aktif gerak dan happy

Mungkin kamu pernah mendengar penyakit Parkinson karena sempat diderita mendiang petinju legendaris Mohammad Ali sebelum wafat lima tahun silam. Apa itu penyakit Parkinson?

Menurut National Institute of Health (NIH), penyakit Parkinson menyerang otak dan gejala-gejala awalnya meliputi tremor, tubuh kaku, kesulitan berjalan, serta gangguan keseimbangan dan koordinasi pada tahap awal. Saat gejala memburuk, pasien mungkin juga mengalami masalah berbicara, memori, dan kelelahan.

Umumnya, laki-laki lebih rentan terkena Parkinson. Sementara Parkinson umumnya menyerang kelompok usia 60 tahun, gejalanya biasanya muncul bahkan sebelum usia 50 tahun. Berita baiknya, ternyata hal simpel seperti musik dan dansa dapat menghambat perkembangan penyakit Parkinson!

1. Pernah diteliti sebelumnya

Kabar Baik, Musik dan Dansa Tekan Risiko Parkinson!ilustrasi pasien Parkinson (freepik.com/interstid)

Dilansir Medical News Today, penelitian-penelitian sebelumnya pun menyarankan manfaat aktivitas menari pada pasien Parkinson. Apa saja?

  • Pada 2011, penelitian gabungan antara Jerman dan Swiss yang dimuat dalam jurnal Frontiers menyarankan dansa untuk meningkatkan gerakan pada pasien Parkinson.

  • Pada 2013, sebuah penelitian gabungan antara Italia, Irlandia, dan Australia, "A comparison of Irish set dancing and exercises for people with Parkinson’s disease", mengatakan kalau dansa meningkatkan keseimbangan tubuh pada pasien Parkinson.

  • Pada 2016, sebuah studi di Kanada yang dimuat dalam jurnal Advances in Integrative Medicine menemukan bahwa dansa dapat meningkatkan kecepatan berjalan pasien Parkinson.

Akan tetapi, ketiga penelitian tersebut dilakukan dalam jangka pendek dan tidak menyertakan metode yang digunakan secara luas. Oleh karena itu, butuh penelitian lebih dalam mengenai manfaat dansa untuk para pasien Parkinson.

2. Riset hubungan penyakit Parkinson dengan musik dan dansa dilaksanakan di Kanada

Kabar Baik, Musik dan Dansa Tekan Risiko Parkinson!ilustrasi para pasien Parkinson berdansa (stanmed.stanford.edu)

Pada akhir Mei 2021, para peneliti dari York University, Kanada, kembali melaksanakan penelitian untuk melihat pengaruh kelas dansa mingguan pada gejala motorik dan non-motorik pasien Parkinson dalam jangka panjang.

Penelitian bertajuk "Parkinson’s Disease Motor Symptom Progression Slowed with Multisensory Dance Learning over 3-Years" tersebut mengutip penelitian sebelumnya bahwa kegiatan tari mengaktifkan area otak. Oleh karena itu, terapi tari bisa memiliki potensi untuk membantu para pasien Parkinson.

“Yang kami ketahui adalah tarian mengaktifkan area otak. Bagi mereka yang menderita penyakit Parkinson, meskipun ringan, gangguan motorik dapat memengaruhi fungsi tubuh mereka sehari-hari dan bagaimana perasaan mereka tentang diri mereka sendiri,” jelas penulis senior makalah tersebut, Dr. Joseph DeSouza.

Selain itu, dr. DeSouza menambahkan bahwa pasien Parkinson umumnya mengalami masalah psikologis. Hal ini dikarenakan gejala motorik Parkinson semakin parah, sehingga mereka memutuskan untuk mengisolasi diri hingga menjadi depresi. Oleh karena itu, musik dan tarian bisa membantu para pasien.

3. Penelitian berlangsung selama 3 tahun

Kabar Baik, Musik dan Dansa Tekan Risiko Parkinson!ilustrasi para pasien Parkinson ikut kelas dansa (caregiversolutions.ca)

Penelitian yang dimuat dalam jurnal Brain Sciences tersebut melibatkan 32 pasien Parkinson ringan dengan usia rata-rata 69 tahun. Pasien-pasien tersebut dibagi menjadi dua kelompok: 16 pasien menghadiri kelas dansa dan 16 pasien tidak ikut.

Para pasien menghadiri kelas dansa mingguan selama 1,25 jam. Berbeda dengan penelitian pada 2016 selama 12 minggu, penelitian kali ini berlangsung selama 3 tahun, dari 2014 hingga 2017.

Para peneliti Kanada juga ikut memantau latihan tari yang mencakup gerakan aerobik dan anaerobik dari berbagai gaya tarian. Sekadar penjelasan, latihan aerobik berfokus pada gerakan yang meningkatkan detak jantung, sementara latihan anaerobik pada gerakan yang memicu ledakan energi yang cepat dan intens dalam waktu singkat.

Baca Juga: Bukan Sekadar Tremor, Ini 8 Fakta tentang Penyakit Parkinson

4. Hasil: kelas dansa mingguan meningkatkan kondisi pasien Parkinson secara signifikan

Kabar Baik, Musik dan Dansa Tekan Risiko Parkinson!ilustrasi kelas dansa untuk para pasien Parkinson (npr.org)

Sebelum masuk kelas, para peneliti Kanada mengukur keterampilan motorik para pasien di kelompok tari. Mereka diminta untuk mengisi survei mingguan untuk mengevaluasi aspek motorik dan psikis sehari-hari, komplikasi motorik seperti diskinesia (gerakan tak terduga, tidak menentu di wajah dan tubuh), dan tingkat olahraga.

Hasilnya pun mengejutkan. Para pasien Parkinson yang ikut kelas dansa mingguan mengalami peningkatan signifikan dalam berbicara, berkurangnya tremor, keseimbangan tubuh lebih terkontrol, dan kaku tubuh berkurang!

Biasanya, gejala motorik Parkinson paling cepat terlihat dalam 5 tahun pertama setelah diagnosis. Berbeda dengan kelompok yang tidak ikut dansa, gejala motorik dan psikis tetap terjaga selama 3 tahun! Selain itu, para peneliti menemukan bahwa fungsi motorik para pasien Parkinson di kelas tari pun akan tetap sama setelah 5 tahun aktif menari!

5. Manfaat dansa pada gejala motorik dan psikologis pasien Parkinson

Kabar Baik, Musik dan Dansa Tekan Risiko Parkinson!ilustrasi olahraga pada pasien dengan penyakit Parkinson (parkinson.org)

Para peneliti Kanada menjelaskan bahwa latihan menari memiliki efek yang mirip dengan high intensity interval training (HIIT). Kemudian, para peneliti mengatakan bahwa musik, interaksi sosial, dan dukungan serta dinamika kelompok di kelas dansa juga memiliki manfaat pada keadaan psikis para pasien.

Menurut sebuah penelitian di Inggris pada 2020 yang dimuat dalam jurnal Aging Clinical and Experimental Research, HIIT dapat meningkatkan kadar faktor neurotropik dari otak dalam darah, protein yang dapat menghambat perkembangan Parkinson.

Selain penelitian tersebut, penelitian di Amerika Serikat yang bertajuk "The Effects of Exercise on Dopamine Neurotransmission in Parkinson’s Disease" menunjukkan bahwa aktivitas dansa mengaktifkan otak yang mengatur kontrol motorik. Karena Parkinson memengaruhi bagian ini, dansa dikatakan dapat memperbaiki gejala motorik para pasien Parkinson.

Lalu, menurut studi di Kanada pada 2013 yang dimuat dalam jurnal Depression and Anxiety, program latihan yang berlangsung lebih dari 16 minggu juga dapat mengurangi rasa cemas/anxiety. Bisa jadi, inilah yang berkontribusi pada peningkatan gejala psikologis pada pasien Parkinson yang ikut kelas dansa.

Kesimpulan: dansa dan musik bermanfaat bagi pasien Parkinson, tetapi mungkin berbeda-beda bagi tiap pasien

Kabar Baik, Musik dan Dansa Tekan Risiko Parkinson!ilustrasi para pasien Parkinson berdansa (ballet.org.uk)

Dengan temuan bermanfaat ini, para ilmuwan Kanada menyimpulkan bahwa program dansa dengan musik dapat ditambahkan ke dalam program rehabilitasi untuk pasien Parkinson. Penelitian ini dapat membuka berbagai kemungkinan strategi program rehabilitasi jangka panjang untuk para pasien Parkinson.

"Banyak pasien Parkinson mengatakan bahwa olahraga dan aktivitas fisik sama pentingnya dengan pengobatan untuk mengelola gejala mereka," dr. Katherine Fletcher dari Parkinson's UK kepada Medical News Today.

Namun, ia menambahkan bahwa dikarenakan penelitian mengenai jenis latihan dan peningkatan gejala Parkinson masih terbatas, para pasien diimbau untuk mencari tahu program latihan apa yang nyaman untuk mereka. Prinsipnya, tidak ada "satu latihan untuk semua".

Baca Juga: Gejala Parkinson pada Pasien COVID-19? Ini Temuannya

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya