Pentingnya Deteksi Darah Dini untuk Lansia

Karena lansia rentan, deteksi kanker darah sebelum terlambat

Setiap 28 Mei, dunia memperingati Hari Kanker Darah Sedunia atau World Blood Cancer Day, dan merupakan perayaan sehari sebelum Hari Lanjut Usia Nasional di Indonesia yang diperingati setiap 29 Mei.

Seiring penuaan, risiko kanker darah meningkat dan tingkat kelangsungan hidup menurun. Diselenggarakan oleh Johnson & Johnson Indonesia pada Rabu (8/6/2022), mari kita simak pentingnya deteksi dini kanker darah untuk lansia.

1. Darah, komponen yang mengalir dalam tubuh

Pentingnya Deteksi Darah Dini untuk Lansiailustrasi darah (pixabay.com/qimono)

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi onkologi RSCM, dr. Nadia Ayu Mulansari, SpPD-KHOM, menjelaskan bahwa pada dasarnya, darah terdiri dari dua bagian utama, yaitu plasma (55 persen) dan sel darah merah atau eritrosit (44 persen). Lalu, apa 1 persennya?

Satu persennya adalah bagian yang terlihat di antara plasma dan sel darah merah setelah pengambilan darah, yaitu buffy coat. Bagian ini terdiri dari dua komponen, yaitu sel darah putih atau leukosit dan trombosit atau platelet. Jadi, darah sebenarnya terdiri dari empat komponen utama, yaitu:

  • Plasma: Memindahkan nutrisi, limbah tubuh, protein, dan molekul lain yang penting untuk fungsi tubuh, mengendalikan suhu, serta cairan tubuh.
  • Sel darah merah: Memindahkan oksigen ke paru-paru dan jaringan tubuh.
  • Sel darah putih: Memerangi dan melindungi tubuh dari infeksi.
  • Trombosit: Mencegah pendarahan dengan pembekuan darah.

2. Apa itu kanker darah?

Berbicara mengenai kanker darah, dr. Nadia mengatakan bahwa kanker ini bisa didefinisikan sebagai gangguan pada bagian-bagian darah yang sebelumnya disebutkan. Hal ini bisa terlihat sebagai produksi sel berlebihan atau gangguan pertumbuhan pada sel.

“Semua kondisi yang menyebabkan gangguan pada jumlah dan bentuk darah itu bisa menyebabkan kanker darah,” ujar dr. Nadia yang juga berpraktik di RS Medistra.

Dokter Nadia menyayangkan masih banyak yang belum mengerti betul mengenai kanker darah. Salah satu faktornya adalah memang gangguan ini sulit terlihat karena berada dalam darah.

"Tak ada benjolan, atau hal spesifik tertentu yang membuat kita sadar adanya kelainan," imbuh dr. Nadia.

Kanker darah umumnya dibagi menjadi tiga kasus utama, yaitu leukemia, limfoma, dan multiple myeloma. Apa yang bisa dipelajari dari ketiga jenis kanker darah ini?

3. Leukemia, kanker sel darah putih

Umum terdengar di kalangan masyarakat Indonesia (terutama sebagai penyebab meninggalnya mendiang istri Presiden ke-6 Indonesia, Kristiani Herrawati Yudhoyono), leukemia adalah kanker sel darah putih. Faktanya, kasus leukemia menempati posisi ke-8 sebagai kanker paling umum di Indonesia.

"Leukemia adalah kondisi hilangnya regulasi pada pembelahan sel, mengakibatkan jumlah leukosit pada sel darah putih terlalu banyak atau proliferasi sel sangat cepat," kata dr. Nadia.

Dokter Nadia meluruskan bahwa leukemia bukanlah diukur menggunakan stadium, melainkan dibagi berdasarkan sifat akut atau kronis. Selain itu, klasifikasi leukemia bisa dibagi menjadi dua jenis lagi, yaitu limfoid dan mieloid. Dari klasifikasi tersebut, kanker sel darah putih ini terbagi menjadi:

1. Limfoid:

  • Acute lymphocytic leukemia (ALL): Cenderung menyerang pasien anak dengan 80 persen tingkat kelangsungan hidup pada anak-anak, dan 40 persen pada orang dewasa.
  • Chronic lymphocytic leukemia (CLL): Cenderung menyerang pasien dewasa dengan tingkat kelangsungan hidup hingga 73 persen.

2. Mieloid:

  • Acute mylogenous leukemia (AML): Tingkat kelangsungan hidup lebih baik pada pasien dewasa, dibanding anak-anak yang berkisar hanya 20 persen.
  • Chronic mylogenous leukemia (CML): Adalah jenis kanker yang memengaruhi sel darah putih dan cenderung berkembang perlahan selama bertahun-tahun. Ini dapat terjadi pada semua usia, tetapi paling sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua sekitar usia 60-65 tahun.
  •  

Jadi, apa yang bisa menyebabkan leukemia? Sementara ada beberapa faktor yang masih belum bisa dimengerti, dr. Nadia memaparkan bahwa umumnya penyebab leukemia bisa mencakup:

  • Perubahan pada kromosom.
  • Paparan senyawa kimia.
  • Kemoterapi.
  • Infeksi virus (terutama jenis retrovirus).
  • Paparan radiasi.

“Penyebab utama penyakit kanker darah sampai saat ini masih belum diketahui, tetapi bersifat multifaktorial,” ujar dr. Nadia.

Diagnosis leukemia dilakukan melalui tes darah lengkap untuk menentukan jumlah sel darah putih dibanding sel darah merah dan platelet. Tanda leukemia paling umum adalah tingkat hemoglobin (Hb) rendah, leukosit tinggi, dan trombosit rendah.

“Leukemia pun leukositnya bisa tetap rendah, kondisi yang disebut leukemia aleukemik. Secara prognosis, lebih membahayakan. Butuh pemeriksaan lebih lanjut bila ada abnormalitas pada pemeriksaan darah,” kata dr. Nadia.

Baca Juga: Apa Itu Leukemia dan Bagaimana Cara Melawannya?

4. Mengenai limfoma, kanker di sistem limfatik

Sesuai namanya, limfoma adalah kanker yang menyerang sistem limfatik. Dokter Nadia menjelaskan bahwa sistem limfatik terdiri dari sistem kapiler dan kelenjar getah bening yang menjalar dari ujung kepala sampai kaki. Beberapa tugas utama sistem limfatik adalah memproduksi sel imun dan filtrasi benda asing yang masuk ke dalam tubuh.

"Kanker limfoma sering tak menunjukkan gejala atau meniru gejala lain. Akan tetapi, sekitar 70 sampai 80 persen kasus limfoma memiliki benjolan karena limfosit yang terperangkap,” papar dr. Nadia.

Apakah bisa tidak ada benjolan? Mungkin saja, yaitu kasus primary bone marrow limfoma, jenis limfoma yang menyerang sumsum tulang. Meski tak ada benjolan, tetapi Hb dan leukosit mengalami penurunan. Setelah didiagnosis, ternyata pasien menderita limfoma.

Pentingnya Deteksi Darah Dini untuk Lansiailustrasi benjolan pada limfoma non-Hodgkin (aidsmap.com)

Dokter Nadia menjelaskan bahwa ada dua jenis limfoma yang umum terjadi. Pertama adalah limfoma Hodgkin. Umum menyerang pasien usia muda, limfoma Hodgkin biasanya disebabkan oleh infeksi Epstein–Barr virus (EBV). Gejala yang menyertai limfoma Hodgkin adalah:

  • Penurunan berat badan tiba-tiba.
  • Demam dan panas dingin.
  • Takikardia.
  • Keringat dingin pada malam hari.

Jenis lainnya adalah limfoma non-Hodgkin, dan lebih sering menyerang usia di atas 50 tahun. Limfoma non-Hodgkin lebih sering terjadi di Indonesia dan menempati tempat ke-7 insiden kanker paling umum. Selain EBV, limfoma non-Hodgkin disebabkan oleh hepatitis C, HIV/AIDS, paparan radiasi, hingga efek samping terapi imunosupresan.

Dokter Nadia mengingatkan bahwa limfoma non-Hodgkin lebih berbahaya dibanding limfoma Hodgkin. Jadi, sebagai langkah diagnosis, umumnya akan dibutuhkan biopsi. Dalam beberapa kasus tertentu, pasien juga perlu menjalani tes CT-scan, X-ray, hingga PET scan untuk mendeteksi pembengkakan kelenjar getah bening.

5. Mieloma multipel yang menyerang plasma

Jika leukemia menyerang leukosit dan limfoma menyerang sistem limfatik, maka multiple myeloma adalah kanker yang terjadi pada sel plasma darah sehingga mengakibatkan tubuh rentan terkena infeksi. Di Indonesia, dr. Nadia mencatat bahwa multiple myeloma berada di posisi ke-19 sebagai kanker yang paling umum terjadi.

“Kanker paling jarang dan paling 'bandel',” sebut dr. Nadia.

Multiple myeloma adalah kondisi produksi plasma berlebihan sehingga protein mieloma (protein M) merusak tulang dan sumsum yang memproduksi darah. Sementara opsi terapi terbatas pada tempo dulu, saat ini opsi terapi multiple myeloma sudah jauh lebih banyak sehingga angka kelangsungan hidup pasien jauh lebih tinggi.

Karena produksi plasma berlebihan, dr. Nadia memperingatkan akan risiko pembentukan gumpalan yang mengganggu ginjal, lever, jantung, dan organ tubuh lainnya. Saat ini, multiple myeloma tidak diketahui penyebabnya, selain mutasi genetik dan paparan senyawa.

Pentingnya Deteksi Darah Dini untuk Lansiailustrasi biopsi sumsum tulang belakang (wikimedia.org)

Biasa berkembang perlahan dan tak diketahui, gejala multiple myeloma adalah:

  • Nyeri tulang (muncul paling pertama, dan umumnya terjadi di panggul, tulang belakang, dan tulang rusuk).
  • Lesi tulang (terutama pada tengkorak, tulang belakang, dan tulang rusuk).
  • Hiperkalsemia/kadar kalsium berlebih dalam darah (mengakibatkan pengeroposan tulang).
  • Anemia/trombositopenia/granulositopenia.

“Bisa dibilang, multiple myeloma adalah ‘kanker yang sering nyasar’,” ujar dr. Nadia.

Sementara disebut "kanker darah", gejala multiple myeloma bisa terlihat di tulang dan berbagai area tubuh lain (oleh karena itu, dr. Nadia menyebutnya "nyasar"). Gejala yang paling terlihat dari multiple myeloma adalah nyeri tulang dan sendi serta pengeroposan tulang.

Umumnya, diagnosis mieloma multipel dapat dilakukan dengan tes darah atau tes urine untuk mendeteksi protein atau senyawa lain penanda mieloma. Kemudian, biopsi sumsum tulang atau tes CT-scan, X-ray, MRI, hingga PET scan bisa dilakukan untuk mengetahui penyebaran mieloma ke bagian tubuh lainnya.

6. Penyebab kanker darah masih misterius

Jadi, apa yang menyebabkan kanker darah? Seperti yang dikatakan sebelumnya, dr. Nadia mengatakan bahwa kebanyakan penyebab utama tidak diketahui dan bersifat multifaktor. Namun, keganasan kanker darah bisa dikaitkan dengan gangguan tertentu pada pasien, dan usia adalah faktor yang tidak bisa dicegah.

“Makin tua, makin kemampuan regenerasi sel menurun. Pembelahan sel yang tidak sempurna bisa bermutasi dan menyebabkan kanker,” ucap dr. Nadia.

Di berbagai negara maju, sebanyak 45 persen kasus kanker darah terjadi pada pasien lansia berusia 70 tahun ke atas. Dokter Nadia memperingatkan bahwa keganasan kanker darah memang terkait usia dan risikonya meningkat pesat pada individu yang melewati usia kepala lima.

7. Gejala umum kanker darah

Beda kanker darah, beda juga gejalanya. Akan tetapi, dr. Nadia mengatakan bahwa ada beberapa gejala yang bisa menjadi tanda awal kanker darah, yaitu:

  • Memar tanpa sebab yang jelas.
  • Timbul benjolan/pembengkakan kelenjar getah bening.
  • Penurunan berat badan secara tiba-tiba.
  • Demam tanpa sebab yang jelas.
  • Infeksi parah yang membandel.
  • Nyeri tulang, sendi, dan/atau perut.
  • Sesak napas.
  • Pucat.
  • Kelelahan ekstrem yang tak hilang dengan tidur.
  • Ruam atau kulit gatal tanpa sebab yang jelas.

Bila timbul gejala-gejala ini, disarankan untuk segera berobat ke dokter agar bisa mencari tahu apakah ada kelainan lain. Meski ada beberapa gejala yang tak berhubungan dengan kanker darah, kesadaran harus dibangun.

“Ada juga yang datang dengan anemia, Hb rendah, atau pendarahan yang tak bisa dijelaskan.”

Tidak jarang juga, pasien yang mengalami gejala-gejala tersebut datang ke spesialis lain, seperti nyeri tulang ke ortopedi atau neurologi hingga sesak napas ke dokter paru. Dokter Nadia mengatakan bahwa dengan kewaspadaan kanker darah yang meningkat, maka bisa segera dirujuk ke spesialis hematologi agar bisa diperiksa risiko kanker darahnya.

8. Perawatan kanker darah

Pentingnya Deteksi Darah Dini untuk Lansiailustrasi kemoterapi (medicalxpress.com)

Kabar baiknya, kanker darah bukan berarti tidak ada obatnya. Dokter Nadia mengatakan bahwa perawatan kanker darah tergantung dari jenis kanker darah, usia pasien, perkembangan kanker, dan penyebaran kanker darah. Umumnya, beberapa opsi terapi kanker darah meliputi:

  • Kemoterapi: Mengonsumsi obat (lewati infus atau oral) yang memperlambat perkembangan atau membunuh sel kanker.
  • Terapi radiasi: Penggunaan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker, dan bisa digunakan untuk limfoma Hodgkin atau mieloma multipel dengan nyeri tulang dahsyat.
  • Terapi target: Penggunaan obat yang secara langsung menyasar sel kanker ganas tanpa memengaruhi sel sehat, dan paling umum untuk mengobati leukemia.
  • Transplantasi sel punca: Sel punca yang sehat bisa membantu produksi darah setelah terapi.
  • Operasi: Mengangkat kelenjar getah bening yang terdampak untuk merawat limfoma, dan umumnya hanya untuk diagnosis.
  • Terapi imun: Terapi untuk mengaktifkan sistem imun demi melawan sel kanker.

Pada individu yang masih sangat kuat (meski sudah lansia), dr. Nadia mengatakan perawatan bisa diberikan secara komplet. Jika individu sedikit lemah, maka perawatan harus disesuaikan dosisnya. Namun, pada pasien yang memiliki banyak komorbiditas dan lansia, maka terapi akan dilakukan dengan pendekatan paliatif.

“Kanker darah baru diketahui setelah tes darah. Jadi, [jika muncul gejala] segeralah ke dokter untuk dievaluasi lebih lanjut,” tandas dr. Nadia.

Baca Juga: Terapi Sel T CAR, Harapan Baru Bagi Pasien Penderita Kanker Darah

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya