Perbaikan Kualitas Udara Kurangi Risiko Penurunan Kognitif

Udara lebih bersih, otak lebih sehat

Udara adalah salah satu kebutuhan vital manusia. Tanpanya, kita tidak akan bisa bertahan hidup. Namun, di masa modern ini, kualitas udara malah menjadi salah satu masalah kesehatan utama manusia. Karena polusi udara berlebih, angka harapan hidup manusia pun menurun drastis.

Bukan cuma pernapasan, salah satu dampak yang dibawa polusi udara juga kerusakan kemampuan kognitif otak. Sebuah studi terbaru menunjukkan manfaat dari hidup di daerah minim polusi terhadap kesehatan otak. Yuk, simak ulasan studi tersebut!

1. Melibatkan lebih dari 2.000 perempuan lansia

Perbaikan Kualitas Udara Kurangi Risiko Penurunan Kognitifilustrasi lansia (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Meski banyak studi mengenai hubungan kualitas udara dan penurunan kognitif, hasilnya diduga tidak konsisten. Dimuat dalam jurnal PLOS Medicine pada 3 Februari 2022, para peneliti Amerika Serikat (AS) ingin mengetahui apakah perbaikan mutu udara bisa menanggulangi masalah kognitif.

Untuk itu, para peneliti merekrut 2.232 perempuan berusia 74–92 tahun pada 2008–2012 dari 48 wilayah AS. Sebagai catatan, para peneliti tidak mengikutsertakan partisipan dengan demensia. Para peneliti menghubungi para partisipan via telepon untuk mengetes fungsi kognitif umum mereka.

Selain itu, partisipan juga menjalani tes untuk menilai memori episodik, yaitu kemampuan untuk mengingat pengalaman pribadi dan masa lampau. Penurunan pada memori episodik adalah salah satu gejala demensia.

2. Perhitungan kualitas udara

Perbaikan Kualitas Udara Kurangi Risiko Penurunan Kognitifilustrasi polusi udara (needpix.com)

Para peneliti kemudian memprakirakan peningkatan kualitas udara pada tempat tinggal tiap partisipan selama 10 tahun sebelum mereka mendaftar studi. Lalu, para peneliti memperkirakan paparan polusi udara tahunan di kalangan partisipan dengan model dan data pemantauan Environmental Protection Agency (EPA)

Peningkatan kualitas udara dihitung dengan perbedaan paparan polusi udara rata-rata 3 tahun sebelum mendaftar studi dan 10 tahun dimulainya studi. Polusi yang masuk ke dalam studi adalah nitrogen dioksida (NO2) dan partikulat PM2,5.

Baca Juga: Polusi Udara dan Efeknya pada Kesehatan Mental, Jangan Diremehkan!

3. Hasil: berkurangnya paparan polusi udara memelihara kemampuan kognitif pada usia senja

Perbaikan Kualitas Udara Kurangi Risiko Penurunan Kognitifilustrasi lansia (pexels.com/Min An)

Para peneliti menemukan adanya pengurangan kadar NO2 dan PM2,5 selama 10 tahun sebelum para partisipan mendaftar studi. Selain itu, para partisipan juga melihat adanya penurunan fungsi kognitif dan memori episodik di rata-rata 6 tahun setelah partisipan mendaftar studi. 

Ternyata, tinggal di lokasi dengan penurunan tingkat polusi udara yang lebih besar selama 10 tahun sebelum mendaftar studi dapat menghambat penurunan fungsi kognitif dan memori episodik. Bahkan, fungsi kognitif jadi 0,9–1,2 tahun lebih muda, dan memori episodik jadi 1,4–1,6 tahun lebih muda juga.

4. Memang, kualitas udara adalah biang kerok utama

Perbaikan Kualitas Udara Kurangi Risiko Penurunan Kognitifilustrasi polusi udara di Jakarta (flickr.com/Joe Mud)

Bukan rahasia, ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan risiko demensia, seperti penyakit kardiovaskular hingga faktor genetik tertentu. Para peneliti juga ingin mengetahui apakah faktor-faktor risiko tersebut bisa memengaruhi hubungan antara kualitas udara dan kemampuan kognitif.

Hasilnya, hubungan antara kedua variabel tersebut tidak terganggu oleh faktor lain seperti status pendidikan, usia, geografi, risiko kardiovaskular, atau faktor genetik. Dengan kata lain, penurunan pajanan polusi udara memang menghambat laju penurunan kognitif, bahkan pada perempuan yang memiliki faktor risiko tertentu.

Dalam studi oleh para peneliti yang sama yang dimuat dalam jurnal Neurology pada tahun 2020, kadar polusi udara di bawah batas EPA mencegah perubahan otak yang identik dengan penyakit Alzheimer atau demensia lainnya. Jadi, memang pemotongan kadar polusi udara di bawah batas EPA bisa menguntungkan kesehatan kognitif.

5. Apa yang perlu diperhatikan dari studi ini?

Perbaikan Kualitas Udara Kurangi Risiko Penurunan Kognitifilustrasi lansia (pexels.com/Olly)

Ada beberapa kelebihan yang terlihat pada studi ini. Pertama, studi ini mencakup peserta dari lokasi yang beragam serta periode pemantauan yang cukup panjang. Selain itu, studi ini menggunakan data kualitas udara dari alamat tempat tinggal partisipan, bukan perkiraan dari kota yang luas sehingga kalkulasi jadi lebih akurat.

Meski bukan wawancara tatap muka, para penulis mengatakan bahwa wawancara via telepon tidak perlu diragukan. Namun, prakiraan polusi udara menurut alamat tempat tinggal partisipan tidak menyertakan pola aktivitas dari waktu ke waktu. Para partisipan juga mungkin pergi ke tempat lain sewaktu-waktu, sehingga memengaruhi hasil.

Kekurangan terakhir dari studi tersebut adalah keberagaman partisipan. Mayoritas partisipan studi ini adalah perempuan kulit putih. Oleh karena itu, perlu studi tambahan untuk mengetahui apakah temuan studi ini juga berlaku untuk populasi yang lebih luas.

Baca Juga: Bahaya Polusi Udara terhadap Hati, Sebabkan Perlemakan Hati

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya