Studi: Risiko Disfungsi Ereksi 6 Kali Lipat pasca COVID-19

Peringatan untuk para laki-laki!

Walaupun kebanyakan kasus gejalanya ringan atau tidak bergejala, tetapi infeksi COVID-19 juga bisa menimbulkan beberapa komplikasi berbahaya dan fatal. Hingga saat ini, penyakit akibat infeksi virus corona SARS-CoV-2 ini telah merenggut lebih dari 4,5 juta nyawa.

Tidak diragukan lagi, COVID-19 telah memengaruhi kesehatan manusia dalam skala luas. Bukan cuma pernapasan, infeksi ini juga ditemukan dapat berdampak pada organ reproduksi. Salah satu penelitian menyerukan bahaya COVID-19 untuk kesuburan reproduksi laki-laki. Guys, yuk, simak ulasannya!

1. Studi perdana yang mengaitkan COVID-19 dan disfungsi ereksi

Studi: Risiko Disfungsi Ereksi 6 Kali Lipat pasca COVID-19ilustrasi laki-laki dengan disfungsi seksual (freepik.com/jcomp)

Dimuat dalam jurnal Andrology pada Maret 2021, sebuah studi di Italia bertajuk "Mask up to keep it up: Preliminary evidence of the association between erectile dysfunction and COVID‐19" ingin melihat hubungan COVID-19 dengan disfungsi ereksi. Ini adalah studi pertama di dunia yang mencari tahu hubungan antara keduanya.

Para peneliti mengumpulkan data dari survei daring "Sex@COVID" di Italia dari April-Mei 2020. Tujuannya, para peneliti ingin mengumpulkan responden laki-laki yang aktif secara seksual dan terdiagnosis COVID-19. Hasilnya, terkumpul 100 responden yang terbagi jadi:

  • Sebanyak 25 responden laki-laki terdiagnosis positif COVID-19
  • Sebanyak 75 responden laki-laki terdiagnosis negatif COVID-19

Para peneliti memperhitungkan efek penguncian wilayah (lockdown) dan pembatasan jarak sosial pada kesehatan psikis, hubungan sosial, dan seksual responden. Fungsi ereksi diukur dengan International Index of Erectile Function (IIEF).

2. Hasil: COVID-19 tingkatkan risiko disfungsi ereksi hampir 6 kali lipat!

Studi: Risiko Disfungsi Ereksi 6 Kali Lipat pasca COVID-19Seorang pasien COVID-19 meletakkan kedua tangan di kepalanya. (ANTARA FOTO/REUTERS/Baz Ratner)

Hasilnya, para peneliti Italia menemukan bahwa tingkat prevalensi disfungsi ereksi lebih tinggi pada responden yang positif COVID-19 (28 persen) dibanding responden yang negatif COVID-19 (8 persen).

Para peneliti juga mencatat bahwa dibandingkan status psikologis, usia, dan indeks massa tubuh (BMI), COVID-19 juga meningkatkan risiko disfungsi ereksi hingga 5,66 kali lipat. Sebaliknya, para responden yang memiliki disfungsi ereksi juga terpapar risiko terkena COVID-19 lebih tinggi, yaitu sebesar 5,27 kali lipat.

SARS-CoV-2 berpotensi jadi pemicu disfungsi ereksi atau yang memperparah disfungsi ereksi. Selain itu, para peneliti menyarankan mereka yang menderita disfungsi ereksi untuk lebih berhati-hati karena risiko terkena COVID-19 juga ditemukan lebih besar.

Baca Juga: 10 Cara Ampuh Cegah Disfungsi Ereksi atau Impotensi Sebelum Terlambat 

3. Hubungan terselubung antara COVID-19 dan disfungsi ereksi

Studi: Risiko Disfungsi Ereksi 6 Kali Lipat pasca COVID-19ilustrasi disfungsi ereksi (drtracygapin.com)

Pemimpin studi tersebut serta selaku profesor endokrinologi dan seksologi medis di University of Rome Tor Vergata, Italia, Emmanuele A. Jannini, MD, memperingatkan bahwa disfungsi ereksi berpotensi menjadi komplikasi jangka pendek dan panjang akibat COVID-19.

"Ketika ditawarkan, para laki-laki harus mendapatkan vaksinasi COVID. Ini juga memberikan arti baru untuk memakai masker: memakai masker untuk menjaga organ reproduksi. Itu mungkin bisa memiliki manfaat tambahan untuk mencegah disfungsi seksual," ujar Emmanuele dilansir WebMD.

Seperti disfungsi ereksi, Emmanuele mengatakan bahwa usia lanjut, BMI tinggi, dan kebiasaan merokok meningkatkan risiko terkena COVID-19. Hasil penelitian tersebut juga melihat adanya hubungan antara disfungsi ereksi, disfungsi endotelial yang adalah bentuk penyakit arteri koroner, dan COVID-19.

"Kami ingin menemukan semacam biomarker disfungsi endotelial pasca COVID-19, karena tampaknya ada banyak gejala sisa (sequelae) yang hidup berdampingan untuk waktu yang lama setelah infeksi," tambah Emmanuele.

Oleh karena itu, memastikan apakah penyintas COVID-19 mengalami disfungsi ereksi setelah infeksi dapat memberikan ukuran dampak COVID-19 terhadap kesehatan sistemik.

4. COVID-19 dan disfungsi ereksi bisa jadi tanda gangguan kardiovaskular

Studi: Risiko Disfungsi Ereksi 6 Kali Lipat pasca COVID-19ilustrasi penyakit kardiovaskular (freepik.com/standret)

Disfungsi ereksi sering dianggap tanda gangguan kesehatan secara keseluruhan, terutama kasus gangguan kardiovaskular pada usia dini. Beberapa penelitian terdahulu menemukan COVID-19 tanpa gejala atau asimtomatik terkait dengan risiko masalah pembuluh darah kecil terselubung dalam jangka panjang terhadap sistem kardiovaskular.

Emmanuele mengatakan bahwa COVID-19 adalah penyakit endotelial dengan manifestasi sistemik yang kemungkinan besar disebabkan oleh perubahan keseimbangan trombotik atau fibrinolitik endotelial. Umumnya, kinerja sel-sel trombotik atau fibrinolitik mirip saat SARS-CoV-2 menyerang sel inang.

"Disfungsi ereksi sering dianggap sebagai ciri disfungsi endotelial, dan dengan demikian, hubungan potensial antara disfungsi ereksi dan COVID-19 juga telah didalilkan dan mendukung penyelidikan dalam penelitian ini," jelas Emmanuele.

5. Pro dan kontra studi ini

Studi: Risiko Disfungsi Ereksi 6 Kali Lipat pasca COVID-19ilustrasi disfungsi ereksi (Unsplash/Deon Black)

Profesor andrologi University of Sheffield, Inggris, Allan Pacey, MD, memuji hasil penelitian di Italia tersebut. Akan tetapi, Allan mengatakan bahwa hubungan antara disfungsi ereksi dan COVID-19 baru merupakan korelasi, bukan hubungan sebab akibat.

"Mungkin ada beberapa penyakit penyerta yang meningkatkan peluang pasien laki-laki terkena infeksi COVID-19 sekaligus meningkatkan peluang terserang disfungsi ereksi," kata Allan. 

Sementara masih banyak yang harus dicari tahu, para peneliti Italia memperlihatkan mekanisme yang masuk akal di mana COVID-19 dapat memengaruhi fungsi ereksi. Oleh karena itu, bertambahlah alasan bagi kaum adam untuk menjaga protokol kesehatan terhadap COVID-19 dan mendapatkan vaksinasi lengkap COVID-19.

Studi: Risiko Disfungsi Ereksi 6 Kali Lipat pasca COVID-19ilustrasi disfungsi ereksi (freepik.com/wayhomestudio)

Pakar urologi Memorial Sloan Kettering Cancer Center, Amerika Serikat, John Mulhall, MD, mengatakan bahwa penelitian Italia ini membuka potensi hubungan antara COVID-19 dan disfungsi ereksi. Akan tetapi, John menekankan bahwa studi ini masih terlalu dini untuk dijadikan dalil pasti.

Beberapa kekurangan penelitian tersebut adalah masih bersifat retrospektif, bias ingatan karena penggunaan kuesioner daring, dan diagnosis COVID-19 berdasarkan respons bukan dari tes PCR. Selain itu, data penyakit penyerta tidak lengkap, dan tak ada indikasi durasi pasca COVID-19, serta tingkat keparahan COVID-19 atau disfungsi ereksi.

"Penelitian ini menimbulkan cukup banyak pertanyaan sehingga analisis jangka panjang dan besar lebih lanjut diperlukan untuk menentukan penyebab," tutup John.

Baca Juga: Bahaya, Ini 7 Gejala & Jenis Disfungsi Ereksi yang Perlu Kamu Waspadai

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya