TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sindrom Sjögren: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Pengobatan

Penyakit autoimun yang bikin mata dan mulut kering

ilustrasi lidah pada pasien sindrom Sjogren (functionalmedsystem.com)

Sindrom Sjögren (baca: show-jrin) adalah gangguan autoimun seumur hidup yang mengurangi jumlah kelembapan yang dihasilkan oleh kelenjar di mata dan mulut. Nama penyakit ini berasal dari Henrik Sjögren, seorang dokter mata Swedia yang pertama kali menggambarkan kondisi tersebut.

Kondisi ini terjadi ketika sel darah putih atau leukosit menyerang jaringan penghasil air liur, air mata, dan jaringan eksokrin lainnya, sehingga mengakibatkan penurunan produksi air mata, saliva, dan cairan lainnya.

Tak hanya mata dan mulut menjadi kering, kekeringan juga bisa terjadi pada kulit, hidung, saluran pernapasan bagian atas, dan vagina.

Kondisi ini juga disebut-sebut berhubungan dengan gangguan autoimun lainnya, termasuk artritis reumatoid, lupus eritematosus sistemik, dan kolangitis bilier primer. Untuk tahu lebih jelas tentang sindrom Sjögren, simak ulasannya berikut ini.

1. Bisa dialami segala usia

ilustrasi mata kering pada sindrom Sjogren (eyecenterofvirginia.com)

Menurut National Institutes of Health (NIH), gangguan autoimun ini bisa menyerang semua kalangan usia. Laki-laki maupun perempuan bisa terkena. Namun, penyakit ini memang lebih banyak terdiagnosis pada perempuan usia 50-60 tahun, diperkirakan sembilan kali lebih banyak.

Mengutip laman News in Health dari NIH, diagnosis sindrom Sjögren bisa butuh waktu lama. Kepala dari Klinik Sjögren di Bethesda, Amerika Serikat (AS), Dr. Gabor Illei, menyatakan bahwa untuk bisa mendiagnosis sindrom Sjögren ini bisa sampai 7 tahun sejak gejala awal dirasakan. Entah karena gejala diabaikan atau gejalanya tak terlalu kentara. 

2. Jenis

ilustrasi pasien sindrom Sjogren (drlans.org)

Menurut keterangan dalam jurnal medis Deutsches Ärzteblatt International tahun 2017, sindrom Sjögren dikategorikan menjadi dua, yakni primer dan sekunder.

Kondisi primer terjadi pada seseorang yang pada awalnya tidak memiliki gangguan autoimun lain. Sementara itu, kasus sekunder terjadi ketika seseorang sudah mengalami penyakit autoimun yang lain seperti lupus eritematosus sistemik (15-36 persen), artritis reumatoid (20-32 persen), dan sklerosis sitemik (11-24 persen).

Mengingat penyebab munculnya penyakit berbeda, tindakan prognosis dan diagnosis yang dilakukan harus akurat.

Baca Juga: Studi: Vitamin D dan Omega-3 Kurangi Risiko Penyakit Autoimun

3. Gejala

ilustrasi gejala pada sindrom Sjogren (scientificanimations.com)

Seseorang dengan sindrom Sjögren bisa mengalami gejala yang berbeda-beda. Dilansir WebMD, gejala umumnya bisa meliputi:

  • Mulut terasa kering, rasanya seperti ada kapur atau kapas 
  • Mata kering, mungkin akan muncul sensasi terbakar, gatal, dan berpasir 
  • Kulit, bibir, hidung dan tenggorokan juga terasa kering 
  • Perubahan kemampuan mencium bau dan merasakan suatu rasa makanan atau minuman 
  • Bengkak pada wajah dan leher 
  • Muncul ruam kulit dan kulit menjadi sensitif terhadap sinar ultraviolet
  • Batuk kering dan sesak napas 
  • Mudah lelah 
  • Sulit konsentrasi dan mengingat sesuatu 
  • Sakit kepala 
  • Pada perempuan akan muncul gejala vagina yang terasa kering 
  • Pembengkakan dan nyeri sendi 
  • Heartburn, yaitu sensasi terbakar di dada
  • Mati rasa atau kesemutan di beberapa bagian tubuh

4. Penyebab dan faktor risiko

ilustrasi lansia (pixabay.com/ Sabinevanarp)

Sindrom Sjögren adalah gangguan autoimun, yang mana sistem umum secara keliru menyerang sel dan jaringan tubuh.

Para ahli belum tahu pasti bagaimana seseorang bisa mengembangkan sindrom ini. Gen tertentu menempatkan seseorang pada risiko yang lebih tinggi, tetapi tampaknya mekanisme pemicu–seperti infeksi virus atau jenis bakteri tertentu–juga diperlukan.

Pada kondisi ini, sistem imun pertama menyasar kelenjar yang memproduksi air mata dan air liur. Namun, bisa juga menyebabkan kerusakan pada bagian tubuh lainnya, seperti:

  • Sendi
  • Tiroid
  • Ginjal
  • Hati
  • Paru-paru
  • Saraf

Sindrom ini umumnya berkembang pada orang-orang yang memiliki satu atau lebih faktor risiko yang diketahui, seperti:

  • Usia, biasanya sindrom Sjögren didiagnosis pada usia di atas 40 tahun
  • Jenis kelamin perempuan
  • Penyakit reumatik, seperti artritis reumatoid atau lupus

5. Komplikasi yang bisa terjadi

ilustrasi kandidiasis mulut atau oral thrush (pharmaceutical-journal.com)

Mengutip Mayo Clinic, komplikasi paling umum akibat sindrom Sjögren melibatkan mata dan mulut, di antaranya:

  • Gigi berlubang. Karena air liur membantu melindungi gigi dari bakteri yang menyebabkan lubang, maka pasien dengan sindrom ini lebih rentan mengembangkan gigi berlubang bila mengalami mulut kering.
  • Infeksi ragi. Pasien sindrom Sjögren lebih mungkin terkena kandidiasis mulut atau oral thrush, infeksi ragi atau jamur di dalam mulut.
  • Masalah penglihatan. Mata kering bisa menyebabkan sensitivitas cahaya, penglihatan kabur, dan kerusakan kornea.

Jenis komplikasi yang kurang umum bisa terjadi di:

  • Paru-paru, ginjal, atau hati. Inflamasi bisa menyebabkan pneumonia, bronkitis, atau masalah lain di paru-paru; menyebabkan masalah dengan fungsi ginjal; dan menyebabkan hepatitis dan sirosis di organ hati.
  • Kelenjar getah bening. Sebagian kecil orang dengan sindrom Sjögren mengembangkan kanker kelenjar getah bening (limfoma).
  • Saraf. Pasien mungkin akan mengalami mati rasa, kesemutan, dan sensasi terbakar di tangan dan kaki (neuropati perifer).

6. Diagnosis

ilustrasi berobat ke dokter (pexels.com/cottonbro)

Jika pasien memiliki mulut kering, mata kering, atau tanda-tanda lain dari sindrom Sjögren, dokter mungkin menggunakan metode berikut untuk memastikan diagnosis:

  • Tes darah: untuk mendeteksi antibodi spesifik dalam darah. Ini dapat menunjukkan antibodi anti-nuklir (ANA), antibodi sindrom anti-Sjögren (anti-SSA, juga disebut anti-Ro) dan sindrom anti-Sjögren tipe B (anti-SSB, juga disebut anti-La). Tes darah juga dapat mendeteksi faktor reumatoid, antibodi yang ditemukan pada banyak pasien artritis reumatoid.
  • Biopsi: dokter akan mengangkat jaringan atau sel dari kelenjar ludah atau bagian dalam bibir. Sampel biopsi akan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa tanda-tanda peradangan.
  • Pemeriksaan mata: dokter spesialis mata dapat mengukur produksi air mata. Selama pemeriksaan, dokter akan memeriksa kornea untuk mengetahui adanya kekeringan.
  • Tes pencitraan: termasuk sialometri untuk mengukur berapa banyak air liur yang dihasilkan dengan sinar-X, yang dapat melihat pewarna yang disuntikkan ke kelenjar ludah. Ada juga skintigrafi saliva, cara untuk melacak berapa lama waktu yang dibutuhkan isotop radioaktif untuk melakukan perjalanan dari titik injeksi di pembuluh darah ke kelenjar ludah.
  • Riwayat kesehatan: bila memiliki penyakit autoimun yang sudah ada sebelumnya, ditambah mata kering dan mulut kering, dokter mungkin akan menyimpulkan pasien tersebut telah mengembangkan sindrom Sjögren sekunder.

Baca Juga: 7 Jenis Penyakit Autoimun Paling Umum, Mayoritas Perempuan

Verified Writer

Aisy

Hope you enjoy the article and find some helpful things alongside the reading <3

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya