TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Studi: Bukan Cuma Lebih Bahagia, Berkebun Juga Cegah Kanker

Berita baik untuk yang suka berkebun!

ilustrasi berkebun (pixabay.com/planet_fox)

Apa yang biasa kamu lakukan di waktu luang? Ada banyak hal yang dilakukan, salah satunya adalah berkebun. Jangan salah! Tidak sedikit, kok, penggemarnya.

Sudah banyak berbagai riset yang mencari tahu manfaat berkebun dan sudah teruji juga. Nah, sebuah penelitian terbaru menemukan manfaat berkebun lain yang selain bikin bahagia, ternyata juga bisa mencegah kanker. Kok, bisa?

Libatkan ratusan pemula? Tidak masalah!

ilustrasi berkebun bersama (pexels.com/Kampus Production)

Pola makan tidak sehat, gaya hidup sedenter, dan isolasi sosial bisa menyebabkan penyakit kronis. Salah satu metode pencegahannya adalah bisa dengan menghabiskan lebih banyak waktu di alam. Dimuat dalam jurnal Lancet Planetary Health pada Januari 2023, para peneliti Amerika Serikat (AS) menguji gagasan tersebut dengan berkebun bersama.

Dalam penelitian ini, para peneliti merekrut 291 partisipan berusia rata-rata 41 tahun yang dicatat bergabung dalam program komunitas berkebun Denver Urban Gardens di Denver dan Aurora, Colorado. Menariknya, mereka yang tergabung sebenarnya belum pernah berkebun selama 2 tahun terakhir. Para partisipan terbagi menjadi:

  • Sebanyak 145 partisipan menjalani program berkebun bersama.
  • Sebanyak 146 partisipan tidak menjalani program berkebun.

Pemimpin studi tersebut dari University of Colorado Boulder (CU Boulder), Jill S. Litt, Ph.D., mengatakan bahwa tiap partisipan menghabiskan rata-rata 1,5 jam berkebun dan mengunjungi kebunnya dua kali seminggu.

"Kami menemukan bahwa pemula dalam berkebun tidak menghalangi kesuksesan berkebun karena studi kami melibatkan para pekebun pemula," kata Litt dilansir Medical News Today.

Baca Juga: Berkebun Punya Manfaat untuk Kesehatan, Ini 7 di Antaranya!

Hasil: berkebun meningkatkan pola makan bergizi dan aktivitas fisik

Para peneliti mengukur kesehatan para partisipan sebelum masa studi dan mulai berkebun, masa panen, dan musim dingin. Para partisipan juga mengisi survei mengenai kondisi mental, pola makan, sekaligus mengenakan akselerometer selama 7 hari saat sedang berkebun.

Mereka yang berkebun mengonsumsi serat 1,4 gram per hari lebih banyak dibanding mereka yang tak berkebun. Di bawah 16 gram per hari, tidak sedikit orang dewasa yang tidak memenuhi standar asupan serat per hari (25–38 gram/hari).

Padahal, dalam penelitian tersebut, para peneliti mencatat bahwa serat memiliki khasiat untuk meregulasi inflamasi dan respons imun. Selain itu, asupan serat juga bisa meningkatkan metabolisme tubuh hingga memastikan mikrobioma usus tetap sehat agar mencegah penyakit kronis, dari diabetes hingga kanker.

"Peningkatan satu gram serat saja bisa memberikan khasiat besar terhadap kesehatan," ujar rekan peneliti dari University of South Carolina, Prof. James R Hébert, MSPH., ScD.

Selain asupan makanan, mereka yang berkebun juga meningkatkan tingkat aktivitas fisik hingga 42 menit per minggu. Ini bahkan lebih tinggi dibanding standar 150 menit aktivitas fisik per minggu atau 30 menit per hari.

Koneksi sosial bisa membuat makin bahagia

ilustrasi berkebun bersama (freepik.com/Drazen Zigic)

Bukan hanya kesehatan fisik, para peneliti juga mencatat peningkatan dalam hal kesehatan mental. Mereka yang berkebun ternyata berkurang tingkat stres dan kecemasannya

Seiring waktu berjalan, Litt yakin bahwa para partisipan akan makin berpengalaman dalam hal berkebun, dan hal ini bisa meningkatkan manfaat yang ditemukan dalam penelitian ini.

Selain program, Litt juga menyediakan opsi berkebun bersama tetangga untuk mempererat hubungan sosial dengan tetangga. Kamu bisa berbagi hasil panen, teknik menanam, hingga resep masakan. Ini karena manfaat berkebun bukan hanya mengenai panen melimpah, melainkan juga hubungan sosial yang makin luas.

"Ini bukan soal sayur atau buah, melainkan soal menghabiskan waktu di luar ruangan bersama orang lain," ucap Litt.

Baca Juga: 8 Hal yang Sering Dikira Bisa Cegah Kanker, tetapi Tidak

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya