TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Benarkah Infeksi Virus Corona Sebabkan Kerusakan Jaringan Otak? 

Dampak negatif lainnya dari COVID-19

ilustrasi bahaya COVID-19 pada jaringan otak (unsplash.com/Robina Weermeijer)

COVID-19 tak hanya menyerang pernapasan. Penyakit yang disebabkan oleh virus corona strain SARS-CoV-2 ini juga diketahui dapat menyerang organ lainnya, dari ginjal, jantung, hingga otak.

Efek COVID-19 pada otak bukan hanya kehilangan penciuman (anosmia) atau pengecapan (ageusia). Infeksi SARS-CoV-2 dapat menyebabkan komplikasi dari penurunan fungsi kognitif hingga stroke. Penelitian di Inggris yang terbit pada Juni 2021 lalu mengungkap dampak buruk COVID-19 terhadap otak para penyintasnya.

1. Melibatkan data lebih dari 40.000 pasien

ilustrasi gambar pindai otak (freepik.com/rawpixel.com)

Bertajuk "Brain imaging before and after COVID-19 in UK Biobank", para peneliti dari University of Oxford, Inggris, menggunakan data genetik, hasil pindai otak, dan catatan medis dari UK Biobank. Dilansir Reuters, proses ini melibatkan data lebih dari 40.000 peserta dari masa sebelum pandemi COVID-19.

Mereka menyisakan data 782 peserta: 394 pasien COVID-19 periode Maret 2020 hingga April 2021, dan 388 peserta yang tidak mengidap COVID-19. Kebanyakan dari kasus COVID-19 tersebut memiliki gejala ringan hingga sedang dan malah tidak memiliki gejala atau asimtomatik. Hanya 15 pasien COVID-19 yang pernah dilarikan ke rumah sakit.

Para peneliti kemudian mengundang 782 peserta tersebut untuk menjalani proses pemindaian otak untuk kali kedua. Bagaimana hasilnya?

Baca Juga: Ahli: Vaping dan Rokok Tingkatkan Risiko Stroke akibat COVID-19

2. Temuan: ada perubahan pada materi abu-abu otak para penyintas COVID-19

ilustrasi otak (unsplash.com/Robina Weermeijer)

Para peneliti Oxford menemukan bahwa di otak para penyintas COVID-19, terlihat hilangnya materi abu-abu dalam jumlah besar pada area gyrus parahippocampal kiri, korteks orbitofrontal kiri, dan insula kiri. Area otak tersebut berhubungan dengan indra penciuman dan pengecapan.

Selain itu, penelitian yang diunggah ke medRxiv dan belum menjalani ulasan sejawat (peer review) tersebut mengatakan bahwa daerah otak yang berhubungan dengan memori kejadian yang memicu emosi juga terkena dampaknya. Bagi kelompok peserta yang tidak mengalami COVID-19, struktur otak mereka tidak mengalami perubahan.

3. Masih banyak hal yang perlu diketahui

ilustrasi sel otak (neuronline.sfn.org)

Mereka mengatakan bahwa butuh penelitian lebih dalam untuk menentukan apakah para penyintas COVID-19 akan terkena masalah jangka panjang dalam mengingat peristiwa yang membangkitkan emosi.

Selain itu, para peneliti Oxford juga masih mencari tahu apakah hilangnya materi otak dalam jumlah yang signifikan tersebut adalah efek dari SARS-CoV-2 yang menyebar ke otak melalui hidung, atau komplikasi dari COVID-19 itu sendiri.

Baca Juga: Makan di Resto Lebih Berisiko COVID-19 dari Salon dan Kendaraan Umum

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya