TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Polutan Udara Apa yang Paling Berbahaya? Ini Penelitiannya!

Bisa meningkatkan risiko kematian dini

ilustrasi polusi udara pekat (IDN Times/Gregorius Aryodamar P)

Polusi udara adalah salah satu masalah kemanusiaan yang persisten. Bukan hanya menyebabkan perubahan iklim dan kerusakan lingkungan, polusi udara juga menjadi salah satu faktor rendahnya angka harapan hidup di berbagai negara. Ya, polusi udara dapat menyebabkan beragam penyakit kronis.

Berbagai senyawa polutan udara mengitari udara di sekeliling kita. Namun, dari berbagai senyawa tak kasatmata tersebut, manakah yang paling berbahaya untuk kesehatan kita? Sebuah penelitian gabungan terbaru mengungkapkan jawaban untuk pertanyaan ini.

1. Bisa menyebabkan kematian, partikulat amat berbahaya

ilustrasi polusi udara di Jakarta (pond5.com)

Partikulat adalah salah satu polutan udara yang paling berbahaya, terdiri dari partikel halus yang bercampur dengan tetesan kecil (droplet). Bukan cuma industri, pembangkit listrik, atau kendaraan bermotor, partikulat juga dapat bersumber dari kebakaran hutan.

Salah satu partikulat paling terkenal yang mencemari udara adalah PM2,5. Sesuai namanya, partikulat ini memiliki ukuran diameter lebih kecil dari 2,5 mikrometer. Umumnya dikeluarkan oleh kendaraan bermotor, karbon hitam (BC) dari PM2,5 diduga yang paling berbahaya.

Per 2017, partikulat adalah salah satu faktor lingkungan utama yang menyebabkan 4,1 sampai 5 juta kematian di seluruh dunia. Sementara hubungan antara pajanan partikulat dan kematian umum dimengerti, risiko tersebut ternyata tidak sama di masing-masing lokasi.

Baca Juga: Paparan Polusi Udara Tingkatkan Keparahan COVID-19

2. Penelitian melibatkan 16 negara

ilustrasi polusi udara (needpix.com)

Sebuah studi gabungan yang dimuat dalam jurnal Epidemiology pada Desember 2021 mencari tahu variasi risiko kematian relatif berbasis lokasi akibat pajanan PM2,5 di negara-negara tertentu. Bukan hanya itu, mereka juga menentukan komponen partikulat mana yang paling berbahaya.

Dipimpin oleh London School of Hygiene & Tropical Medicine (LSHTM) sebagai bagian dari Multi-City Multi-Country (MCC) Collaborative Research Network, para peneliti dari berbagai negara menganalisis data dari 210 kota di 16 negara pada tahun 1999 hingga 2017. Komponen PM2,5 yang diteliti adalah:

  • Sulfat (SO²⁻₄)
  • Nitrat (NO3-)
  • Amonium (NH4+)
  • Karbon hitam (BC)
  • Karbon organik (OC)
  • Debu mineral
  • Garam laut

Para peneliti juga menyertakan data berupa usia, produk domestik bruto (GDP), tingkat kemiskinan, suhu udara, dan ketersediaan ruang hijau (pohon di jalan-jalan dan/atau taman).

3. Hasil: amonium adalah yang paling mematikan

ilustrasi pupuk mengandung amonium (analyticalscience.wiley.com)

Hasilnya, para peneliti menemukan hubungan konkret antara pajanan beberapa PM2,5 dan risiko kematian. Dari tujuh senyawa tersebut, NH4+ adalah yang paling berbahaya. Umum ditemukan dalam pupuk, risiko kematian akibat paparan PM2,5 meningkat dari 0,6 ke 1 persen saat kadar amonium dinaikkan dari 1 ke 22 persen.

"Kami tahu karbon hitam di partikulat adalah ancaman kesehatan masyarakat besar. Namun, sedikit yang diketahui tentang amonium yang tercipta dari reaksi kimiawi amonia di atmosfer dan berasal dari praktik agrikultur dan peternakan.

"Dengan menggunakan teknik statistik termutakhir untuk membongkar efek dari tiap komponen, kami melihat bahwa ternyata, amonium kemungkinan besar lebih berbahaya daripada komponen PM2,5 lainnya," ujar pemimpin studi dari LSHTM, Dr. Pierre Masselot. 

ilustrasi perkebunan di Jepang (morningagclips.com)

Dari 210 kota yang terlibat dalam penelitian, beberapa kota menggunakan amonium dalam konsentrasi besar dan amat dirugikan dari segi kesehatan. Kota-kota tersebut adalah:

  • Jepang: Aikita, Aomori, dan Sendai
  • Kanada: London dan Sarnia

Oleh karena itu, LSHTM berpendapat bahwa hal ini harus diubah. Tindak lanjut di bidang agrikultur dan peternakan bisa menurunkan risiko kesehatan dari polusi udara akibat NH4+.

4. Nitrat justru tidak berbahaya?

ilustrasi pupuk kalsium nitrat (trees.com)

Selain itu, para peneliti tidak menemukan risiko kesehatan yang sama dari kadar BC dan OC pada PM2,5. Uniknya lagi, peningkatan kadar nitrat dari 1 ke 71 persen justru mengurangi risiko kesehatan dari 1 ke 0,37 persen.

Oleh karena itu, para peneliti mengungkapkan bahwa terdapat risiko kesehatan akibat pajanan PM2,5 yang lebih kecil di beberapa negara yang menggunakan nitrat dalam konsentrasi tinggi. Negara-negara tersebut adalah Britania Raya, Jerman, dan negara Skandinavia.

Baca Juga: Hati-hati, Ini 10 Risiko Kesehatan akibat Paparan Polusi Udara

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya