TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Muncul Ruam Merah di Sekitar Mulut? Waspadai Dermatitis Perioral

Sering dikira jerawat, padahal merupakan kondisi berbeda

ilustrasi perempuan yang menutupi area mulutnya (facethefuture.co.uk)

Dermatitis perioral atau perioral dermatitis adalah ruam wajah yang berkembang di sekitar mulut. Dalam beberapa kasus, ruam serupa juga mungkin muncul di sekitar mata, hidung, dahi, atau kadang alat kelamin. Beberapa ahli menyebutnya sebagai jenis rosasea.

Kondisi ini adalah salah satu jenis dermatitis atau eksem, yang paling sering dialami perempuan muda, yakni sekitar 90 persen kasus, tetapi bisa juga menyerang laki-laki. Untuk memahaminya lebih lanjut, ketahui gejala, penyebab, dan pengobatan dermatitis perioral berikut ini.

1. Apa itu dermatitis perioral?

ilustrasi dermatitis perioral (skincraft. com)

Berdasarkan keterangan dari American Academy of Dermatology Association, kamu perlu mewaspadai dermatitis perioral bila mengalami ruam di sekitar mulut. Ruamnya sendiri terlihat seperti breakout (iritasi dan berjerawat) kecil dan merah pada orang berkulit terang dan breakout warna kulit pada orang dengan kulit cokelat atau gelap.

Entah itu berwarna merah atau warnanya menyerupai kulit, ruam yang muncul bisa terasa gatal. Kadang, ruam menyebabkan sensasi terbakar. Walau demikian, ada juga orang yang tidak mengalami gejala tersebut.

Walaupun ruam sering berkembang di sekitar mulut, tetapi bisa juga muncul di sekitar mata atau hidung. Mungkin juga ruam terbentuk di sekitar mulut dan hidung, atau di sekitar hidung dan mata.

Beberapa orang memiliki ruam di area kelamin. Bila ini terjadi, dermatolog mungkin akan menyebutnya sebagai peri-orificial dermatitis.

Peri-orifical dermatitis sebetulnya istilah yang lebih akurat untuk jenis ruam ini. "Peri" berarti "sekitar" dan "orificial"mengacu pada "pembukaan". Di mana pun ruam ini muncul, orang sering menyebutnya sebagai dermatitis perioral, yang secara harfiah berarti sekitar dan mulut.

Dilansir Cleveland Clinic, ada dua jenis dermatitis perioral. Ada jenis yang khas dan ada yang disebut sebagai dermatitis perioral granulomatosa.

Granulomatosa sebetulnya bukanlah jenis dermatitis perioral, tetapi ini merupakan versi yang tidak teratur. Pada jenis ini, akan terlihat benjolan kekuningan, bukan merah. Anak-anak lebih rentan mengalami dermatitis perioral granulomatosa dibanding orang dewasa.

Baca Juga: Kadang Sulit Dibedakan, Ini Perbedaan Psoriasis, Eksem, dan Dermatitis

2. Tanda dan gejala dermatitis perioral

ilustrasi dermatitis perioral (strnotdrem.com)

Ruam dermatitis perioral berkembang di sekitar mulut dan cenderung bergelombang atau bersisik.

Benjolan umumnya tidak memengaruhi kulit tepat di sebelah mulut, tetapi muncul agak jauh dari bibir. Ruam mungkin membentuk cincin di sekitar mulut.

Terkadang ruam bisa muncul di sekitar hidung atau mata. Kadang-kadang bisa muncul di sekitar alat kelamin juga, tapi ini jarang terjadi.

Beberapa orang mungkin hanya memiliki beberapa benjolan dan ruam tak terlalu terlihat. Beberapa orang lainnya mungkin memiliki banyak benjolan dan terbentuk ruam yang tampak jelas.

Benjolan mungkin warnanya menyerupai kulit, atau, pada orang dengan kulit putih, mungkin tampak merah atau merah mudah. Meskipun mungkin menyerupai jerawat, benjolan itu tidak sama dengan jerawat.

Ada pula kemungkinan ruam akan terlihat meradang, dengan kulit di bawahnya dan sekitarnya tampak merah atau merah muda.

Ruam bisa gatal atau bisa juga tidak, tetapi biasanya tidak terasa sakit. Beberapa orang dengan dermatitis perioral mungkin merasa kekencangan pada area yang terdampak atau sensasi terbakar ringan, yang mungkin bisa kering atau bersisik.

3. Apa penyebabnya?

ilustrasi penggunaan pembersih wajah(pexels.com/Ron Lach)

Tidak ada kondisi yang mendasari munculnya dermatitis perioral dan ini bukanlah penyakit menular.

Walaupun penyebab pastinya tidak diketahui, tetapi para ahli menduga bahwa ini ada hubungannya dengan penggunaan kortikosteroid topikal (oles).

Kortikosteroid topikal adalah salep steroid, krim, atau gel yang digunakan untuk mengobati kondisi kulit. Obat ini hanya boleh digunakan sebagai perawatan jangka pendek, dan kebanyakan tidak cocok untuk aplikasi pada wajah.

Kadang orang menggunakan kortikosteroid lebih lama dari yang seharusnya atau menggunakannya di wajah. Ini dapat menyebabkan kerusakan kulit.

Sebuah laporan studi dalam Journal of Dermatological Case Reports tahun 2017 mengeksplorasi efek dari penyalahgunaan kortikosteroid topikal pada kulit wajah. Para peneliti menemukan bahwa dermatitis perioral adalah salah satu efek sampingnya.

Kemungkinan penyebab tambahan dermatitis perioral meliputi:

  • Masalah pada skin barrier (lapisan pelindung paling luar pada kulit)
  • Perubahan bakteri pada kulit
  • Bakteri masuk ke folikel rambut
  • Reaksi alergi
  • Iritasi akibat produk perawatan kulit atau pasta gigi
  • Perubahan hormonal
  • Minum pil KB
  • Angin kencang
  • Sinar ultraviolet

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami penyebab pasti dermatitis perioral.

4. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko dermatitis perioral

ilustrasi penggunaan make up(pexels.com/Adrienn)

Perempuan lebih mungkin mengembangkan dermatitis perioral, khususnya antara usia 16 dan 45 tahun.

Mereka yang mengalami ketidakseimbangan hormonal atau riwayat alergi lebih berisiko mengalami kondisi kulit ini. Penggunaan steroid topikal juga meningkatkan risikonya.

Faktor lainnya yang dapat meningkatkan risiko dermatitis perioral mungkin termasuk:

  • Penggunaan peralatan mandi dan produk perawatan kulit yang mengandung pewangi kuat
  • Penggunaan makeup tebal
  • Konsumsi pil KB

5. Pengobatan dermatitis perioral

ilustrasi mencuci sarung bantal (pexels.com/Teona Swift)

American Osteopathic College of Dermatology merekomendasikan penghentian krim steroid topikal atau semprotan hidung yang mengandung steroid jika memungkinkan. Produk-produk tersebut dapat memperburuk gejala dan mungkin yang menyebabkan gejalanya. Akan tetapi, penting untuk konsultasi dengan dokter sebelum menghentikan penggunaan obat apa pun. 

Dokter akan menentukan perawatan berdasarkan tingkat keparahan kondisi. Pada beberapa kasus, penggunaan sabun berbahan ringan dan menyetop penggunaan krim kulit yang berat dan pasta gigi berfluorinasi dapat meredakan gejala.

Obat-obatan juga bisa mempercepat penyembuhan, seperti:

  • Antibiotik topikal, seperti metronidazole dan erythromycin
  • Krim imunosupresif, seperti pimecrolimus atau tacrolimus
  • Obat jerawat topikal, seperti adapalene atau azelaic acid
  • Antibiotik oral seperti doxycycline, tetracycline, minocycline, atau isotretinoin, untuk kasus yang lebih parah

Perubahan pola makan dan gaya hidup juga dibutuhkan yang dapat membantu mencegah kemunculan ruam, seperti:

  • Tidak menggunakan produk scrub wajah yang kasar atau pembersih yang mengandung pewangi. Lebih disarankan untuk menggunakan air hangat saat ruam kambuh. Setelah ruam hilang, hanya gunakan sabun berbahan ringan dan jangan melakukan scrub wajah
  • Hindari penggunaan krim steroid, bahkan krim hidrokortison tanpa resep
  • Berhenti menggunakan atau mengurangi makeup, kosmetik, dan tabir surya
  • Bersihkan sarung bantal dan handuk di air panas secara rutin
  • Batasi makanan yang terlalu asin atau terlalu pedas karena dapat mengiritasi kulit di sekitar mulut

Baca Juga: Dewi Perssik Mengalami Ruam karena COVID-19, Ini Penjelasannya!

Verified Writer

Derinda Astri Irdiyana

Jual hamster Bergas Ungaran Kabupaten Semarang Instagram @dekyrahamster030721

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya