TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Vaginosis Bakterialis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Terjadi akibat ketidakseimbangan flora bakteri di vagina

ilustrasi vaginosis bakterialis atau bacterial vaginosis (advancedgynecology.com)

Vagina yang sehat memiliki bakteri, disebut flora, di dalamnya. Akan tetapi, perubahan keseimbangan berbagai jenis bakteri di vagina dapat menyebabkan vaginosis bakterialis atau bacterial vaginosis (BV).

Vaginosis bakterialis atau bacterial vaginosis (BV) adalah penyebab paling umum dari infeksi vagina pada perempuan usia subur. Gejala umumnya meliputi cairan keputihan berwarna putih atau abu-abu yang berbau amis atau menyengat. Perlu diwaspadai kaum hawa, simak ulasan lengkapnya di bawah ini.

1. Apa itu vaginosis bakterialis?

ilustrasi bakteri baik dan buruk dalam vagina (labiotech.eu)

Dilansir Patient, BV adalah gangguan keseimbangan flora di vagina. Normalnya, ada campuran sehat dari jutaan bakteri baik di tubuh kita, termasuk di vagina. Kita mengandalkan keberadaan mereka dan mereka adalah bagian yang mendukung kesehatan kita. Pada BV, keseimbangan bakteri vagina berubah.

Jenis bakteri yang disebut bakteri anaerob (bakteri yang tumbuh di lingkungan tanpa udara) bertambah jumlahnya, sementara jenis lain, yang disebut lactobacilli, mati. Gangguan pada bakteri ini membuat bagian dalam vagina sedikit kurang asam dari biasanya. Sedikit pengurangan keasaman ini kemudian mendorong pertumbuhan lebih banyak bakteri anaerobik dan lebih sedikit lactobacilli.

Meskipun perubahan BV biasanya tidak menyebabkan rasa sakit atau gatal, mereka cenderung menyebabkan keluarnya cairan atau keputihan yang dapat berbau lebih kuat dari biasanya. Kadang baunya "amis", terutama setelah berhubungan seksual. Tekstur keputihan bisa encer dan berwarna keabu-abuan. Kondisi ini bisa membuat perempuan tak nyaman dan merasa tidak bersih.

Beberapa perempuan kemudian mencoba metode pembersihan vagina dengan douche atau membasuh vagina dengan sabun kewanitaan yang mengandung pewangi. Namun, sayangnya cara ini akan lebih mengganggu vagina (karena sabun terlalu basa untuk bagian dalam vagina) dan akan memperburuk masalah.

Baca Juga: 7 Makanan Ini Bisa Mengatasi Aroma Vagina yang Tak Sedap dan Menyengat

2. Tanda dan gejala

ilustrasi gatal pada vagina (indiatimes.com)

Mengutip Medical News Today, BV mungkin tidak menunjukkan gejala. Namun, saat gejala muncul, ini bisa termasuk keputihan, adanya sensasi terbakar di vagina, dan vagina gatal.

Keputihan yang dialami mungkin:

  • Teksurnya encer dan tipis.
  • Berwarna abu-abu atau putih.
  • Memiliki aroma yang kuat dan tidak sedap, sering digambarkan sebagai bau amis.

Gejala lainnya yang kurang umum mungkin termasuk:

  • Sensasi terbakar saat buang air kecil.
  • Gatal-gatal di bagian luar vagina.

Dilansir UpToDate, Inc., antara 50–75 persen perempuan dengan BV tidak mengalami gejala. BV sendiri bukanlah kondisi berbahaya, tetapi komplikasi tetap bisa terjadi.

3. Apa bedanya vaginosis bakterialis dan infeksi jamur?

ilustrasi keputihan (pexels.com/Nataliya Voitkevich)

Dilansir Cleveland Clinic, BV dan infeksi ragi (jamur) adalah infeksi vagina yang sama-sama dapat meningkatkan keputihan. Inilah perbedaannya yang perlu kamu tahu:

  • Keputihan: Ciri khas BV adalah keputihan yang baunya sering dideskripsikan amis. Sementara itu, keputihan pada infeksi ragi tidak selalu beraroma kuat, tetapi teksturnya lebih terlihat seperti keju cottage.
  • Iritasi vagina: Umumnya BV tidak menimbulkan iritasi pada vagina atau gatal-gatal. Ini lebih sering terjadi pada infeksi ragi.
  • Pengobatan: Kamu bisa mengobati infeksi ragi dengan obat-obatan yang dijual bebas. Namun, untuk BV, kamu perlu mendapatkan resep antibiotik dari dokter.

4. Penyebab dan faktor risiko

ilustrasi seks (IDN Times/Arief Rahmat)

BV disebabkan oleh ketidakseimbangan flora bakteri yang terjadi secara alami, bakteri yang biasa ditemukan di vagina. Penyebab ketidakseimbangan ini masih belum dipahami. BV berbeda dengan kandidiasis, infeksi jamur, atau trikomoniasis, yang tidak disebabkan oleh bakteri.

Semua bagian tubuh kita memiliki bakteri, tetapi ada yang bermanfaat sementara yang lain berbahaya. Ketika jumlah bakteri berbahaya terlalu banyak, masalah bisa muncul.

Vagina mengandung sebagian besar bakteri "baik" dan beberapa bakteri berbahaya. BV terjadi ketika bakteri berbahaya tumbuh dalam jumlah berlebihan.

Vagina harus mengandung bakteri yang disebut lactobacilli. Bakteri ini menghasilkan asam laktat, membuat vagina sedikit asam. Ini mencegah bakteri lain tumbuh di sana.

Tingkat lactobacilli yang lebih rendah dapat menyebabkan vagina menjadi kurang asam. Jika vagina tidak terlalu asam seperti yang seharusnya, ini dapat memberikan kesempatan bagi bakteri lain untuk tumbuh dan berkembang. Namun, bagaimana tepatnya bakteri berbahaya ini terkait dengan BV tidak diketahui.

Setiap perempuan dapat mengembangkan BV, tetapi beberapa perilaku atau aktivitas dapat meningkatkan risiko, seperti:

  • Douching, atau menggunakan air atau larutan obat untuk membersihkan vagina.
  • Mandi dengan cairan antiseptik.
  • Memiliki pasangan seks baru.
  • Memiliki banyak pasangan seks.
  • Menggunakan mandi busa yang mengandung pewangi, deodoran vagina, dan beberapa sabun beraroma.
  • Merokok.
  • Mencuci pakaian dalam dengan detergen yang kuat.

BV tidak bisa didapat dari dudukan toilet, seprai, kolam renang, atau benda lainnya. 

5. Pengobatan

ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Dokter dapat meresepkan antibiotik (metronidazol, klindamisin, tinidazol) untuk mengobati BV. Ini bisa berupa tablet oral, bisa juga berupa krim atau gel yang dimasukkan ke vagina. Pengobatannya biasanya butuh waktu selama 5–7 hari. Obat harus dihabiskan, bahkan setelah gejalanya hilang. Bila obat dihentikan lebih cepat, infeksi bisa kembali.

Karena BV dapat menyebar lewat hubungan seks, jangan melakukan kontak seksual sampai pasien selesai minum obat dan gejalanya hilang.

Bahkan, setelah BV diobati dan hilang, infeksi ini bisa kambuh atau muncul lagi. Bila ini terjadi, dokter mungkin akan memberikan antibiotik lagi untuk waktu yang lebih lama.

Bila kamu menggunakan spiral atau IUD dan mengalami kekambuhan atau BV berulang, mungkin perlu mendiskusikan dengan tentang jenis kontrasepsi yang berbeda.

BV juga telah dihubungkan dengan risiko lebih tinggi beberapa masalah kesehatan, seperti:

  • Infeksi bakteri, bisa terjadi bila perempuan menjalani histerektomi atau operasi lainnya pada organ kewanitaan saat mengalami BV.
  • Kelahiran prematur atau berat badan bayi lahir rendah.
  • Penyakit menular seksual seperti herpes, klamidia, gonore, atau menularkan HIV ke pasangan.
  • Penurunan tingkat keberhasilan terapi kesuburan, misalnya in vitro fertilization (IVF).
  • Penyakit radang panggul, yaitu infeksi pada infeksi rahim, saluran tuba, dan ovarium.

Baca Juga: Picu Keputihan, Ini 7 Penyebab Umum Infeksi Jamur pada Vagina

Verified Writer

Derinda Astri Irdiyana

Jual hamster Bergas Ungaran Kabupaten Semarang Instagram @dekyrahamster030721

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya