TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Penyakit Tetanus: Penyebab, Gejala, Jenis, dan Pengobatan

Tanda khasnya kondisi rahang yang terkunci

ilustrasi tetanus (picpedia.org/Nick Young)

Tetanus atau lockjaw adalah penyakit yang terjadi akibat infeksi bakteri yang dapat mengancam nyawa akibat komplikasi yang ditimbulkannya. Ini karena infeksi bisa mengakibatkan kerusakan pada sistem saraf, mengakibatkan kontraksi otot yang menyakitkan terutama pada otot rahang dan leher.

Sayangnya, hingga saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan tetanus. Pengobatan dan perawatan yang dilakukan bertujuan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

Harus sangat diwaspadai, berikut ini fakta penting seputar penyakit tetanus yang harus kamu ketahui.

1. Penyebab tetanus adalah infeksi bakteri

ilustrasi bakteri Clostridium tetani (flickr.com/Sanofi-Pasteur)

Menurut keterangan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), tetanus disebabkan oleh infeksi bakteri Clostridium tetani. Spora bakteri ini ada di mana-mana, yang kemudian bisa berkembang menjadi bakteri saat masuk ke dalam tubuh kita.

Umumnya, spora bakteri tersebut bisa masuk ke dalam tubuh lewat benda yang terkontaminasi serta terjadinya kerusakan kulit seperti luka yang terbuka. Kondisi ini meliputi:

  • Luka yang terkontaminasi kotoran (feses) atau ludah 
  • Luka akibat benda yang menusuk kulit (luka tusuk), seperti paku atau jarum
  • Luka bakar
  • Crush injury, yaitu cedera yang terjadi ketika bagian tubuh terimpit dan mendapat tekanan kuat dari benda berat
  • Luka yang terdapat jaringan mati

Selain itu, cara di bawah ini juga bisa jadi media penularan tetanus tetapi kasusnya jarang:

  • Prosedur pembedahan
  • Luka superfisial atau luka lecet, yang terdampak hanya permukaan kulit sedangkan lapisan kulit yang lebih dalam tetap utuh
  • Gigitan serangga
  • Infeksi gigi
  • Fraktur terbuka, yaitu retak tulang dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke patahan tulang
  • Penggunaan obat intravena
  • Suntikan intramuskular (suntikan yang diberikan di otot)

Baca Juga: Mengerikan, Ini 7 Hal yang Akan Terjadi Saat Kamu Mengalami Tetanus

2. Jenis tetanus

kondisi trismus atau lockjaw pada pasien tetanus (onlinelibrary.wiley.com)

Berdasarkan laporan dalam publikasi StatPearls, ada empat bentuk tetanus berdasarkan temuan klinis: tetanus umum, neonatal, lokal, dan sefalik.

1. Tetanus umum

Ini adalah jenis paling umum tetanus, yang terjadi pada sekitar 80 persen kasus. Pasien biasanya dibawa ke rumah sakit dengan pola kejang otot menurun, rahang terkunci (lockjaw), dan risus sardonicus (senyum kaku karena kontraksi otot wajah yang berkelanjutan). Ini bisa berkembang menjadi leher kaku, sulit menelan, dan kaku pada otot dada dan betis. Kejang ini dapat berlangsung hingga 4 minggu, dan bisa butuh waktu berbulan-bulan untuk pemulihan penuh. 

Ketidakstabilan otonom juga dapat terjadi pada pasien dengan demam, disritmia, tekanan darah dan detak jantung yang tidak stabil, kesulitan bernapas, ekskresi katekolamin, dan bahkan kematian dini.

2. Tetanus neonatal

Tetanus neonatal adalah bentuk umum tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir dari ibu yang tidak diimunisasi atau dari infeksi melalui alat yang terkontaminasi saat memotong tali pusat.

Bayi dari ibu yang diimunisasi umumnya tidak terkena tetanus akibat imunitas pasif dari ibunya. Bayi yang terinfeksi menunjukkan sifat lekas marah, makan yang buruk, wajah meringis, kaku, dan kontraksi kejang parah yang dipicu oleh sentuhan.

Ada laporan kasus konsekuensi jangka panjang pada orang yang selamat dari gangguan perkembangan saraf, masalah perilaku, dan defisit dalam perkembangan motorik kasar dan bicara dan bahasa.

3. Tetanus lokal

Jenis ini adalah salah satu bentuk tetanus yang paling langka. Jenis ini ditandai dengan kontraksi otot terus-menerus di lokasi cedera yang dapat berlangsung selama berminggu-minggu.

Jenis ini jarang berakibat fatal, tetapi bisa berkembang menjadi bentuk tetanus umum yang lebih mengancam nyawa.

4. Tetanus sefalik atau tetanus serebral

Selain tetanus lokal, tetanus sefalik juga merupakan jenis tetanus yang paling langka. Jenis ini terjadi paling sering setelah mengalami trauma kepala, seperti patah tulang tengkoak, laserasi kepala, cedera mata, prosedur gigi, otitis media, atau dari tempat cedera lain.

Jenis ini ditandai dengan kekakuan leher, disfagia, trismus atau lockjaw, kelopak mata tertarik, pandangan menyimpang, dan risus sardonicus.

Saraf wajah paling sering terkena. Namun, saraf kranial lain juga bisa terpengaruh. Temuan ini dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut seperti aspirasi bronkus, kelumpuhan otot pernapasan dan laring, serta gagal napas. Jenis ini juga dapat berkembang menjadi tetanus umum.

3. Gejala tetanus yang harus diwaspadai

ilustrasi gejala tetanus (freepik.com/wayhomestudio)

Menurut keterangan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), hampir semua kasus tetanus terjadi pada orang-orang yang belum pernah divaksinasi atau pada orang dewasa yang tidak mendapatkan suntikan booster

Tanda dan gejala tetanus bisa muncul kapan saja, dari 3 hari hingga 21 hari setelah bakteri tetanus masuk ke tubuh melalui luka. Dalam kebanyakan kasus, gejala muncul dalam 14 hari. 

Gejalanya bisa meliputi:

  • Kram rahang atau ketidakmampuan untuk membuka mulut
  • Sering terjadi kejang otot di punggung, perut, dan ekstremitas
  • Kejang otot tiba-tiba yang menyakitkan sering dipicu oleh suara tiba-tiba
  • Kesulitan menelan
  • Kejang
  • Sakit kepala
  • Demam dan berkeringat
  • Perubahan tekanan darah atau detak jantung yang cepat.

Pada tetanus neonatal, gejalanya meliputi kejang otot, yang sering didahului oleh ketidakmampuan bayi baru lahir untuk mengisap atau menyusui, dan tangisan berlebihan.

Tetanus didiagnosis berdasarkan gambaran klinis dan tidak memerlukan konfirmasi laboratorium. Tetanus membutuhkan perawatan di fasilitas medis, sering kali di rumah sakit rujukan. Orang yang sembuh dari tetanus tidak memiliki kekebalan alami dan dapat terinfeksi kembali, sehingga perlu diimunisasi.

4. Bagaimana proses diagnosis penyakit tetanus?

ilustrasi pemeriksaan dokter (freepik.com/freepik)

Dilansir Healthline, diagnosis penyakit tetanus biasanya dilakukan dengan pemeriksaan fisik untuk melihat tanda-tandanya seperti otot kaku dan kejang yang menyakitkan. Pada umumnya diagnosis tetanus tidak membutuhkan tes laboratorium.

Tes laboratorium hanya dilakukan untuk memeriksa penyakit dengan gejala serupa, seperti meningitis, infeksi bakteri yang mempengaruhi otak dan sumsum tulang belakang, atau rabies, infeksi virus yang menyebabkan pembengkakan otak.

5. Risiko komplikasi yang harus diwaspadai

ilustrasi tetanus (scientificanimations.com)

Tetanus dapat menyebabkan masalah dan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan cepat. Seperti yang dijelaskan di laman Medical News Today, risiko komplikasi yang membahayakan nyawa akan meningkat (40-76 persen) jika pasien tidak menerima pengobatan. Komplikasi ini dapat berupa:

  • Fraktur: kejang otot dan kejang dapat menyebabkan patah tulang dalam kasus yang parah
  • Pneumonia aspirasi: jika sekresi (isi perut) terhirup, infeksi saluran pernapasan bagian bawah dapat berkembang lalu menyebabkan pneumonia
  • Laringospasme: kotak suara mengalami kejang yang dapat berlangsung sampai satu menit sehingga menyebabkan kesulitan bernapas
  • Kejang tetanik: pasien dapat mengalami serangan tetanus jika infeksi menyebar ke otak
  • Emboli paru: pembuluh darah di paru-paru dapat tersumbat dan memengaruhi pernapasan dan sirkulasi
  • Gagal ginjal parah (gagal ginjal akut): kejang otot yang parah dapat menyebabkan kerusakan otot rangka, lalu mengakibatkan protein otot bocor ke dalam urine

6. Untuk mengurangi risiko komplikasi, begini pengobatan tetanus

ilustrasi antibiotik penisilin (aarp.org)

Umumnya, pengobatan disesuaikan dengan gejala pasien. Beberapa metode pengobatan untuk menangani tetanus di antaranya:

  • Pemberian antibiotik seperti penisilin untuk membunuh bakteri
  • Tetanus imunoglobulin (TIG) untuk menetralkan racun dari bakteri penyebab tetanus di dalam tubuh
  • Pelemas otot untuk mengontrol kejang otot
  • Vaksin tetanus yang diberikan bersamaan dengan pengobatan
  • Membersihkan luka untuk menghilangkan sumber bakteri
  • Jika mengalami kesulitan menelan dan bernapas, maka akan diberikan tabung pernapasan atau ventilator

Baca Juga: Diidap Ustaz Maaher sebelum Meninggal, Ini 7 Fakta Infeksi TB Usus

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya