TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Afakia: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Komplikasi, dan Pengobatan

Merupakan kondisi tidak adanya lensa mata

ilustrasi lensa mata (pixabay.com/Pexels)

Lensa mata adalah bagian transparan mata yang membantu mengatur fokus pada objek penglihatan. Namun, apa yang terjadi ketika lensa ini tidak hadir atau mengalami kerusakan?

Dalam istilah medis, kondisi tidak adanya lensa mata disebut dengan afakia atau aphakia. Ini adalah kondisi yang dapat hadir sejak lahir atau disebabkan oleh kondisi tertentu, misalnya cedera mata. Afakia dapat menyerang orang dewasa maupun anak-anak, baik pada satu atau kedua mata.

Untuk memahami lebih jauh, yuk, simak ulasan lengkap mengenai afakia di bawah ini, termasuk tanda dan gejala, penyebab, diagnosis, perawatan, serta prognosisnya.

1. Penyebab

ilustrasi cedera mata (pixabay.com/Anemone123)

Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan seseorang mengalami afakia atau ketiadaan lensa mata. Penyebab utamanya meliputi:

  • Cedera mata: kecelakaan atau cedera mata yang merusak lensa dapat menyebabkan afakia. Kondisi ini biasanya disebut dengan afakia traumatis.
  • Katarak: katarak adalah kekeruhan pada lensa mata. Orang dengan katarak memiliki penglihatan yang berkabut karena adanya protein yang menggumpal yang menutupi lensa mata, sehingga lensa mata mengalami kegagalan dalam memfokuskan objek penglihatan. Pada kondisi yang parah, prosedur operasi diperlukan untuk mengobati katarak, di mana ini melibatkan pelepasan lensa dan menggantinya dengan implan buatan.
  • Genetika: meski jarang, bayi baru lahir juga dapat mengalami afakia, yang disebut dengan afakia kongenital. Afakia kongenital dapat terjadi karena lensa mata tidak berkembang selama perkembangan bayi (afakia primer) atau tubuh menyerap lensa segera setelah lahir (afakia sekunder). Afakia primer biasanya terkait dengan mikroftalmia, tidak adanya iris, aplasia segmen anterior, atau sklerokornea (kornea menyatu dengan sklera). Afakia sekunder biasanya dikaitkan dengan sindrom rubella kongenital, yaitu kondisi yang disebabkan oleh infeksi virus rubella pada ibu selama masa kehamilan.

Baca Juga: 8 Fakta Floaters Mata, Bayangan Kecil yang Menghalangi Penglihatan

2. Gejala

ilustrasi gangguan fokus penglihatan (freepik.com/yanalya)

Orang dengan afakia biasanya masih bisa melihat, tetapi penglihatannya terganggu pada beberapa hal. Gejala yang paling dapat meliputi:

  • Penglihatan kabur
  • Rabun jauh (hiperopia), atau kesulitan melihat sesuatu dari dekat
  • Sulit memfokuskan objek
  • Mengalami gangguan fokus ketika jarak dari objek berubah
  • Gangguan pada penglihatan warna, seperti warna tampak pudar

3. Diagnosis

ilustrasi retinoskopi (pixabay.com/ravinems)

Dokter mata dapat mendiagnosis afakia melalui pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan mata yang komprehensif. Kondisi ini biasanya dicurigai jika sebelumnya pernah menjalani operasi katarak.

Dilansir EyeHealthWeb dan National Health Portal, ada beberapa tanda yang menunjukkan kondisi afakia, yaitu:

  • Bekas luka di cincin limbal (cincin hitam di sekitar iris mata). Biasanya terlihat pada orang yang pernah menjalani operasi
  • Iridodonesis, yaitu kondisi di mana iris bergoyang karena tidak memiliki dukungan dari lensa
  • Ditemukannya fundus hipermetropik kecil atau pemendekan bagian dalam mata sehingga cahaya tidak berfokus pada retina, melainkan jatuh di belakangnya
  • Retinoskopi menunjukkan hasil yang tinggi, hipermetropia
  • Gambar Purkinje, di mana hanya ditemukan dua gambar Purkinje dari kornea, sedangkan dari permukaan lensa hilang
  • Ruang anterior yang dalam karena tidak adanya lensa mata
  • Pupil tampak hitam pekat tanpa adanya lensa

4. Pengobatan

ilustrasi penggunaan kacamata khusus (pexels.com/Ksenia Chernaya)

Pembedahan adalah pengobatan paling efisien untuk afakia, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Pada bayi, pembedahan harus segera dilakukan karena mata bayi terus berkembang cepat. Bayi dengan afakia mungkin juga membutuhkan bantuan lensa kontak atau kacamata khusus afakia untuk koreksi optik.

Berbeda dengan lensa kontak pada umumnya, lensa kontak untuk bayi lebih aman, yang bisa digunakan untuk tidur dan dalam jangka waktu yang lama. Selain lensa kontak, mereka mungkin juga membutuhkan obat tetes mata atau penutup mata. Setelah satu tahun, bayi dengan afakia baru dapat menerima implan lensa buatan.

Sementara itu, pada orang dewasa dengan afakia, pembedahan melibatkan pengangkatan lensa dan penggantian dengan lensa buatan. Dokter mungkin juga akan menyarankan untuk penggunaan kacamata khusus afakia atau lensa kontak untuk mengoreksi penglihatan setelah operasi.

Kacamata khusus afakia biasanya diperlukan jika afakia memengaruhi kedua mata. Meskipun dapat membantu mengoreksi penglihatan, tetapi kacamata afakia memiliki kerugian, seperti pembesaran yang lebih tinggi dari normal, penurunan lapang pandang yang cukup besar, dan memiliki penampilan lensa yang tebal dan tidak estetik.

Baca Juga: Penyakit Mata karena Usia, Kenali 6 Fakta AMD Basah

Verified Writer

Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya