TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Apakah Penyakit Autoimun Bisa Sembuh?

Gejala dapat dikendalikan, bahkan hingga nyaris hilang

ilustrasi seseorang dengan penyakit autoimun (unsplash.com/Bermix Studio)

Sistem kekebalan terdiri atas organ dan sel yang dimaksudkan untuk melindungi tubuh dari bakteri, parasit, virus, dan sel kanker. Namun, pada beberapa orang, sistem kekebalan tubuh secara tidak sengaja menyerang tubuh alih-alih melindunginya. Kondisi ini disebut sebagai penyakit autoimun atau gangguan autoimun.

Ada lebih dari 100 penyakit autoimun yang diketahui. Beberapa yang umum diketahui termasuk lupus, artritis reumatoid, penyakit Crohn, dan kolitis ulseratif. Penyakit autoimun dapat memengaruhi hampir semua organ tubuh.

Didiagnosis dengan penyakit autoimun dapat memengaruhi kehidupan secara drastis. Mulai dari harus menghindari makanan tertentu, minum obat secara rutin, olahraga rutin, dan masih banyak lagi.

Banyak orang yang baru didiagnosis dengan penyakit autoimun kemudian bertanya-tanya apakah mereka bisa sembuh dari kondisi ini? Agar tidak bingung, simak jawabannya berikut ini!

1. Apakah penyakit autoimun bisa sembuh

ilustrasi seseorang sedang berolahraga agar sehat (freepik.com/benzoix)

Tidak ada obat untuk menyembuhkan penyakit autoimun. Kendati demikian, gejalanya bisa diobati.

Dilansir Cleveland Clinic, wajar jika gejala penyakit autoimun berubah seiring waktu. Gejala mungkin hanya muncul sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali, atau gejalanya bisa kambuh sehingga memperburuk penyakit. Dengan gaya hidup sehat, banyak orang yang hidup dengan penyakit autoimun dapat hidup normal.

Baca Juga: 10 Makanan yang Bisa Menyebabkan Gangguan Autoimun Memburuk

2. Penyakit autoimun berobat ke dokter spesialis apa?

ilustrasi konsultasi dokter (freepik.com/tirachardz)

Ada lebih dari 100 jenis penyakit autoimun, dan tidak ada satu dokter pun yang dapat mengobati semua jenis penyakit autoimun. Ke dokter spesialis apa kamu harus berobat bergantung pada sistem tubuh mana yang terkena dampaknya. Kamu biasanya akan mendapatkan rujukan ke spesialis dari dokter umum.

Berikut beberapa dokter spesialis yang dapat menangani penyakit autoimun seperti dijelaskan dalam laman Verywell Health:

1. Ahli reumatologi. Seorang ahli reumatologi mengobati penyakit autoimun dan peradangan yang menyerang sendi, otot, tulang, atau organnya. Ahli reumatologi menangani kondisi autoimun berikut:

  • Artritis reumatoid.
  • Radang sendi akibat asam urat tinggi atau gout. 
  • Lupus.
  • Sindrom antifosfolipid.
  • Skleroderma.
  • Spondilitis ankilosa.
  • Artritis psoriasis.

2. Ahli endokrin. Dokter spesialisasi ini dilatih dalam evaluasi, diagnosis, dan pengobatan gangguan yang berkaitan dengan kadar hormon abnormal dalam tubuh. Ahli endokrinologi menangani berbagai kondisi autoimun, seperti:

  • Diabetes tipe 1.
  • Penyakit Addison.
  • Penyakit Hashimoto.
  • Hipoparatiroidisme idiopatik.
  • Kegagalan ovarium prematur.
  • Sindrom poliendokrin autoimun.
  • Hipofisis.

3. Ahli gastroenterologi. Dokter spesialis ini mengobati penyakit gastrointestinal dan hati. Kondisi autoimun yang ditangani oleh ahli gastroenterologi, meliputi:

  • Penyakit radang usus kronis.
  • Hepatitis autoimun.
  • Kolangitis sklerosis primer.
  • Sirosis bilier primer.
  • Pankreatitis autoimun.
  • Penyakit celiac.

4. Dermatolog. Spesialis ini dilatih khusus untuk mengobati penyakit yang berdampak pada kulit, rambut, dan kuku. Dokter spesialis ini dapat menangani penyakit autoimun yang memengaruhi kulit, seperti:

  • Psoriasis.
  • Skleroderma.
  • Penyakit Behcet.
  • Dermatitis herpetiformis.
  • Lichen planus.
  • Penyakit IgA linier.
  • Pemfigus.
  • Pemfigoid.
  • Dermatomiositis.
  • Lupus pada kulit.

5. Ahli imunologi. Dokter spesialis yang juga kerap disebut ahli alergi ini dilatih untuk mendiagnosis dan mengobati alergi, asma, dan gangguan imunologi lainnya seperti gangguan imunodefisiensi primer. Mereka mengkhususkan diri pada penyakit yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh.

Kondisi autoimun yang ditangani oleh ahli alergi atau imunologi mencakup:

  • Defisiensi imun primer.
  • Sindrom autoinflamasi.

3. Apakah orang dengan penyakit autoimun tidak boleh capek?

ilustrasi perempuan kecapekan (pexels.com/cottonbro studio)

Bagi banyak orang dengan penyakit autoimun, salah satu gejala yang paling umum dan sangat mengganggu adalah mudah capek. Ini berbeda dengan rasa lelah yang dirasakan kebanyakan orang setelah bekerja atau saat kurang tidur. Perasaan lelah terus-menerus ini dapat menyulitkan orang dengan penyakit autoimun dalam menjalani hari.

Mengapa penyakit autoimun dan kelelahan berjalan seiringan tidak sepenuhnya dipahami, tetapi kemungkinan salah satu faktor yang bertanggung jawab adalah peradangan. Menurut Harvard Health Publishing, faktor lain yang mungkin termasuk rasa sakit, kurang tidur, tidak aktif, dan suasana hati yang tertekan.

Autoimmune Association melaporkan bahwa salah satu aspek terpenting dalam mengendalikan kelelahan adalah belajar mengatur kecepatan aktivitas fisik. Jangan beraktivitas terlalu berat meskipun merasa sehat. Saat lelah, jangan ragu untuk beristirahat, tidur, mempraktikkan teknik mindfulness dan relaksasi, dan berbicara dengan ahli kesehatan mental. Bagi beberapa orang, mengonsumsi suplemen seperti vitamin B dan D dapat membantu.

Baca Juga: Pengaruh Bahan Kimia Tertentu terhadap Penyakit Autoimun

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya