TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hipertensi Esensial: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Hipertensi esensial ialah jenis hipertensi yang paling umum

ilustrasi hipertensi esensial (pexels.com/Thirdman)

Tekanan darah ialah ukuran kekuatan darah dalam mendorong dinding arteri. Makin banyak darah yang dipompa melalui arteri dan makin sempit arteri, artinya tekanan darah makin tinggi.

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi saat tekanan darah terhadap dinding arteri terlalu tinggi. Tekanan darah naik dan turun dari waktu ke waktu adalah hal yang normal, tetapi hipertensi jangka panjang meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan kondisi medis serius lainnya.

Ada dua jenis tekanan darah tinggi, yaitu hipertensi esensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial atau disebut juga hipertensi primer terjadi saat tekanan darah meningkat secara bertahap selama bertahun-tahun tanpa penyebab medis yang jelas.

Hipertensi esensial ialah jenis hipertensi yang paling umum dan biasanya disebabkan atau diperburuk oleh pilihan gaya hidup. Sementara itu, hipertensi sekunder biasanya berasal dari kondisi medis lain, seperti kehamilan, diabetes, atau penyakit ginjal.

1. Gejala

Hipertensi esensial tidak selalu menimbulkan gejala sehingga orang tersebut mungkin baru mengetahui dirinya memiliki tekanan darah saat menemui dokter. Dijelaskan dalam laman K Health, seiring waktu, gejala mulai berkembang dan pasien mungkin mengalami:

  • Hematuria atau adanya darah dalam urine.
  • Penglihatan kabur.
  • Pusing.
  • Mental fog.
  • Kelelahan.
  • Sakit kepala.
  • Mimisan.

2. Penyebab

ilustrasi makanan tinggi garam (pexels.com/Jonathan Borba)

Diterangkan laman Cleveland Clinic, berikut adalah beberapa faktor yang menempatkan kamu pada risiko hipertensi esensial:

  • Berusia di atas 65 tahun.
  • Memiliki diabetes.
  • Sering mengonsumsi makanan tinggi garam.
  • Kebiasaan mengonsumsi minuman berkafein.
  • Memiliki keluarga dengan riwayat tekanan darah tinggi.
  • Kelebihan berat badan.
  • Konsumsi alkohol berlebihan.
  • Jarang bergerak.
  • Memiliki Masalah tidur, seperti insomnia.

Baca Juga: Apakah Aman Mengonsumsi Daging Merah bagi Pengidap Hipertensi?

3. Bagaimana hipertensi esensial berbeda dari jenis hipertensi lainnya?

Hipertensi sekunder memiliki penyebab langsung, seperti kondisi medis atau obat-obatan tertentu. Sementara itu, penyebab hipertensi primer atau esensial tidak benar-benar diketahui. 

Kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder antara lain:

  • Penyakit adrenal.
  • Penyakit ginjal.
  • Apnea tidur obstruktif.
  • Pheochromocytoma atau paraganglioma.
  • Kehamilan.
  • Penyakit tiroid.
  • Obat-obatan tertentu.

4. Diagnosis

ilustrasi elektrokardiogram (pexels.com/Los Muertos Crew)

Sebagai bagian dari diagnosis, dokter akan menguji tekanan darah menggunakan monitor tekanan darah. Jika tekanan darah tinggi, dokter mungkin menyarankan agar pasien rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah di rumah. 

Dokter mungkin juga melakukan pemeriksaan jantung dan pembuluh darah kecil di bagian belakang mata. Kerusakan di sini dapat mengindikasikan adanya kerusakan di area lain.

Diterangkan laman Healthline, dokter mungkin juga melakukan tes berikut untuk mendeteksi masalah jantung dan ginjal:

  • Tes kolesterol atau profil lipid: Tes ini dilakukan untuk menguji kadar kolesterol darah.
  • Ekokardiogram: Tes ini menggunakan gelombang suara untuk membuat gambaran jantung.
  • Elektrokardiogram (EKG): EKG merekam aktivitas listrik jantung.
  • Tes fungsi ginjal dan organ lainnya: Ini dapat mencakup tes darah, tes urine, atau USG untuk memeriksa fungsi ginjal dan organ lainnya.

5. Pengobatan

Hipertensi dapat dikelola melalui kombinasi perubahan gaya hidup dan pengobatan. Dokter mungkin merekomendasikan berbagai penyesuaian gaya hidup yang biasanya mencakup:

  • Mengadopsi pola makan yang sehat dan bergizi.
  • Berolahraga teratur.
  • Mempelajari teknik manajemen stres.
  • Mengurangi penggunaan alkohol dan tembakau.
  • Mengurangi konsumsi garam, keju, roti, dan makanan olahan.

Dijelaskan ADA Health, jika perubahan gaya hidup tidak membuahkan hasil yang memuaskan, obat berikut ini bisanya diresepkan untuk menurunkan tekanan darah:

  • Beta blocker.
  • Calcium channel blocker.
  • Diuretik.
  • Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor.
  • Inhibitor renin.

Baca Juga: Bisa Bantu Obati Hipertensi, Tambahkan 10 Rempah Ini dalam Masakan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya