TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Komplikasi Cedera Kepala yang Perlu Diwaspadai

Dapat terjadi akibat benturan keras pada kepala

Penyebab kanker kepala dan leher (unsplash.com/Sander Sammy)

Cedera kepala dapat terjadi akibat benturan yang kuat, pukulan, atau sentakan ke kepala atau badan. Selain itu, benda yang menembus jaringan otak, seperti peluru, juga dapat menyebabkan cedera otak traumatis.

Cedera kepala bisa bersifat ringan atau serius. Cedera yang ringan dapat memengaruhi sel-sel otak untuk sementara waktu. Sementara itu, cedera kepala yang lebih serius dapat mengakibatkan memar, jaringan robek, pendarahan, dan kerusakan fisik lainnya pada otak. Cedera ini dapat mengakibatkan komplikasi jangka panjang atau kematian.

Cedera kepala dapat memiliki komplikasi pada fisik dan psikologis. Terkadang efeknya muncul segera setelah terjadinya peristiwa traumatis. Namun, efeknya juga bisa muncul beberapa hari atau minggu kemudian.

Berikut adalah beberapa komplikasi cedera kepala yang paling umum.

1. Keadaan vegetatif

Kerusakan luas pada otak dapat memicu keadaan vegetatif, dikutip dari laman Mayo Clinic. Keadaan vegetatif adalah kondisi saat seseorang kehilangan kesadaran akan lingkungan sekitarnya, tetapi orang tersebut mungkin membuka matanya, mengeluarkan suara, merespons refleks, atau bergerak. 

Keadaan vegetatif disebabkan oleh kerusakan otak parah yang menyebabkan otak kekurangan oksigen, seperti serangan jantung atau pernapasan.

Orang-orang dalam keadaan vegetatif membutuhkan perawatan yang komprehensif, termasuk nutrisi yang baik dan langkah-langkah untuk mencegah masalah akibat tidak dapat bergerak.

2. Ulkus dekubitus

ilustrasi ulkus tekan (nestfamilymedicine.com)

Ulkus dekubitus ialah cedera lokal pada kulit atau jaringan di bawahnya, biasanya di area tulang. Ulkus dekubitus dapat berkembang dalam beberapa jam setelah tekanan berkelanjutan di satu area. Kondisi ini cenderung berkembang karena faktor-faktor seperti gesekan, imobilitas, tekanan, infeksi, sepsis, hingga cedera otak.

Setelah cedera kepala, jika orang tersebut tidak dapat sering-sering mengubah posisi tubuh, ini akan meningkatkan risiko kerusakan jaringan. Hal ini selanjutnya menyebabkan perkembangan ulkus dekubitus dengan potensi risiko infeksi terkait. Area tubuh yang paling terpengaruh oleh tekanan adalah kepala.

Dilansir Flint Rehab, penting untuk mengobati ulkus dekubitus karena jika dibiarkan dapat menyebabkan kematian jaringan atau infeksi yang mengancam jiwa. Oleh sebab itu, untuk mencegah ulkus dekubitus, penting untuk sering mengganti posisi tidur.

Baca Juga: Meningitis Tuberkulosis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

3. Infeksi

Meninges ialah jaringan yang mengelilingi otak dan melindunginya dari bakteri. Namun, saat otak mengalami cedera sedang hingga parah, patah tulang tengkorak, atau luka tembus, ini terkadang dapat merobek meningen.

Ketika ini terjadi, bakteri dapat masuk ke otak dan menyebabkan infeksi. Jika tidak diobati, infeksi meninges atau meningitis, dapat menyebar ke seluruh sistem saraf dan menyebabkan kerusakan yang lebih parah.

4. Disfungsi pernapasan

ilustrasi disfungsi pernapasan akibat cedera kepala (pexels.com/zinkevych)

Cedera kepala kerap diikuti dengan gangguan fungsi pernapasan. Terdapat hubungan dua arah antara fungsi paru-paru dan fungsi otak: otak membutuhkan suplai oksigen yang cukup agar dapat beroperasi dan sistem pernapasan memerlukan instruksi dari otak agar dapat beroperasi.

Menurut Physiopedia, hingga sepertiga pasien dengan cedera otak traumatis parah mengalami sindrom distres pernafasan akut atau acute respiratory distress syndrome (ARDS). Pada kondisi ini, antarmuka alveolar-kapiler mengalami peradangan, yang menyebabkan cairan dan protein memasuki ruang interstitial dan alveoli. Antara 20 hingga 30 persen orang yang mengembangkan ARDS meninggal akibat infiltrasi paru yang menyebabkan kegagalan pernapasan.

5. Spastisitas

Spastisitas adalah gangguan pada pola gerakan otot yang menyebabkan otot tertentu berkontraksi sekaligus. Spastisitas dapat berkembang satu minggu setelah cedera.

Spastisitas ringan memiliki beberapa manfaat, seperti mempertahankan massa otot atau meningkatkan gaya berjalan. Namun, peningkatan tonus dan kejang otot sedang hingga berat dapat sangat memengaruhi hasil rehabilitasi, pemulihan fungsional, dan kemampuan untuk beraktivitas. Spastisitas sedang hingga parah membutuhkan protokol manajemen terstruktur.

6. Trombosis vena dalam dan emboli paru

ilustrasi deep vein thrombosis (casereports.bmj.com)

Setelah cedera kepala, orang yang selamat rentan mengalami trombosis vena dalam atau deep vein thrombosis (DVT), terutama jika orang tersebut tidak bergerak untuk jangka waktu yang lama. 

DVT mengacu pada pembentukan satu atau lebih gumpalan darah di pembuluh darah besar di tubuh, biasanya di kaki.

Jika sebagian bekuan pecah, ini dapat berjalan ke seluruh tubuh. Ini selanjutnya dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius, seperti emboli paru. DVT dan emboli paru adalah kondisi parah yang dapat menyebabkan kondisi yang mengancam jiwa lainnya seperti stroke.

Baca Juga: 4 Jenis Sakit Kepala yang Berbahaya, Bisa Mengancam Jiwa!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya