Daftar Penyakit yang Menghantui Pengungsi Palestina

Kurangnya air bersih menjadi salah satu faktor

Saat ribuan warga Palestina berusaha mencari tempat perlindungan di Gaza atau pindah ke arah selatan untuk mencari keselamatan dari pemboman Israel, penyakit menular menyebar di wilayah yang terkepung tersebut, menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dikutip dari situs Al Jazeera, penyakit menular seperti diare dan cacar air melonjak di Gaza. Selain itu, kurangnya air minum bersih dan polutan yang menyebar melalui saluran air karena rusaknya infrastruktur telah berkontribusi terhadap penularan penyakit.

Kurangnya bahan bakar telah menyebabkan ditutupnya pabrik desalinasi, yang secara signifikan meningkatkan risiko penyebaran infeksi bakteri seperti diare, karena masyarakat mengonsumsi air yang terkontaminasi.

Kelangkaan bahan bakar juga mengganggu pengumpulan sampah, menciptakan lingkungan untuk perkembangbiakan serangga sampai hewan pengerat yang dapat membawa dan menularkan penyakit secara cepat dan luas.

Menghadapi keterbatasan tersebut, ratusan ribu orang di Gaza juga harus berada di tempat penampungan yang sempit, sehingga berpotensi mempercepat penyebaran penyakit. Ribuan orang lainnya juga berjalan dalam kerumunan dari utara hingga selatan mengikuti perintah Israel untuk mengungsi.

"Penduduk yang mengungsi ke tiga provinsi di wilayah selatan, berada di lingkungan yang sangat kondusif bagi wabah dan penyebaran penyakit menular," kata Michael Talhami, penasihat program strategis untuk infrastruktur dan layanan penting dari Near and Middle East for the International Committee of the Red Cross, mengutip Al Jazeera.

Baca Juga: Derita Warga Gaza Kesulitan Air: Pemandangannya Sangat Mengerikan! 

Daftar penyakit

Daftar Penyakit yang Menghantui Pengungsi Palestinailustrasi penampungan pengungsi (IDN Times/Mardya Shakti)

Berikut ini adalah daftar penyakit yang menghantui pengungsi Palestina:

  • Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)

Sebanyak 54.866 kasus telah tercatat sejauh ini. ISPA memengaruhi pernapasan dengan gejala seperti pilek, batuk, dan sakit tenggorokan. Penyakit pernapasan sudah menjadi penyebab kematian keenam paling umum di Jalur Gaza sebelum pecahnya perang bulan lalu.

Dalam kasus ini, meskipun virus adalah penyebab umum, tetapi sebuah studi tahun 2018 mengenai cedera akibat perang di Jalur Gaza juga menemukan bahwa menghirup gas beracun dari aktivitas militer menyebabkan penyakit pernapasan.

  • Diare

Lebih dari 33.551 kasus diare telah dilaporkan dan setidaknya setengahnya terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun, menurut WHO. Minum air yang terkontaminasi adalah salah satu penyebab utama diare.

  • Ruam kulit

Sebanyak 12.635 kasus telah terjadi. Bakteri dan virus dapat menyebabkan kulit menjadi merah, meradang, dan gatal. Ruam kulit dan kudis adalah tanda awal kurangnya pasokan air.

  • Kudis dan kutu

Terdapat 8.944 kasus infeksi parasit yang telah dilaporkan. Meskipun kutu biasanya menyerang rambut, tetapi kudis terjadi di bagian tubuh lain karena kutu lebih suka bersembunyi di dalam kulit. Keduanya menyebabkan rasa gatal yang parah.

  • Cacar air

Setidaknya 1.005 kasus cacar air telah dilaporkan. Penyakit virus ini menyebabkan ruam dan demam yang gatal dan melepuh. Penyakit ini tidak hanya menyerang anak-anak, namun juga menginfeksi orang dewasa.

WHO menyerukan akses bantuan kemanusiaan

Daftar Penyakit yang Menghantui Pengungsi PalestinaIndonesia kirimkan bantuan kemanusiaan ke Palestina dari Landud Halim Perdanakusuma, Jakarta (4/11/2023) (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Menurut laman WHO EMRO, sejak pertengahan Oktober 2023, lebih dari 33.551 kasus diare telah dilaporkan. Lebih dari separuh kasus tersebut terjadi pada anak balita, menjadi peningkatan yang signifikan dibandingkan rata-rata 2.000 kasus setiap bulan pada anak balita sepanjang tahun 2021 dan 2022.

Sebanyak 8.944 kasus kudis dan kutu rambut, 1.005 kasus cacar air, 12.635 kasus ruam kulit dan 54.866 infeksi saluran pernapasan atas juga telah dilaporkan.

Terganggunya kegiatan vaksinasi rutin, serta kurangnya obat-obatan untuk mengobati penyakit menular makin meningkatkan risiko percepatan penyebaran penyakit. Hal ini diperburuk dengan cakupan sistem surveilans penyakit yang tidak lengkap, termasuk deteksi dini penyakit dan kapasitas responsnya.

Konektivitas internet dan fungsi sistem telepon yang terbatas makin membatasi kemampuan WHO untuk mendeteksi potensi wabah sejak dini dan merespons secara efektif.

Di fasilitas kesehatan, sistem air dan sanitasi yang rusak serta berkurangnya persediaan pembersih membuat upaya dasar pencegahan dan pengendalian infeksi hampir tidak mungkin dilakukan.

Di bawah ini adalah poin-poin yang harus kita pahami tentang kondisi di sana:

  • Dari hampir 1,5 juta pengungsi, hampir 725.000 berada di 149 fasilitas United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA), 122.000 berlindung di rumah sakit, gereja, dan bangunan umum lainnya, sekitar 131.134 di 94 sekolah non-UNRWA dan sisanya dengan keluarga angkat.
  • Ribuan orang terpaksa mencari keselamatan dan perlindungan di jalan-jalan dekat rumah sakit, kantor PBB dan tempat penampungan umum, sehingga memberikan tekanan pada fasilitas kesehatan yang sudah kewalahan.
  • Sebelum meningkatnya peperangan, penyakit pernapasan merupakan penyebab kematian keenam yang paling umum di Jalur Gaza. Pada 2022, hampir 82.000 kasus COVID-19 dilaporkan di Jalur Gaza, mengakibatkan lebih dari 400 kematian.
  • Ketika masyarakat menghadapi kekurangan pangan, kekurangan gizi, dan cuaca dingin yang akan datang, mereka akan makin rentan tertular penyakit. Hal ini khususnya mengkhawatirkan bagi lebih dari 50.000 perempuan hamil dan sekitar 337.000 anak di bawah usia 5 tahun yang saat ini berada di Gaza. 

Perkembangan ini secara signifikan meningkatkan risiko infeksi akibat trauma, pembedahan, perawatan luka, dan persalinan. Individu dengan imunosupresi, seperti pasien kanker sangat berisiko mengalami komplikasi infeksi.

Kurangnya alat pelindung diri membuat petugas kesehatan dapat tertular dan menularkan infeksi saat memberikan perawatan kepada pasiennya. Pengelolaan limbah medis di rumah sakit juga sangat terganggu, sehingga makin meningkatkan paparan terhadap bahan berbahaya dan infeksi.

WHO menyerukan akses bantuan kemanusiaan yang mendesak dipercepat—termasuk bahan bakar, air, makanan, dan pasokan medis—ke dalam dan di seluruh Jalur Gaza.

Semua pihak yang berkonflik harus mematuhi kewajiban mereka berdasarkan hukum humaniter internasional untuk melindungi warga sipil dan infrastruktur sipil, termasuk layanan kesehatan.

WHO juga menyerukan pembebasan tanpa syarat bagi semua sandera dan gencatan senjata kemanusiaan untuk mencegah kematian dan penderitaan lebih lanjut.

Baca Juga: Isi Lengkap Surat Terbuka MER-C kepada Presiden Jokowi soal Palestina

Topik:

  • Nurulia
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya