TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Penyebab Munculnya Flek Cokelat setelah Haid, Normalkah?

Hubungi dokter jika ini disertai gejala lain

ilustrasi flek cokelat setelah menstruasi (pexels.com/Polina Kovaleva)

Tepat ketika kamu berpikir bahwa haid telah selesai, kamu justru melihat munculnya flek berwarna cokelat. Nah, kamu kemudian berpikir, apakah ini adalah hal normal? Lalu, apa penyebab keluarnya flek cokelat setelah haid?

Ada berbagai alasan berbeda dari munculnya flek cokelat setelah menstruasi. Beberapa disebabkan oleh kondisi yang tidak serius, sementara sebagian lainnya menjadi tanda dari kondisi yang perlu diperhatikan. Kali ini, kita akan membahas beberapa penyebab munculnya flek cokelat setelah haid.

1. Darah haid kering

ilustrasi menstruasi (unsplash.com/Erol Ahmed)

Darah yang membutuhkan waktu lebih lama untuk keluar dari tubuh akan menjadi lebih gelap. Darah ini mungkin tampak lebih tebal, lebih kering, dan lebih kental daripada darah biasa.

Dijelaskan dalam laman Healthline, warna cokelat ini adalah hasil oksidasi, yang merupakan proses normal. Ini terjadi ketika darah bersentuhan dengan udara. Biasanya, darah menstruasi menjadi lebih gelap atau cokelat pada akhir periode menstruasi.

2. Sindrom ovarium polikistik

ilustrasi nyeri saat menstruasi akibat PCOS (pexels.com/sora shimazaki)

Sindrom ovarium polikistik atau polycystic ovary syndrome (PCOS) adalah suatu kondisi yang memengaruhi hormon perempuan. Pada perempuan dengan PCOS, mereka memiliki kadar hormon laki-laki yang terlalu tinggi yang menyebabkan menstruasi tidak teratur dan terkadang tidak menstruasi sama sekali.

Menurut studi yang dimuat dalam International Journal of Environmental Research and Public Health tahun 2018, PCOS memengaruhi antara 6 dan 10 persen perempuan usia subur.

Gejala lain dari PCOS meliputi:

  • Pertumbuhan rambut yang berlebihan atau tidak diinginkan.
  • Kelebihan berat badan.
  • Masalah kesuburan.
  • Munculnya bercak hitam pada kulit.
  • Jerawat.
  • Kista ovarium.

Baca Juga: 5 Alasan Menstruasi Terlambat Saat Minum Pil KB, Belum Tentu Hamil

3. Ketidakseimbangan hormon dalam siklus menstruasi

ilustrasi ketidakseimbangan hormon saat menstruasi (pexels.com/polina zimmerman)

Keluarnya cairan berwarna cokelat juga dapat menandakan ketidakseimbangan hormon. Estrogen membantu menstabilkan lapisan endometrium. Kadar estrogen yang terlalu sedikit dapat menjadi sinyal rusaknya lapisan endometrium sepanjang siklus menstruasi. Akibatnya, mungkin muncul bercak cokelat atau pendarahan tidak biasa lainnya.

Gejala lain dari estrogen yang rendah, meliputi:

  • Hot flash.
  • Insomnia.
  • Perubahan suasana hati.
  • Sulit berkonsentrasi.
  • Infeksi saluran kemih.
  • Penambahan berat badan.

4. Infeksi menular seksual (IMS)

ilustrasi hubungan seksual (unsplash.com/Becca Tapert)

Infeksi menular seksual (IMS) dapat menyebabkan keputihan yang tidak biasa. Mengutip laman Texas Department of State Health Services, infeksi yang dapat menyebabkan keluarnya cairan berwarna kecokelatan meliputi:

  • Kencing nanah.
  • Klamidia.
  • Penyakit radang panggul.

Gejala lain dari IMS, meliputi:

  • Keputihan berwarna putih, kuning, cokelat, atau kehijauan dan berbau tidak sedap.
  • Nyeri saat berhubungan seks atau buang air kecil.
  • Nyeri perut.
  • Gatal di sekitar alat kelamin.
  • Ruam atau luka.

Pengobatan untuk IMS tergantung pada penyebabnya. Untuk IMS yang disebabkan oleh bakteri, dokter mungkin akan memberikan antibiotik. Lalu, untuk infeksi yang disebabkan oleh virus, dokter mungkin akan memberikan antivirus.

5. Perimenopause

ilustrasi gejala perimenopause (freepik.com/freepik)

Perimenopause adalah tahap ketika seorang perempuan mendekati waktu menopause dan tubuh mulai menyesuaikan diri dengan transisi. Usia pastinya bervariasi dari orang ke orang, tetapi biasanya terjadi pada usia 40-an.

Selama perimenopause, kadar estrogen berfluktuasi, dan ketidakseimbangan hormon ini mengganggu siklus menstruasi. Perubahan ini sering kali menyebabkan keluarnya cairan cokelat setelah menstruasi. Gejala perimenopause lainnya, meliputi:

  • Hot flash.
  • Kekeringan dan nyeri pada vagina.
  • Keringat malam.
  • Perubahan suasana hati.

6. Efek samping kontrasepsi

ilustrasi KB implan (unsplash.com/@rhsupplies)

Beberapa jenis kontrasepsi juga dapat memengaruhi menstruasi. Sebagai contoh, KB implan yang ditanamkan di lengan atas, tepat di bawah kulit. Dijelaskan dalam laman Healthline, KB jenis ini melepaskan hormon progestin ke dalam tubuh untuk mencegah kehamilan.

Nah, implan ini dapat menyebabkan pendarahan menstruasi yang tidak teratur dan keputihan. Ini adalah efek samping umum karena tubuh menyesuaikan diri dengan hormon.

Baca Juga: Kontrasepsi Suntik Depo-Provera: Efektivitas, Pemakaian, Efek Samping

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya