TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Neutropenia: Jenis, Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Kondisi penurunan neutrofil yang signifikan, bisa bahaya!

ilustrasi pasien dengan neutropenia (cdc.gov)

Neutropenia adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan tingkat neutrofil yang signifikan. Neutrofil adalah sejenis sel darah putih, yang merupakan garis pertahanan pertama yang penting untuk melawan infeksi dengan cara menghancurkan bakteri dan jamur berbahaya (ragi) yang menyerang tubuh.

Tanpa kadar neutrofil yang cukup, maka tubuh tidak mampu melawannya, sehingga meningkatkan risiko terkena berbagai jenis infeksi. Bahkan, dalam kasus parah, bakteri yang biasanya ada di mulut, kulit, dan usus bisa menyebabkan infeksi serius, yang bisa mengancam nyawa jika tidak segera diobati.

Neutropenia bisa bersifat sementara (akut) maupun bertahan lama (kronis). Neutropenia juga bisa bersifat bawaan (muncul sejak lahir) dan didapat atau acquired (berkembang di kemudian hari).

Bayi yang lahir prematur berisiko lebih tinggi dilahirkan dengan neutropenia. Kondisi ini tercatat memengaruhi 6-8 persen bayi baru lahir di unit perawatan intensif neonatal (NICU). Menurut aturan umum, makin kecil bayi, maka akan makin besar risikonya mengalami neutropenia.

Untuk mewaspadai kondisi yang dianggap sebagai keadaan darurat medis ini, berikut ini deretan fakta medis seputar neutropenia yang perlu diketahui meliputi penyebab, gejala, diagnosis, dan pengobatannya.

1. Penyebab

ilustrasi obat-obatan kemoterapi (unsplash.com/National Cancer Institute)

Neutrofil diproduksi di sumsum tulang, di tengah tulang yang lebih besar. Apa pun yang mengganggu proses produksi neutrofil bisa menyebabkan neutropenia. Dilansir Medical News Today, kemoterapi adalah penyebab paling umum neutropenia.

Meski tujuan kemoterapi adalah untuk menghancurkan kanker, tetapi saat perawatan tersebut memusnahkan kanker yang tumbuh dengan cepat, sel yang sehat seperti neutrofil juga bisa ikut dirusak.

Menurut data, sekitar setengah dari pasien kanker yang menjalani kemoterapi akan mengalami beberapa tingkatan neutropenia. Ini merupakan efek samping yang umum pada pasien leukemia.

Penyebab potensial lain dari neutropenia antara lain:

  • Leukemia.
  • Obat-obatan tertentu, termasuk antibiotik dan obat untuk tekanan darah tinggi, gangguan kejiwaan, dan epilepsi.
  • Sindrom Barth, kelainan genetik yang memengaruhi banyak sistem.
  • Sindrom myelodysplastic, yaitu sekelompok kelainan yang ditandai dengan sel darah yang tidak berfungsi karena masalah dengan produksi sumsum tulang.
  • Myelofibrosis, masalah sumsum tulang langka, yang juga dikenal sebagai osteomyelofibrosis.
  • Ketergantungan alkohol.
  • Kekurangan vitamin, paling umum yaitu kekurangan vitamin B12, asam folat, dan tembaga.
  • Sepsis, yaitu infeksi pada aliran darah yang menggunakan neutrofil lebih cepat daripada yang bisa diproduksi.
  • Sindrom Pearson.
  • Infeksi tertentu, seperti hepatitis A, B, dan C, HIV/AIDS, malaria, tuberkulosis, demam berdarah, dan penyakit Lyme.
  • Hipersplenisme atau limpa yang membesar.

Beberapa kondisi autoimun bisa menargetkan neutrofil, mengurangi jumlahnya. Kondisi tersebut antara lain:

  • Penyakit Crohn
  • Radang sendi
  • Lupus

Baca Juga: Henoch-Schonlein Purpura: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

2. Jenis

ilustrasi neutropenia (cancertherapyadvisor.com)

Seperti dipaparkan di laman Healthline, neutropenia terdiri dari empat jenis, yaitu:

  • Neutropenia kongenital (bawaan): neutropenia kongenital muncul saat lahir. Neutropenia kongenital berat juga disebut dengan sindrom Kostmann. Ini menyebabkan tingkat neutrofil yang sangat rendah dan dalam beberapa kasus, jumlahnya sangat sedikit. Ini membuat bayi dan anak kecil berisiko mengalami infeksi serius.

  • Neutropenia siklik: jenis ini muncul saat lahir dan menyebabkan jumlah neutrofil bervariasi dalam siklus 21 hari. Periode neutropenia bisa berlangsung selama beberapa hari, dengan diikuti oleh tingkat normal selama sisa siklus. Siklus kemudian dimulai lagi.

  • Neutropenia autoimun: tubuh akan membuat antibodi yang melawan neutrofil. Antibodi ini ini membunuh neutrofil dan menyebabkan neutropenia. Neutropenia autoimun paling sering terjadi pada bayi dan anak kecil, dengan usia rata-rata diagnosis antara 7 dan 9 bulan.

  • Neutropenia idiopatik: jenis ini berkembang setiap saat dalam hidup dan bisa menyerang siapa saja. Penyebab pastinya belum diketahui.

3. Gejala

ilustrasi demam (freepik.com/freepik.com)

Gejala neutropenia berkisar dari ringan hingga berat. Makin rendah tingkat neutrofil, maka akan makin intens gejalanya. Gejala khas neutropenia meliputi:

  • Demam
  • Pneumonia
  • Infeksi sinus
  • Otitis media (infeksi telinga)
  • Gingivitis (radang gusi)
  • Omphalitis (infeksi pusar)
  • Abses kulit

Neutropenia kongenital yang parah bisa bergejala serius, sering kali seperti infeksi bakteri. Infeksi ini bisa tumbuh di kulit dan di sistem pencernaan dan pernapasan.

Gejala neutropenia siklik akan kambuh dalam siklus 3 minggu. Infeksi bisa meningkat saat tingkat neutrofil turun.

Gejala neutropenia autoimun dan idiopatik termasuk infeksi. Namun, gejalanya tidak separah pada bentuk neutropenia bawaan.

4. Diagnosis

ilustrasi sampel darah (freepik.com/rawpixel.com)

Dalam proses diagnosis, dokter bisa memesan satu atau beberapa tes berikut ini:

  • Hitung darah lengkap (CBC): untuk mengukur jumlah neutrofil. Tes CBC intermiten bisa membantu dokter untuk memeriksa perubahan jumlah neutrofil tiga kali seminggu selama 6 minggu.
  • Tes darah antibodi: untuk memeriksa neutropenia autoimun.
  • Aspirasi sumsum tulang: untuk menguji sel sumsum tulang.
  • Biopsi sumsum tulang: melibatkan pengujian sepotong tulang sumsum tulang.
  • Pengujian sitogenik dan molekuler: membantu penyedia layanan kesehatan mempelajari struktur sel.

5. Pengobatan

ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Sebagian besar kasus neutropenia bisa diobati dengan faktor perangsang koloni-granulosit (G-CSF). Ini merupakan salinan sintetis dari hormon yang menyebabkan neutrofil tumbuh di sumsum tulang.

G-CSF bisa meningkatkan jumlah neutrofil, biasanya diberikan sebagai injeksi subkutan harian (di bawah kulit). Perawatan terkadang termasuk transplantasi sumsum tulang. Ini biasanya terjadi saat leukemia muncul atau G-CSF tidak berfungsi.

Terapi berikut juga bisa mengobati infeksi yang terjadi akibat kelainan tersebut:

  • Antibiotik
  • Obat antiinflamasi
  • Kortikosteroid
  • Sitokin
  • Glukokortikoid
  • Imunoglobulin
  • Obat imunosupresif
  • Transfusi sel darah putih
  • Vitamin

Baca Juga: Gak Mudah, 7 Hal Ini Dirasakan Penderita Kanker Saat Jalani Kemoterapi

Verified Writer

Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya