TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Morfea: Penyebab, Gejala, Faktor Risiko, Diagnosis, Pengobatan

Kulit yang mengeras atau alami perubahan warna

ilustrasi gatal karena morfea (mayoclinichealthsystem.org)

Morfea atau morphea adalah sebutan untuk kondisi bercak kulit yang berubah warna atau mengeras pada wajah, leher, tangan, batang tubuh, atau kaki. Ini merupakan kondisi kulit yang tergolong langka, diperkirakan hanya terjadi pada sekitar 3 dari 100.000 orang di dunia.

Pada kebanyakan kasus, morfea bisa sembuh dengan sendirinya, tetapi kondisi ini sering mengalami kekambuhan. Umumnya morfea hanya memengaruhi kulit luar saja. Namun, pada kasus yang parah kondisi ini dapat memengaruhi otot, sendi, bahkan tulang. 

1. Penyebab

ilustrasi genetik (freepik.com/kjpargeter)

Penyebab pasti morfea tidak diketahui. Namun, diperkirakan ada peran faktor genetik di baliknya. Sekitar 40 persen pengidap morfea yang parah memiliki riwayat penyakit autoimun, seperti tiroid atau vitiligo. Pengidapnya juga kerap memiliki penyakit reumatologis seperti artritis reumatoid.

Untuk alasan yang belum diketahui, dilansir DermNet NZ, morfea sering berkembang setelah adanya pemicu eksternal, seperti:

  • Gigitan serangga atau gigitan kutu
  • Suntikan atau vaksinasi
  • Operasi
  • Radioterapi
  • Luka tembus
  • Melakukan olahraga yang ekstrem
  • Gesekan berulang, misalnya di sepanjang ikat pinggang, tali bra, dan daerah inguinal

Morfea terkait luka dapat terjadi di tempat yang terkena, atau di tempat jauh yang tidak terkait dengan luka tersebut.

2. Gejala dan jenis

ilustrasi morfea atau morphea (healthline.com)

Tanda dan gejala morfea akan bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat keparahannya. Biasanya, gejala umumnya adalah bercak kemerahan pada kulit yang menebal (sklerosis) dan berbentuk oval.

Bercak tersebut akan berkeringat lebih sedikit daripada kulit lainnya dan berpotensi mengalami kerontokan rambut seiring waktu. Kadang, bercak juga bisa terasa gatal. Bercak paling sering terjadi di dada, perut, dan punggung, tetapi bisa juga muncul di wajah, lengan, dan kaki.

Menurut keterangan dari Genetic and Rare Diseases Information Center (GARD), morfea dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan letak dan kedalaman lesi, yakni:

  • Localized atau circumscribed morphea: morfea yang terlokalisasi atau terbatas pada satu atau beberapa tempat di batang tubuh, kaki, dan lengan.
  • Generalized morphea: bercak yang muncul tersebar di area tubuh yang lebih besar termasuk di batang tubuh, kaki, dan anggota badan lain.
  • Linear morphea: munculnya garis-garis linier berupa kulit tebal yang melibatkan lapisan kulit yang lebih dalam dan terlokalisasi di kaki, lengan, tubuh bagian atas atau kepala.
  • Profunda atau pansclerotic morphea: melibatkan jaringan di bawah kulit dan berpotensi membatasi pergerakan sendi.

Baca Juga: Lisinopril: Manfaat, Peringatan, Dosis, Interaksi, Efek Samping

3. Faktor risiko

ilustrasi morfea tipe plak di perut (pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/Julio C Sartori-Valinotti, Megha M Tollefson, Ann M Reed)

Dilansir Mayo Clinic, ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya morfea, yang berupa:

  • Jenis kelamin perempuan: morfea lebih sering terjadi pada perempuan.
  • Usia: meski morfea bisa terjadi pada usia berapa saja, tetapi morfea lebih sering muncul pada orang berusia 2 hingga 14 tahun atau juga di pertengahan 40-an.
  • Riwayat keluarga: seseorang yang keluarganya memiliki riwayat morfea atau penyakit autoimun lainnya lebih mungkin mengalami morfea.

4. Komplikasi

ilustrasi nyeri sendi (unsplash.com/Anna Auza)

Mengutip Healthline, morfea dengan bercak atau lesi yang dalam, terletak pada wajah atau leher, atau lesi yang meluas dapat mengakibatkan:

  • Pergerakan atau mobilitas sendi yang menjadi terbatas.
  • Nyeri sendi.
  • Cosmetic deformities.
  • Kerusakan mata permanen pada anak-anak.
  • Rambut rontok.
  • Tidak jarang, orang dengan morfea juga memiliki kondisi genital lichen sclerosis, sehingga dapat timbul rasa gatal dan terbakar serta perubahan pada kulit.

5. Diagnosis

ilustrasi ultrasound (ucsfbenioffchildrens.org)

Serangkaian pemeriksaan fisik yang cermat umumnya sudah cukup untuk mendiagnosis morfea. Selanjutnya, beberapa tes lanjutan bisa dilakukan untuk mengonfirmasi diagnosis dan menentukan keterlibatan struktur yang lebih dalam.

Seperti dipaparkan di laman Cleveland Clinic, beberapa tes yang akan digunakan mencakup:

  • Biopsi kulit pada bercak atau lesi.
  • Termografi inframerah: untuk mengukur perbedaan suhu antara kulit normal dan lesi. Prosedur ini juga dapat menentukan area pertumbuhan jaringan yang abnormal.
  • Computerized skin score: tes ini menggunakan gambar lesi kulit yang dipindai dan akan diukur dimensinya seiring waktu.
  • Ultrasound: untuk mengukur aliran darah melalui jaringan dan kedalaman lesi.
  • Magnetic resonance imaging (MRI): guna mengukur kedalaman lesi.

Baca Juga: Efusi Pleura: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Pengobatan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya