Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Fungsi eksekutif adalah seperangkat keterampilan dari bentuk kontrol kognitif yang dibutuhkan untuk mengendalikan diri dan mengelola perilaku. Lantas, apa yang terjadi bila mengalami disfungsi?
Sebelum menjawabnya, perlu diketahui bahwa keterampilan dari fungsi eksekutif meliputi kinerja memori, pengendalian diri, dan fleksibilitas mental. Fungsi tersebut memudahkan manusia untuk fokus pada tujuan, perencanaan dan organisasi, mengingat detail, menganalisis dan memproses informasi, mengelola waktu, mengikuti arahan, serta mengendalikan emosi.
Lantas, apa yang dimaksud dengan disfungsi eksekutif?
Disfungsi eksekutif atau gangguan fungsi eksekutif (executive function disorder) merupakan gambaran kesulitan untuk melaksanakan keterampilan berupa kemampuan atau perilaku yang sudah disebutkan di atas tadi.
1. Gejala disfungsi eksekutif
Meskipun buku panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition (DSM-5) tidak mengklasifikasikan disfungsi eksekutif sebagai suatu kondisi yang berdiri sendiri, tetapi kondisi tersebut bisa menjadi indikasi dari gangguan neurologis, kesehatan mental, atau masalah perilaku lainnya.
Melansir Medical News Today, seseorang dengan disfungsi eksekutif mungkin akan menunjukkan beberapa gejala ini:
- Mengalami masalah memori jangka pendek
- Kesulitan mengendalikan emosi
- Kesulitan memproses informasi baru
- Kesulitan memecahkan masalah
- Kesulitan memperhatikan atau mendengarkan
- Ketidakmampuan melaksanakan banyak tugas
- Bermasalah dalam perencanaan, pengaturan, dan penyelesaian tugas
Sementara itu, disfungsi eksekutif dapat menyebabkan kinerja menjadi buruk, masalah suasana hati, tingkat kepercayaan diri rendah, kehilangan minat, serta cenderung menghindari tugas-tugas yang sulit.
Baca Juga: Mengenal Fenomena Baby Brain, Penurunan Fungsi Kognitif pada Ibu Hamil
2. Penyebab disfungsi eksekutif
pexels.com/Keenan Constance Melansir Good Therapy, ada beberapa penyebab umum seseorang mengalami disfungsi eksekutif, yakni:
- Depresi
- Skizofrenia
- Gangguan obsesif kompulsif (OCD)
- Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) dan gangguan perkembangan lainnya
- Cedera otak traumatis, tumor, dan bentuk kerusakan otak lainnya
- Demensia seperti Alzheimer, demensia frontotemporal, dan demensia vaskular
- Kecanduan narkoba
Fungsi eksekutif memiliki kaitan erat dengan konteks. Misalnya, orang tua yang terburu-buru mengantar anak ke sekolah mungkin kesulitan mengingat rangkaian daftar yang harus dikerjakan dan mengontrol perilaku.
Kelelahan, kebosanan, dan stres dapat memperburuk fungsi eksekutif. Ditambah lagi jika seseorang sudah memiliki masalah disfungsi eksekutif sebelumnya, stres dapat memperburuk gejalanya.
3. Diagnosis disfungsi eksekutif
Disfungsi eksekutif bukanlah penyakit resmi, sehingga belum ada seperangkat alat pasti untuk diagnosis. Namun, dokter dapat menggunakan berbagai tes khusus untuk membantu menilai kinerja fungsi eksekutif pada pasien.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Melansir WebMD, tes yang dilakukan antara lain:
- Barkley Deficits in Executive Functioning Scale (BDEFS): skala ini dapat membantu memilah masalah yang berhubungan dengan keterampilan fungsi eksekutif seperti kontrol emosional, pengendalian diri, organisasi, motivasi, serta manajemen waktu. Selain itu, tes ini juga memberi informasi mengenai perilaku selama periode tes.
- Comprehensive Executive Function Inventory (CEFI): Skala ini membantu mengukur kekuatan dan kelemahan fungsi eksekutif pada anak mulai dari usia 5-18 tahun.
- Conners 3-Parent Rating Scale: skala ini dapat membantu mengukur perilaku anak usia 6-18 tahun. Tes ini juga dapat membantu mengidentifikasi masalah belajar dalam mata pelajaran tertentu (termasuk matematika, membaca, dan mengeja) serta konsep yang lebih luas seperti memori.
Tes lain yang mungkin digunakan dokter untuk menilai fungsi eksekutif adalah tes pembuatan jejak, menggambar jam, kefasihan verbal, serta penyortiran kartu.
4. Pengobatan disfungsi eksekutif
Jenis perawatan untuk meminimalkan gejala disfungsi eksekutif pada dasarnya bergantung pada kondisi yang mendasarinya.
Melansir Neuro Health Arlington Heights, salah satu pilihan pengobatan paling umum untuk mengatasi disfungsi eksekutif ialah mengoptimalkan jasa terapis dan tutor untuk membantu mengidentifikasi area masalah dan mencari jalan keluar untuk mengatasinya.
Tenaga profesional yang mungkin terlibat dalam pengobatan dan perawatan pasien dengan gejala disfungsi eksekutif meliputi tutor membaca, terapis bicara, terapis okupasi, dan psikolog.
Pendekatan pengobatan lain yakni terapi perilaku kognitif (CBT). CBT sering digunakan bersamaan dengan pengobatan untuk mengobati kondisi lain, seperti ADHD. Pendekatan ini juga membantu mendesain ulang lingkungan individu terkait.
Proses CBT mungkin akan melibatkan alat memori eksternal seperti menggunakan catatan tempel, simbol, atau kartu. Gunanya adalah untuk membantu individu dengan disfungsi eksekutif agar tetap fokus pada tujuan. Motivasi eksternal juga dapat membantu khususnya untuk anak-anak, seperti penilaian rapor dan penambahan poin.
Baca Juga: Gangguan Konversi, saat Tekanan Mental Memunculkan Gejala Fisik