Gangguan Konversi, saat Tekanan Mental Memunculkan Gejala Fisik

Respons terhadap situasi yang menyebabkan stres atau trauma

Alkisah, seorang perempuan pingsan di rumah. Kemudian, pihak keluarga melarikannya ke rumah sakit. Perempuan tersebut menunjukkan indikasi lumpuh dan mati rasa di sisi kanan tubuhnya. Namun, setelah diperiksa, refleksnya normal dan sensasi yang dirasakan bukan termasuk pola stroke. Setelah diperiksa, ternyata kelumpuhan dan mati rasa yang dialami pasien berakar dari pertengkaran suami dan anaknya yang ia saksikan di rumah.

Dalam dunia medis, kondisi yang digambarkan di atas dikenal sebagai gangguan konversi atau gangguan neurologis fungsional. Kondisi tersebut menampilkan bentuk gejala sistem saraf (neurologis) yang tidak dapat dijelaskan hubungannya dengan penyakit neurologis atau kondisi medis lain. Menariknya, gejala yang ditunjukkan nyata adanya dan menyebabkan tekanan atau masalah yang signifikan.

Para peneliti meyakini jika gangguan konversi terjadi akibat situasi stres atau trauma yang berimbas pada fisik penderita. Seseorang yang mengalami gangguan konversi cenderung tidak mampu mengontrol respons fisik yang melibatkan indra atau kendali motorik.

Simak terus ulasan berikut, untuk memahami lebih jelas mengenai gangguan konversi. 

1. Gejala gangguan konversi

Gangguan Konversi, saat Tekanan Mental Memunculkan Gejala Fisikpexels.com/Everton Nobrega

Seperti yang telah disinggung di awal, gangguan konversi diperkirakan terjadi karena stres dan psikologis yang memengaruhi respons fisik.

Gejalanya biasanya terjadi secara tiba-tiba saat menghadapi peristiwa yang memicu stres atau mengingat peristiwa traumatis. Penderita gangguan konversi menunjukkan gejala yang berbeda-beda. Dalam beberapa kasus, gejala yang diperlihatkan biasanya akan mereda sendiri seiring berjalannya waktu.

Melansir berbagai sumber, gejala gangguan konversi dapat berupa: 

  • Kejang, kemungkinan dengan kesadaran yang terbatas;
  • Tidak responsif;
  • Kehilangan keseimbangan;
  • Kesulitan berjalan;
  • Kelumpuhan, biasanya di area lengan atau tungkai;
  • Masalah keseimbangan;
  • Mati rasa di area lengan atau kaki;
  • Masalah penglihatan seperti kebutaan atau penglihatan ganda;
  • Kesulitan menelan; 
  • Bicara cadel atau ketidakmampuan untuk berbicara;
  • Gangguan pendengaran sebagian atau total.

2. Penyebab gangguan konversi

Gangguan Konversi, saat Tekanan Mental Memunculkan Gejala Fisikpexels.com/MBARDO

Melansir Mayo Clinic, penyebab pasti gangguan konversi belum dapat diketahui. Pada bagian otak yang mengontrol fungsi otot dan indra kemungkinan besar terlibat, meskipun tidak ada penyakit atau kelainan yang terdeteksi.

Pola gejala cenderung muncul ketika penderita dihadapkan dengan peristiwa yang menyebabkan stres atau trauma baik secara fisik maupun emosional. Perubahan atau gangguan pada fungsi otak pada tingkat struktural, seluler, atau metabolik kemungkinan juga menjadi pemicu lain. Namun, pemicu gejala tidak selalu dapat teridentifikasi.

Gangguan konversi lebih mungkin terjadi pada perempuan. Sementara itu, risiko seseorang mengalaminya meningkat apabila:

  • Mengidap penyakit atau gangguan neurologis, seperti epilepsi, migrain, atau gangguan pergerakan;
  • Stres atau trauma secara fisik maupun emosional yang signifikan;
  • Mengalami masalah kesehatan mental, seperti kecemasan, gangguan suasana hati, atau gangguan kepribadian tertentu;
  • Riwayat anggota keluarga dengan kelainan neurologis fungsional;
  • Mengalami riwayat pelecehan fisik, seksual, atau penelantaran di masa kanak-kanak juga menjadi kemungkinan dari faktor risiko. 

Baca Juga: Cara Menghadapi Seseorang dengan Borderline Personality Disorder

3. Diagnosis gangguan konversi

Gangguan Konversi, saat Tekanan Mental Memunculkan Gejala Fisikpexels.com/Karolina Grabowska

Gejala gangguan konversi bisa mirip dengan sejumlah kondisi medis lain. Oleh karena itu, penting untuk mengesampingkan kemungkinan penyebab lainnya sebelum mendiagnosis gangguan konversi.

Melansir Healthline, tidak ada tes khusus untuk mendiagnosis kondisi ini. Namun, beberapa tes tetap diperlukan untuk mengesampingkan kondisi medis yang mungkin menjadi penyebab gejala yang ditunjukkan. Jenis tes tersebut antara lain:

  • CT scan
  • Elektroensefalografi (EEG)
  • Tes rutin seperti pemeriksaan tekanan darah dan refleks tubuh

Sementara itu, diagnosis gangguan konversi ditetapkan apabila memenuhi kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition (DSM-5), yaitu: 

  • Kehilangan kendali atas gerakan atau gejala sensorik;
  • Gejala terjadi setelah peristiwa traumatis atau stres;
  • Gejala yang tampaknya tidak memiliki penyebab medis atau fisik yang mendasari;
  • Gejala mengganggu aktivitas sehari-hari. 

4. Pengobatan dan perawatan gangguan konversi

Gangguan Konversi, saat Tekanan Mental Memunculkan Gejala FisikPexels.com/Elly Fairytale

Setelah melalui proses diagnosis, dokter akan memberi rekomendasi pengobatan dan perawatan.

Melansir Medical News Today, beberapa opsi pengobatan dan perawatan yang dapat dilakukan untuk meminimalkan gangguan konversi di antaranya adalah: 

  • Mengobati kondisi kesehatan mental yang mendasarinya;
  • Terapi perilaku kognitif;
  • Psikoterapi;
  • Teknik relaksasi, termasuk meditasi atau yoga;
  • Terapi fisik;
  • Menjaga kesehatan secara menyeluruh dan mencari dukungan tambahan dari teman, keluarga, dan komunitas satu frekuensi.

5. Pencegahan gangguan konversi

Gangguan Konversi, saat Tekanan Mental Memunculkan Gejala Fisikpexels.com/fauxels

Apabila gejala gangguan konversi tidak diobati, maka dapat menyebabkan kecacatan substansial dan kualitas hidup yang buruk, bahkan bisa serupa dengan kondisi yang disebabkan oleh penyakit tertentu.

Mengingat komplikasi serius dapat terjadi, menggalakkan pencegahan untuk gangguan konversi penting dilakukan. Metode utama untuk melakukan pencegahan gangguan konversi ialah menemukan cara untuk menghilangkan stres dan menghindari trauma emosional jika memungkinkan.

Beberapa tindakan pencegahan terdiri dari:

  • Mendapatkan perawatan untuk setiap gangguan mental atau emosional yang mungkin dialami;
  • Menjaga keseimbangan hidup dan keseimbangan kerja yang lebih baik;
  • Menciptakan dan memelihara hubungan yang positif dengan orang-orang terdekat;
  • Menciptakan suasana kekeluargaan yang aman dan tenang.

Gejala gangguan konversi biasanya tidak berlangsung lebih dari beberapa minggu dan mungkin berhenti setelah 1-2 hari.

Jika kamu atau orang terdekat dirasa memiliki indikasi gangguan konversi, maka jangan ragu untuk mengunjungi dokter agar proses diagnosis dapat segera dilakukan. Selanjutnya, dokter dapat memberi rekomendasi pengobatan serta perawatan yang tepat untuk meminimalkan gejala.

Baca Juga: 5 Tanda Kamu Mengalami Gangguan Psikosomatik dan Solusinya, yuk Sehat

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya