TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Quiet Borderline Personality Disorder, Sulit Diidentifikasi

Gejalanya sering kali tak tampak dan menghanyutkan

Ilustrasi laki-laki menyendiri (pexels.com/Oleksandr Pidvalnyi)

Borderline personality disorder (BPD) atau gangguan kepribadian ambang adalah kondisi mental yang ditandai dengan pola berkelanjutan dari suasana hati, citra diri, dan perilaku. Gejala yang tampak sering mengakibatkan tindakan impulsif sehingga berimbas pada hubungan interpersonal.

Sementara itu, quiet borderline personality disorder atau gangguan kepribadian ambang yang tenang, bukan termasuk diagnosis resmi. Ini dijadikan label untuk mendeskripsikan individu yang memenuhi kriteria kondisi BPD, tapi gejalanya tidak termanifestasi dalam cara yang khas.

Dengan kata lain, orang-orang dengan quiet BPD sering kali tampak baik-baik saja dari luarnya. Akan tetapi, mereka berjuang secara internal dengan perasaan kesepian atau rasa malu yang intens.

1. Gejala

Ilustrasi perempuan merasa kesepian (pexels.com/Christian Muñoz)

Quite BPD mungkin sulit teridentifikasi pada awal kemunculan gejala. Namun, beberapa gejala yang paling menonjol yang bisa dijadikan petunjuk di antaranya adalah:

  • Perubahan suasana hati (bisa berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari) tanpa ketahuan orang lain.
  • Menekan atau menyangkal perasaan marah.
  • Menarik diri saat merasa kesal.
  • Cenderung menghindari percakapan dengan orang lain (terlebih jika orangnya menjengkelkan).
  • Menyalahkan diri sendiri setiap kali ada konflik.
  • Timbul perasaan bersalah dan malu secara intens.
  • Harga diri dan citra diri rendah.
  • Merasa menjadi beban bagi orang lain.
  • Ada kekosongan di hati atau mati rasa.
  • Seolah-olah terlepas dari realitas dunia dan terkadang merasa seperti berada dalam mimpi (derealisasi).
  • Ketakutan berlebihan terhadap penolakan.
  • Pada saat bersamaan merasa takut sendirian sekaligus tidak mau orang-orang berada di dekatnya.
  • Ketidakmampuan membangun koneksi dengan orang lain (depersonalisasi).
  • Ada kecenderungan untuk melukai diri sendiri atau pikiran untuk bunuh diri.

Baca Juga: 10 Jenis Gangguan Kepribadian, Kenali Tandanya

2. Penyebab

Ilustrasi pria sedang merenung (pexels.com/Ric Rodrigues)

Belum diketahui pasti apa penyebab quiet BPD. Namun, jika mengacu pada hasil penelitian yang telah terpublikasi, menunjukkan beberapa faktor berikut mungkin berperan dalam perkembangan quiet BPD:

  • Genetik/riwayat keluarga: orangtua atau saudara kandung dengan quite BPD dapat meningkatkan risiko pengembangan kondisi pada anak atau saudara kandung lainnya. Sementara menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), kondisi ini 5 kali lebih sering terjadi pada kerabat dekat tingkat pertama.
  • Faktor kondisi otak: beberapa penelitian menunjukkan, orang dengan quiet BPD dapat mengalami perubahan struktural dan fungsional pada bagian otaknya. Adapun yang sering terpengaruh adalah area terkait kontrol impuls dan regulasi emosi.
  • Faktor lingkungan: penelitian yang terbit dalam jurnal Diagnostics (Basel) tahun 2021 menjelaskan, peristiwa hidup traumatis (pelecehan, pengabaian, konflik, permusuhan, ketidakstabilan, dan gangguan lain) pada masa kanak-kanak dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan quite BPD.

3. Diagnosis

Ilustrasi proses diagnosis (pexels.com/Alex Green)

Quiet BPD dapat didiagnosis oleh profesional kesehatan mental berlisensi, seperti psikolog, psikiater, atau pekerja sosial klinis. Adapun prosedur penegakan diagnosis, biasanya melibatkan beberapa sesi yang mencakup:

  • Wawancara menyeluruh mengenai gejala yang dirasakan pasien.
  • Mengevaluasi riwayat kesehatan pasien dan keluarga secara komprehensif.
  • Melakukan pemeriksaan medis, termasuk pemeriksaan fisik atau tes lain untuk mengesampingkan kondisi lain.

Tahap diagnosis sering kali menimbulkan kebingungan karena karakteristik kondisi yang cenderung menahan emosi dan perasaannya. Hal ini dapat menghambat proses mengenali gejala quiet BPD. Dengan demikian, akan lebih bijak bersikap kooperatif dan jujur kepada penyedia layanan kesehatan meskipun sulit untuk memulainya.

4. Pengobatan

Ilustrasi sesi terapi (pexels.com/cottonbro)

Sama seperti kondisi kesehatan mental lain, quiet BPD perlu mendapatkan perawatan dan pengobatan yang tepat. Setelah proses diagnosis berhasil ditetapkan, penyedia layanan kesehatan mungkin akan merekomendasikan beberapa opsi pengobatan, seperti:

  • Pemberian obat psikiatri: dokter dapat memberikan resep obat untuk mengatasi gejala terkait kecemasan atau depresi.
  • Terapi perilaku kognitif (CBT): terapi yang bertujuan untuk memodifikasi pikiran dan perilaku agar bekerja lebih selaras.
  • Terapi skema: menggabungkan berbagai pendekatan terapeutik dengan penekanan pada aspek hubungan.
  • Terapi berbasis mentalitas: mentalitas mengacu pada kemampuan berpikir, mengelola emosi, serta memenuhi kebutuhan diri sendiri dan orang lain. Selama sesi terapi berlangsung, individu yang bersangkutan dapat mempelajari damapk peristiwa internal terhadap perilaku yang dilakukan.
  • Terapi berfokus transferensi: merupakan bentuk lain dari terapi psikodinamik yang menggunakan hubungan antara klien dan terapis. Mekanisme ini sebagian besar akan memainkan cara yang sama, mirip pola hubungan dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: Diidap Moon Knight, Apa Itu Gangguan Kepribadian Ganda?

Verified Writer

Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya