Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Apa yang terlintas dalam benakmu ketika mendengar kata mikroagresi? Mengacu pada tokoh yang mencetuskannya, Chester M. Pierce, istilah mikroagresi digambarkan sebagai bentuk penghinaan yang dialami kelompok etnis Afrika-Amerika.
Dewasa ini, istilah mikroagresi mengalami perluasan makna yang mengarah pada sekelompok orang yang terpinggirkan atau minor. Individu yang masuk dalam kelompok terpinggirkan ialah populasi di luar masyarakat arus utama (kelompok mayoritas).
Penasaran apakah praktik mikroagresi masih eksis di era saat ini? Yuk, mengenal lebih lanjut tentang mikroagresi supaya pengetahuanmu semakin bertambah. Simak penjelasan berikut sampai selesai, ya!
1. Orang yang melakukan mikroagresi tidak menyadari perbuatannya tersebut
ilustrasi mencengkeram pergelangan tangan (pexels.com/Liza Summer) Subjek yang menjadi sasaran praktik mikroagresi biasanya mengalami marginalisasi (peminggiran) karena jenis kelamin, ras, agama, atau orientasi seksual. Perlu diketahui, bahwa praktik mikroagresi cenderung sulit teridentifikasi.
Oleh karena itu, orang yang melakukan mikroagresi sering kali tidak menyadari akan perilakunya. Terkadang, mereka juga tidak bermaksud merugikan orang lain atau kelompok masyarakat tertentu melalui ucapan atau tindakan yang mengarah pada unsur mikroagresi.
2. Klasifikasi mikroagresi
ilustrasi debat dengan teman kantor (pexels.com/SHVETS production) Menurut psikolog Derald Wing Sue, mikroagresi dikelompokkan dalam tiga jenis, meliputi:
- Microassaults: digambarkan sebagai perilaku diskriminatif secara sengaja tanpa bermaksud menyerang. Contoh kasusnya adalah seseorang melontarkan lelucon rasis lalu berujar, "saya hanya bercanda."
- Microinsults: merupakan tindakan atau pernyataan diskriminatif secara tidak sengaja. Kasus microinsults misalnya, seseorang berkata pada dokter berkebangsaan India yang bertugas di Amerika Serikat, "masyarakat India pasti bangga dengan Anda."
- Microinvalidations: hal ini mengacu pada pernyataan seseorang yang dapat merusak pengalaman sekelompok orang tertentu.
Baca Juga: 6 Ciri Kamu Sedang Berjuang Menghadapi Mental Health
3. Bentuk-bentuk mikroagresi
ilustrasi stop asian hate (pexels.com/ShotPot) Terdapat tiga jenis mikroagresi yang meliputi:
- Mikroagresi verbal: berupa lontaran pernyataan yang menstigmatisasi atau menyakitkan kelompok tertentu yang terpinggirkan. Contohnya, "kamu sangat pandai untuk ukuran seorang perempuan." Kalimat ini termasuk dalam mikroagresi verbal.
- Mikroagresi perilaku: terjadi ketika seseorang berperilaku diskriminatif terhadap sekelompok orang tertentu. Contohnya, seorang pelayan toko yang mengabaikan dan tidak mau melayani customer transgender.
- Mikroagresi lingkungan: yaitu diskriminasi dalam konteks yang 'halus', terjadi dalam masyarakat. Contohnya, fasilitas publik dengan label nama tokoh orang kulit putih.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
4. Contoh kasus mikroagresi dalam kehidupan sehari-hari
ilustrasi wanita sedang sedih (pexels.com/Pham Khoai) Penelitian bertajuk Gendered Microaggressions in Science, Technology, Engineering, and Mathematics tahun 2018 menunjukkan sebesar 73 persen perempuan yang bekerja di bidang sains, teknologi, engineering dan matematika mengalami setidaknya satu bentuk objektivitas seksual.
Adapun contoh kasus mikroagresi di antaranya adalah:
- Memperlakukan seseorang sebagai warga negara 'kelas dua' karena ras, jenis kelamin, atau orientasi seksualnya
- Memberi tahu orang kurus atau orang gemuk untuk memperbaiki pola makannya
- Membuat asumsi mengenai seseorang berdasarkan agama, usia, atau ras
- Meremehkan kelompok orang tertentu
- Menganggap orang-orang tertentu lebih berharga, misalnya dari segi kelas sosial
Baca Juga: 5 Alasan Teknologi Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental