Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Bagi kebanyakan orang, ujian adalah momen menegangkan. Perasaan takut, cemas, gugup, semua campur aduk! Ini adalah respons normal. Namun, kalau yang dirasakan berlebihan, ini perlu diwaspadai. Kondisi ini menggambarkan test anxiety atau kecemasan luar biasa hingga memengaruhi kondisi fisik dan psikis.
Apa yang membedakan test anxiety dengan kecemasan biasa, gejalanya, dan perlukah dikhawatirkan? Simak penjelasannya berikut ini, ya!
1. Apa itu test anxiety?
pexels.com/Andrea Piacquadio Sesuai namanya, test anxiety merupakan kondisi psikologis ketika seseorang mengalami kecemasan dan tekanan yang ekstrem saat menghadapi ujian. Orang dengan test anxiety bisa menjadi sangat cemas hingga berdampak pada pembelajaran dan kinerja ujian.
Test anxiety atau kecemasan menghadapi ujian adalah jenis kecemasan kinerja. Implikasinya, penderitanya jadi tak bisa melakukan yang terbaik padahal mampu.
Baca Juga: Mengenal Teknik Pernapasan 4-7-8, Bantu Atasi Cemas dan Sulit Tidur
2. Penyebab test anxiety
Melansir Healthline dan Verywell Mind, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengembangkan test anxiety, di antaranya adalah:
- Gangguan kecemasan umum
- Kurang persiapan
- Ketakutan akan kegagalan
- Pernah mendapat hasil ujian yang buruk atau sangat mengecewakan
Sementara itu, studi dalam Journal of Learning Disabilities yang terbit tahun 2010 menjelaskan bahwa siswa yang kesulitan dalam belajar lebih mungkin mengalami test anxiety.
Test anxiety sering terjadi ketika tingkat stres melewati batas normal. Kecemasan yang berlebihan mungkin menjadi penyebab terganggunya kinerja ujian. Hal tersebut dapat mengganggu konsentrasi dan mengacaukan materi pelajaran yang telah dipelajari.
3. Gejala test anxiety
Gejala test anxiety bisa bervariasi mulai dari yang ringan hingga berat. Beberapa peserta didik ada yang mengalami gejala kecemasan ringan dan masih mampu mengerjakan ujian dengan cukup baik.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Namun, bila gejala yang dialami berat, penderitanya bisa hampir tidak berdaya menghadapi kecemasan yang berlebihan, sehingga menyebabkan kinerja ujian buruk, atau parahnya mengalami serangan panik sebelum atau selama ujian.
Secara umum, gejala yang test anxiety dapat dibagi menjadi tiga, yakni gejala fisik, gejala emosional, serta gejala perilaku dan kognitif.
Gejala fisik meliputi detak jantung berdebar cepat, berkeringat, gemetar, mulut kering, mual, bahkan pingsan.
Gejala emosional meliputi perasaan tidak mampu, putus asa, depresi, marah, kesulitan, dan tingkat percaya diri rendah.
Sementara, gejala perilaku dan kognitif meliputi gelisah, sering lupa, meragukan kemampuan diri sendiri, dan menghindari situasi ujian secara langsung.
4. Pengobatan dan perawatan test anxiety
pexels.com/Andrea Piacquadio Tidak menutup kemungkinan bahwa test anxiety dapat memburuk seiring berjalannya waktu, terlebih bila tidak ditangani dengan tepat. Ini bisa membuat gejala yang ditunjukkan lebih intens dan persisten.
Dengan demikian, anggapan bahwa test anxiety merupakan kondisi yang wajar perlu ditelaah lebih dalam. Peserta didik dengan intensitas dan taraf kecemasan yang sudah melebihi batas normal perlu mendapat intervensi medis guna mengobati gejala dan meminimalkan dampak negatif.
Dokter bisa meresepkan obat tertentu untuk membantu mengendalikan kecemasan yang parah.
Bentuk perawatannya bisa berupa konseling dengan ahli kesehatan jiwa, seperti psikolog atau terapis untuk membantu mengelola stres, meningkatkan kepercayaan diri, serta mengukuhkan harga diri.
Baca Juga: Atychiphobia, Fobia Kegagalan yang Bisa Menyerang Siapa Saja