TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Terlalu Banyak Tidur Bisa Sebabkan Depresi? Begini Penjelasannya

Kebanyakan tidur juga ternyata tidak baik untuk kesehatanmu

ilustrasi tidur berlebihan (freepik.com/jcomp)

Tidur berkualitas adalah faktor penting untuk menjaga kesehatan fisik maupun mental. Menurut keterangan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), durasi tidur ideal per hari untuk orang dewasa adalah 7-9 jam dan 8-10 jam untuk remaja.

Kita tahu bahwa kurang tidur bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Lantas, bagaimana bila waktu tidur melebihi rekomendasi di atas? Ternyata, terlalu banyak tidur juga telah dikaitkan dengan sejumlah masalah, seperti risiko penyakit diabetes, jantung, serta bisa memicu depresi pada beberapa orang. 

Menurut Sleep Foundation, kebanyakan orang dengan depresi sering kali mengalami masalah dalam rutinitas tidur. Mereka mungkin kesulitan untuk tidur dengan nyenyak, mengantuk pada siang hari, atau bisa juga terlalu banyak tidur.

Berikut ini penjelasan tentang hubungan antara tidur berlebihan dengan depresi yang menarik untuk diketahui.

1. Mengapa seseorang bisa tidur berlebihan?

ilustrasi laki-laki yang masih mengantuk (pexels.com/AndreaPiacquadio)

Bagi penderita hipersomnia dan sleep apnea obstruktif, tidur berlebihan merupakan bentuk gangguan tidur yang cenderung mengganggu siklus tidur normal. Studi  yang dimuat dalam jurnal Dialogues in Clinical Neuroscience tahun 2008 memaparkan, kecenderungan tidur berlebihan rentan terjadi pada perempuan atau seseorang berusia di bawah 30 tahun yang mengalami depresi.

Penelitian dalam jurnal Current Sleep Medicine Reports tahun 2015 menjelaskan, oversleeping atau tidur berlebihan merupakan salah satu gejala dari depresi, bukan penyebab utama depresi itu terjadi.

Temuan tersebut diperkuat lewat penelitian dalam Journal of Affective Disorders tahun 2017 menyatakan, kebanyakan orang dengan depresi berat memiliki beberapa jenis gangguan tidur, salah satunya hipersomnia atau rasa kantuk berlebihan di siang hari (lebih sering dikaitkan dengan depresi atipikal).

Baca Juga: Bekerja dari Rumah bikin Jam Tidur Bergeser? Ini Solusinya!

2. Tidur berlebihan dapat memperburuk gejala depresi

ilustrasi depresi (freepik.com/dashu83)

Gangguan tidur dapat berkembang jauh sebelum depresi itu hadir. Kendati demikian, para ahli belum bisa memastikan hubungan antara gangguan tidur dengan peningkatan risiko depresi.

Melalui penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal PLOS One tahun 2014, didapat temuan bahwa orang yang tidur lebih dari 8 jam per hari kemungkinan lebih banyak mengalami gejala depresi dibanding orang yang tidur selama atau kurang dari 8 jam per hari.

3. Tidur berlebihan dapat mengganggu siklus tidur

ilustrasi gangguan siklus tidur (pexels.com/cottonbro)

Tidur terlalu sedikit maupun berlebihan, keduanya sama-sama memengaruhi ritme sirkadian (siklus alami tidur-bangun) tubuh. Hal ini dapat menyebabkan sel-sel tubuh kebingungan mengirimkan sinyal sehingga membuat tubuh kesulitan menanggapinya.

Ketika ritme sirkadian terganggu, seseorang bisa terbangun dari tidurnya dengan kondisi lelah atau merasa siap tidur hanya beberapa jam setelah bangun. Seiring waktu, jadwal tidur-bangun yang tidak konsisten dapat berimbas pada kebutuhan ideal waktu tidur yang terganggu.

4. Tidur berlebihan merusak rencana esok hari

ilustrasi perempuan sedang marah (freepik.com/cookie_studio)

Ketika rencana esok hari telah disusun dengan matang, tapi karena insiden terlambat bangun tidur membuat semuanya menjadi kacau. Daftar tugas yang perlu diselesaikan hari itu menjadi terbengkalai hingga berimbas pada kemerosotan suasana hati. Merasa menyia-nyiakan waktu, orang yang bersangkutan mungkin merasa kesal hingga berujung pada frustrasi karena to-do list tidak selesai dengan baik.

Terlalu banyak tidur juga dapat membuat seseorang terpaksa membatalkan janji pertemuan atau menunda melakukan hal-hal yang disukainya. Kondisi ini tidak jarang menciptakan perasaan bersalah dan kecewa terhadap dirinya sendiri.

Bila ini tidak ditangani dengan bijak, orang tersebut mungkin akan berhenti menyusun rencana untuk esok hari, yang lama-lama bisa memicu rasa kesepian. Kemudian, pada titik tertentu, ini bisa berujung pada depresi.

Baca Juga: 7 Cara Memperbaiki Pola Tidur Berantakan Selama Pandemik

Verified Writer

Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya