TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Peristiwa Hidup Penuh Tekanan Tingkatkan Risiko Gangguan Penyesuaian

Merasa kesulitan dalam menghadapi peristiwa penuh tekanan

Gangguan penyesuaian membuat seseorang sulit menerima kenyataan hidup. pexels.com/Pham Khoai

Selama lebih dari 50 tahun, para ahli menggunakan istilah gangguan penyesuaian (adjustment disorder) untuk menggambarkan seseorang yang tengah berjuang menghadapi situasi stres atau kondisi penuh tekanan terus-menerus.

Gangguan penyesuaian adalah keadaan sementara dari tekanan dan gangguan emosional yang timbul dalam proses adaptasi dengan perubahan hidup yang signifikan, peristiwa yang penuh stres, penyakit fisik serius, atau kemungkinan penyakit serius. Stresor (pemicu stres) tidak hanya dapat melibatkan individu, bahkan bisa memengaruhi masyarakat luas.

Individu dengan gangguan ini dapat menunjukkan gejala seperti kecemasan, depresi, serta gangguan emosi. Ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan peristiwa stres dapat menyebabkan satu atau lebih gejala psikologis yang parah yang kadang merambah ke fisik. 

Studi tahun 2012 dalam Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology menjelaskan sekitar 1 persen populasi mungkin mengalami gangguan penyesuaian pada waktu tertentu. Untuk mengetahui lebih jelas terkait gangguan penyesuaian, simak penjelasan berikut sampai akhir.

1. Memahami gangguan penyesuaian

Gangguan penyesuaian terkadang disebut sebagai depresi situasional. pexels.com/Min An

Melansir WebMD, sistem diagnostik kesehatan mental secara teknis telah mengubah nama gangguan penyesuaian menjadi sindrom respons stres (stress response syndrome) pada tahun 2013.

Hal tersebut karena seseorang dengan sindrom respons stres sering kali menunjukkan beberapa gejala depresi klinis seperti sering menangis, perasaan putus asa, serta kehilangan minat terhadap pekerjaan atau aktivitas. Secara informal, gangguan penyesuaian terkadang disebut juga sebagai depresi situasional. 

Gangguan ini cenderung terjadi dalam bentuk reaksi emosional atau perilaku yang ekstrem dalam waktu 3 bulan setelah seseorang mengalami peristiwa pahit dalam hidupnya.

Baca Juga: 6 Gangguan Makan Paling Umum, Korbannya Bukan Hanya Perempuan

2. Gejala gangguan penyesuaian

Merasa sangat cemas, khawatir, gugup, gelisah, atau stres adalah beberapa gejala dari gangguan penyesuaian. pexels.com/Sameel Hassen

Pada dasarnya, gejala gangguan penyesuaian tergantung pada jenis gangguan dan pengaruhnya bervariasi dari satu individu ke individu lain.

Melansir Mayo Clinic, beberapa contoh tanda dan gejala seseorang diduga mengalami gangguan penyesuaian yakni:

  • Sering menangis
  • Merasa sedih, putus asa, atau tidak menikmati hal-hal yang dulu sangat dinikmati
  • Merasa sangat cemas, khawatir, gugup, gelisah, atau stres
  • Kesulitan tidur
  • Kesulitan berkonsentrasi
  • Kesulitan mengoptimalkan fungsi dalam aktivitas sehari-hari
  • Berkurangnya nafsu makan
  • Merasa kewalahan
  • Menarik diri dari lingkungan sosial
  • Pikiran atau perilaku bunuh diri
  • Menghindari hal-hal krusial seperti pergi bekerja

Perlu diketahui, gejala gangguan penyesuaian biasanya dimulai dalam 3 bulan setelah peristiwa penuh tekanan terjadi dan berlangsung tidak lebih dari 6 bulan. Namun, gangguan penyesuaian yang persisten atau kronis dapat berlanjut lebih dari 6 bulan, terutama jika pemicu stresnya terus berlanjut.

3. Penyebab gangguan penyesuaian

Perubahan besar dalam hidup adalah salah satu penyebab umum gangguan penyesuaian pada orang dewasa. pexels.com/Jansel Ferma

Berbagai peristiwa yang penuh tekanan termasuk peristiwa stres dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan gangguan penyesuaian.

Melansir Healthline, beberapa penyebab umum gangguan penyesuaian pada orang dewasa meliputi:

  • Meninggalnya anggota keluarga atau teman dekat
  • Masalah hubungan atau perceraian
  • Masalah keuangan
  • Perubahan besar dalam hidup
  • Masalah kesehatan (penyakit) yang diderita
  • Pindah ke tempat baru
  • Bencana

Sementara itu, penyebab gangguan penyesuaian pada anak-anak dan remaja meliputi:

  • Perkelahian atau masalah keluarga
  • Masalah di sekolah
  • Kecemasan akan isu seksualitas

Terdapat faktor lain yang dapat meningkatkan kemungkinan gangguan penyesuaian pada diri seseorang, yaitu genetika, pengalaman hidup, gangguan kepribadian, dan masalah kesehatan mental yang dapat memengaruhi reaksi seseorang ketika dihadapkan dengan peristiwa kehidupan.

4. Jenis gangguan penyesuaian

Ada enam jenis gangguan penyesuaian yang perlu diketahui. pexels.com/Mike Chang

Johns Hopkins Medicine mengklasifikasikan gangguan penyesuaian ke dalam enam jenis:

  1. Adjustment disorder with anxiety: gejalanya meliputi perasaan kewalahan, cemas, dan khawatir. Orang dengan gangguan ini mungkin juga mengalami masalah dengan konsentrasi dan ingatan. Pada anak-anak, diagnosis ini biasanya dikaitkan dengan kecemasan akan perpisahan orang tua dan orang yang dicintainya.
  2. Adjustment disorder with depressed mood: gejalanya adalah mengalami perasaan sedih, sering menangis, putus asa, dan tidak lagi menikmati aktivitas yang dilakukan sebelumnya.
  3. Adjustment disorder with mixed anxiety and depressed mood: gejalanya cenderung mengalami depresi dan kecemasan.
  4. Adjustment disorder with disturbance of conduct: ini lebih sering terjadi pada remaja yang melibatkan masalah perilaku seperti perkelahian, mengemudi ugal-ugalan, merusak properti publik, mencuri, dan bolos sekolah.
  5. Adjustment disorder with mixed disturbance of emotions and conduct: gejalanya meliputi depresi, kecemasan, serta masalah perilaku.
  6. Adjustment disorder unspecified: pada jenis ini tidak ada gejala pasti, tetapi sering berkaitan dengan gejala fisik atau masalah dengan teman, keluarga, pekerjaan, atau sekolah.

5. Diagnosis gangguan penyesuaian

Wawancara dan beberapa jenis pemeriksaan bisa membantu ahli kejiwaan menegakkan diagnosis gangguan penyesuaian. pexels.com/Polina Zimmerman

Ahli kejiwaan dapat menilai gejala pasien melalui wawancara medis dan evaluasi psikiatri. Pemeriksaan tersebut membantu menyingkirkan kemungkinan kondisi adanya kesehatan mental lainnya.

Selanjutnya, dokter juga mungkin akan mewawancara tentang kejadian yang dapat memicu gangguan penyesuaian serta mengobservasi riwayat pribadi terkait pola emosi dan perilaku.

Melalui pedoman Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition (DSM-5), psikiater dapat memeriksa gejala pasien yang sesuai dengan kriteria gangguan penyesuaian, dengan mengesampingkan kondisi kesehatan mental lainnya.

Dalam beberapa kasus, dokter mungkin juga akan merekomendasikan tes darah dan urine untuk memastikan bahwa kondisi medis lain tidak menyebabkan gejala yang mengarah pada gangguan penyesuaian.

Baca Juga: Selalu Mengandalkan Orang Lain, Kenali Gangguan Kepribadian Dependen

Verified Writer

Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya