TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Terapi Realitas, Praktik Mengendalikan Diri dengan Memilih Tindakan

Jenis konseling yang memandang perilaku sebagai pilihan

ilustrasi terapi realitas (pexels.com/SHVETS production)

Terapi realitas merupakan bentuk konseling yang memandang perilaku sebagai pilihan. Ini merujuk pada gagasan bahwa gejala psikologis tidak selalu berkaitan dengan kondisi kesehatan mental. Sebaliknya, bisa disebabkan karena individu yang bersangkutan memilih sendiri perilaku yang ingin ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhannya.

Secara garis besar, tujuan terapi realitas adalah untuk membantu klien menyadari secara penuh perilaku yang dipilih, serta memberikan masukan terkait pilihan tindakan yang memungkinkannya untuk senantiasa terhubung dengan orang lain.

Belum banyak penelitian berbasis ilmiah yang fokus tentang terapi realitas. Namun, sudah banyak negara mempraktikkan terapi ini.

1. Dasar

ilustrasi laki-laki sedang bercerita pada terapisnya (pexels.com/Gustavo Fring)

Terapi realitas dikembangkan oleh psikiater asal Amerika Serikat (AS), Dr. William Glasser. Dasar terapi realitas mengacu pada konsep teori pilihan (choice theory), yang juga dikembangkan olehnya. Teori tersebut mengungkapkan bahwa manusia pada umumnya hanya memiliki lima kebutuhan dasar, yakni:

  • Survival: Mencakup kebutuhan standar hidup terkait dengan makanan, tempat tinggal, dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman dan terjamin).
  • Power: Memiliki korelasi terhadap perasaan untuk menang, berprestasi, serta memungkinkan untuk meninggalkan warisan.
  • Freedom: Menitikberatkan pada kemandirian, mempertahankan ruang pribadi, serta kepemilikan otonomi dalam kehidupan sehari-hari.
  • Fun: Berhubungan dengan pengalaman kebahagiaan, humor, relaksasi, serta pembelajaran yang menarik dan memuaskan.
  • Love and belonging: Berfokus pada hubungan dengan orang lain, termasuk keluarga, teman, kerabat, bahkan hewan peliharaan.

Lima kebutuhan dasar di atas ditetapkan sebagai "pakem" yang didorong secara genetik sehingga tidak dapat diubah. Oleh karenanya, terapi realitas dianggap kontroversial karena mengesampingkan diagnosis kondisi kesehatan mental.

Baca Juga: Terapi Gestalt: Konsep, Teknik, Manfaat, dan Pertimbangan

2. Prinsip

ilustrasi klien bertindak sesuai dengan pilihannya (pexels.com/cottonbro studio)

Sama seperti jenis terapi pada umumnya, terapi realitas memiliki beberapa prinsip dalam implementasinya. Ada beberapa prinsip dasar dalam terapi realitas yang berfokus pada:

  • Perilaku: Perilaku adalah komponen sentral dalam terapi realitas. Perilaku yang dimaksud dikategorikan ke dalam perilaku terorganisir dan perilaku terorganisir ulang. Perilaku terorganisir merupakan perilaku masa lalu yang diciptakan klien untuk memenuhi kebutuhan. Pada praktiknya, terapis akan membantu klien mengenali perilaku terorganisir yang dirasa tidak efektif. Setelah identifikasi, klien akan berupaya mengubahnya menjadi perilaku yang lebih efektif. Tahap ini disebut sebagai perilaku terorganisir ulang.
  • Kontrol: Dasar terapi realitas memaparkan bahwa perilaku bisa dipilih dengan mempertimbangkan faktor internal. Pemandu terapi akan membantu klien untuk meningkatkan kesadaran mengenai pilihan-pilihan perilaku yang dapat dikontrol.
  • Tanggung jawab: Kontrol berkaitan erat dengan tanggung jawab. Terapi realitas memiliki tujuan dalam peningkatan rasa tanggung jawab terhadap pilihan perilaku klien.
  • Tindakan: Tindakan adalah bagian dari keseluruhan perilaku. Dengan demikian, siapa saja sebenarnya bisa mengelola tindakan. Dalam sesi terapi realitas, modifikasi tindakan ialah kunci untuk mengubah perilaku.
  • Fokus pada momen saat ini: Terapi realitas menyatakan bahwa tindakan saat ini tidak dipengaruhi oleh masa lalu. Sebaliknya, tindakan saat ini ditentukan oleh kebutuhan yang tidak terpenuhi.

3. Kondisi apa saja yang dapat menerima terapi realitas?

ilustrasi anak sekolah bercengkerama dengan orang dewasa (pexels.com/cottonbro studio)

Karena terapi realitas berhubungan erat dengan teori pilihan, maka implementasinya cenderung berfokus pada lima kebutuhan dasar yang ingin dipenuhi manusia dalam hidup.

Beberapa prinsip terapi realitas diketahui telah terbukti membantu mencapai keseimbangan dalam pengaturan sekolah. Dalam artikel bertajuk "'Choice theory' and student success", William menjelaskan bahwa interaksi dan hubungan antara siswa dan guru yang lebih mendukung dapat mengubah hasil dari kemampuan belajar siswa.

Terapi realitas nyatanya bisa juga diterapkan dalam beberapa kondisi dan situasi, mencakup:

  • Pengasuhan anak.
  • Konseling pernikahan.
  • Terapi individu maupun keluarga.
  • Hubungan dengan rekan kerja.
  • Perilaku kecanduan.

4. Efektivitas

ilustrasi terapis tersenyum (pexels.com/cottonbro studio)

Terapi realitas terbukti efektif dalam pengaturan kelompok karena menekankan kewajiban mempertanggungjawabkan tindakan yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan. Konsep ini lebih mudah dipahami ketika dipraktikkan bersama orang lain yang juga berpartisipasi.

Studi dalam Journal of Korean Academy of Nursing tahun 2005 berhasil menguak efektivitas terapi realitas bagi pasien skizofrenia. Pasien yang terlibat penelitian tersebut menunjukkan peningkatan harga diri, perasaan kontrol lebih tinggi, dan lebih mudah mengatasi stres.

Baca Juga: Studi: Terapi Musik Ampuh Bantu Komunikasi Pasien Demensia

Verified Writer

Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya