Studi: Terapi Musik Ampuh Bantu Komunikasi Pasien Demensia

Bukti lain tentang manfaat musik untuk kesehatan otak

Bukan hanya sekadar pikun, demensia adalah "istilah payung" untuk kondisi-kondisi yang memengaruhi daya ingat, proses berpikir, dan pengambilan keputusan. Kondisi demensia yang paling umum adalah penyakit Alzheimer.

Umumnya progresif, kondisi yang umumnya menyerang lansia ini membuat kualitas hidup menurun drastis. Akibatnya, pasien sulit berkomunikasi. Bukan hanya untuk keluarga, melainkan juga untuk orang-orang yang merawat pasien demensia. Tidak jarang, perawat pasien demensia juga mengalami kesulitan dan akhirnya memengaruhi kondisi mentalnya.

Sementara obat bisa membantu, ketergantungan obat dan efek sampingnya jadi dilema. Kabar baiknya, sebuah studi mencatat bagaimana pengaruh terapi musik untuk pasien demensia.

1. Libatkan puluhan pasien demensia

Studi: Terapi Musik Ampuh Bantu Komunikasi Pasien Demensiailustrasi demensia (pexels.com/Kindel Media)

Sebenarnya, ini bukanlah pertama kalinya musik diteliti terhadap pasien demensia. Namun, terlihat penurunan bahkan minimnya studi efek terapi musik terhadap kemampuan sosial para pasien demensia.

Dimuat dalam jurnal Alzheimer Disease and Associated Disorders pada 25 Agustus 2022, para peneliti Amerika Serikat (AS) ingin membuktikan bagaimana terapi musik bisa membantu pasien demensia dan para perawatnya. Untuk itu, para peneliti melibatkan 29 pasien demensia dan perawatnya. Mereka terbagi menjadi 21 kelompok intervensi terapi musik dan 8 kelompok kontrol.

2. Apa itu terapi musik MBM?

Dipimpin oleh Northwestern University, penelitian ini menggunakan terapi musik musical bridges to memory (MBM) yang diciptakan oleh Institute for Therapy through Arts (ITA).

Menurut ITA, MBM adalah program khusus yang menekankan hubungan antara pasien demensia dan keluarga mereka melalui terapi musik.

MBM adalah pertunjukan musik ensambel yang memainkan musik yang disukai pasien demensia. MBM bisa menciptakan koneksi emosional antara pasien demensia dan para perawat melalui nyanyian, tarian, dan permainan instrumen musik.

"... untuk mengajari perawat dan anggota keluarga pasien demensia bagaimana teknik berbasis musik bisa dimanfaatkan untuk merangsang daya ingat serta bahasa, sehingga memelihara keharmonisan keluarga," tulis ITA.

Para peneliti sebelumnya merekam dua video yang masing-masing berdurasi 10 menit, sebelum dan sesudah intervensi MBM.

Sebelum MBM, tiap pasien dan perawat diberi pelatihan bagaimana cara berinteraksi secara efektif selama sesi tersebut.

Selama 45 menit, para musisi ensambel memainkan musik lawas yang konon disukai atau populer di masa muda pasien demensia. Para pasien demensia dan perawat diberi instrumen musik simpel untuk ikut menikmati musik. Para terapis musik juga berinteraksi dengan pasien demensia dan mengajak mereka untuk berinteraksi mengikuti musik.

Baca Juga: Olahraga yang Ringan sekalipun Mampu Turunkan Risiko Demensia

3. Hasil: Pasien demensia lebih responsif setelah terapi musik

Berkolaborasi dengan ITA dan Mayo Clinic, penelitian ini berlangsung selama 12 minggu (3 bulan). Selama waktu tersebut, para peneliti mengukur interaksi verbal dan nonverbal antara pasien demensia dan perawatnya, tingkat keparahan gejala demensia, serta kondisi stres para perawat.

Hasilnya pun mengejutkan. Penelitian tersebut mencatat bahwa interaksi non-verbal antara perawat dan pasien demensia yang ikut dalam terapi MBM berkurang secara signifikan. Selain itu, stres di anggota keluarga dan perawat demensia yang tergabung dalam terapi MBM juga lebih berkurang dibanding kelompok kontrol.

Penelitian umumnya hanya berfokus pada pasien demensia. Pemimpin penelitian dari Northwestern University, Borna Bonakdarpour, MD, mengatakan bahwa studi ini lebih istimewa karena bukan hanya melibatkan pasien demensia, melainkan juga orang-orang di sekitarnya seperti perawat dan anggota keluarga pasien.

"Pasien demensia bisa terkoneksi dengan pasangannya melalui musik, hal yang tak mampu dilakukan secara verbal. Keluarga dan teman pasien demensia juga diuntungkan ... Saat bahasa tak lagi bisa diandalkan, musik menjadi jembatan," ujar Dr. Borna seperti dilansir situs Medical News.

Studi: Terapi Musik Ampuh Bantu Komunikasi Pasien DemensiaPasien dengan demensia terlibat dalam terapi MBM. (itachicago.org)

Penelitian ini mencatat bahwa pasien lebih mau bersosialisasi. Hal ini terlihat dari kontak mata yang lebih frekuen, tidak teralihkan perhatiannya, tidak lekas marah, dan mood yang lebih baik. Hasil positif ini tidak terlihat pada kelompok kontrol yang tak terlibat dalam terapi MBM serupa.

Terlihat dalam video sebelum intervensi, beberapa pasien demensia tidak mau berkomunikasi dengan pasangan. Mengejutkannya, selama sesi, mereka mulai bermain instrumen, bernyanyi, dan berdansa bersama keluarga dan perawat.

"Seiring program ini berlanjut, perawat ikut mengundang anggota keluarga. Inilah pengalaman terbaik untuk seluruh anggota keluarga, di mana para pasien bisa berkomunikasi dengan orang tercinta terlepas dari keparahan demensia," ujar pemimpin program MBM di ITA, Jeffrey Wolfe.

Menurut Dr. Borna, memori musik tetap dalam otak meski memori bahasa dan memori lainnya hilang akibat demensia. Ini karena daerah otak yang terlibat dalam proses dan memori musik tidak terdampak oleh demensia (selama tidak parah). Jadi, pasien bisa tetap berdansa dan bernyanyi.

4. Kekurangan studi ini

Studi awal ini membuktikan bahwa intervensi terapi musik, seperti MBM, amat berguna untuk pasien demensia, serta anggota keluarga serta perawatnya. Meski begitu, penelitian bertajuk "Musical Bridges to Memory: A Pilot Dyadic Music Intervention to Improve Social Engagement in Dementia" ini memiliki beberapa kekurangan.

Pertama, studi ini tidak dilakukan secara acak. Meski begitu, para peneliti mencatat bahwa adanya kelompok kontrol bisa menjelaskan hasil studi. Akan tetapi, kelompok kontrol hanya berasal dari salah satu dari dua fasilitas perawatan demensia, dan hal ini bisa memengaruhi hasil penelitian.

Kedua, studi ini berlangsung cukup singkat, yaitu 12 minggu saja. Oleh karena itu, butuh penelitian yang lebih panjang ke depannya Selain itu, ukuran sampel juga tergolong keci sehingga butuh penelitian dengan jumlah sampel lebih besar untuk mengetahui apakah terapi musik memiliki efek yang menyeluruh.

Kemudian, para peneliti menyayangkan tak ada tolok ukur spesifik untuk MBM. Selain itu, para pasien demensia pada dasarnya memang tak menunjukkan perilaku antisosial.

Studi: Terapi Musik Ampuh Bantu Komunikasi Pasien Demensiailustrasi musik (pexels.com/Pixabay)

Terlepas dari kekurangannya, para peneliti masih optimistis dan antusias untuk mengadakan penelitian selanjutnya mengenai intervensi terapi musik untuk pasien demensia. Tentu saja, penelitian selanjutnya akan memiliki sampel lebih besar.

"Saat ini, kami memiliki hibah berdurasi tiga tahun melalui National Endowment for the Arts (NEA) untuk melakukan studi serupa di kelompok pasien lebih besar. Kami juga harus meneliti secara faal apakah efek MBM berlaku secara biologis untuk pasien dan para perawatnya," ujar Dr. Borna.

Merunut hasil tersebut, para peneliti yakin terapi MBM bisa menguntungkan baik untuk pasien demensia, para perawat, serta anggota keluarga pasien. Oleh karena itu, bukan tidak mungkin terapi musik bisa menjadi salah satu terapi demensia utama di masa depan.

Baca Juga: 8 Gejala Awal Demensia, Bukan Cuma Pikun

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya