TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Apa yang Dimaksud dengan Efikasi Vaksin? Ini Penjelasannya!

Berbeda, lho, dengan efektivitas vaksin

pexels.com/Artem Podrez

Diharapkan bisa mengakhiri pandemik, vaksin COVID-19 kini sedang hangat diperbincangkan oleh masyarakat. Sejumlah perusahaan besar bahkan telah memberikan laporan mengenai efikasi vaksin yang dibuatnya. Di antaranya adalah Pfizer, Moderna, hingga AstraZeneca. 

Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan efikasi? Apa perbedaannya dengan efektivitas dan seperti apa standarnya? Untuk tahu lebih lanjut, simak penjelasannya berikut ini!

1. Apa itu efikasi vaksin?

Efikasi vaksin (IDN Times/Muhammad Rahmat Arief)

Meskipun akhir-akhir ini sering terdengar, masih banyak yang tidak mengerti apa yang dimaksud dengan efikasi. Menurut penjelasan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), efikasi merupakan persentase penurunan kejadian penyakit pada kelompok orang yang divaksin dan dibandingkan dengan mereka yang tidak divaksin.

Terdengar bertele-tele memang, singkatnya efikasi adalah manfaat yang diberikan vaksin dibandingkan dengan orang-orang yang tidak menerimanya dalam uji klinis. Efikasi juga selalu dinyatakan dalam persentase. 

Baca Juga: Jenis Mutasi Baru Virus Corona Menyebar di Inggris, Ini 5 Faktanya!

2. Seperti apa cara mendapatkan efikasi?

pexels.com/cottonbro

Efikasi biasanya didapat setelah vaksin melalui uji klinis tahap kedua. Peneliti akan memberikannya kepada satu kelompok orang. Sebagai pembanding, ada kelompok lain yang tidak menerima vaksin. 

Jika kondisi kelompok penerima vaksin dan yang tidak menerima sama, maka efikasinya terhitung 0 persen. Sementara itu, jika orang yang tidak menerima vaksin tertular, sementara semua orang yang menerima vaksin sehat-sehat saja, maka efikasinya 100 persen.

Perlu digarisbawahi, efikasi adalah angka yang didapatkan melalui uji klinis, yaitu dalam konteks penelitian. Apa yang akan terjadi di kenyataan bisa sesuai ataupun melenceng darinya. 

3. Efikasi berbeda dengan efektivitas vaksin

pexels.com/Polina Tankilevitch

Ada efikasi, ada pula efektivitas. Kedua istilah ini sering disamakan, padahal memiliki arti yang sangat berbeda. Maka dari itu, penting untuk mengetahuinya dan tidak mencampurkan kedua istilah tersebut.

Menurut penjelasan laman Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, efektivitas adalah seberapa baik sebuah vaksin bekerja di dunia nyata. Ini artinya, efektivitas baru bisa terlihat ketika vaksin telah digunakan oleh publik. 

Efektivitas vaksin bisa lebih rendah, lebih tinggi, atau sama dengan efikasi yang didapatkan dalam uji klinis. Namun, pada umumnya, tingkat efektivitas itu lebih rendah daripada efikasi.

Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Di antaranya orang-orang yang terlibat dalam uji klinis kurang representatif dengan kondisi masyarakat, perbedaan kondisi kesehatan, hingga kesamaan partikel virus di dalam vaksin dengan virus yang beredar di luar. 

4. Berapa standar efikasi yang dianjurkan?

pexels.com/cottonbro

Walaupun begitu, efikasi dan efektivitas sama-sama penting. Sebab, inilah dua di antara semua indikator keberhasilan pengembangan sebuah vaksin. Lalu seperti apa standar efikasi yang dianjurkan?

Sebenarnya cukup sulit menentukan standar efikasi, mengingat vaksin-vaksin sebelumnya memiliki angka yang beragam. Bahkan vaksin influenza yang telah beredar ada yang hanya mencapai efikasi 40 hingga 60 persen, tetapi bisa menyelamatkan masyarakat. 

Melansir The Conversation, bahkan vaksin yang mencapai efikasi 90 persen hanya sedikit. Dua di antaranya adalah untuk campak dan cacar air. 

Akan tetapi, studi dari Elsevier Public Health Emergency Collection yang terbit pada Oktober lalu menyarankan agar efikasi vaksin COVID-19 mencapai 70 hingga 80 persen sebelum diedarkan ke masyarakat. Dengan begitu, efektivitasnya tidak akan jauh dari angka tersebut.

Baca Juga: Rina Nose Tes COVID-19 ke Sambal Cireng Hasilnya Positif, Kok Bisa?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya