TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Animal Hoarding: Penyebab, Dampak, Ciri, dan Penanganan

Gangguan kejiwaan yang menyengsarakan hewan

ilustrasi animal hoarding (unsplash.com/The Lucky Neko)

Kita sebagai pencinta binatang tentu mengharapkan kesejahteraan bagi mereka. Berbeda dengan para animal hoarder, pelaku animal hoarding, mereka akan mengumpulkan banyak binatang tanpa mempertimbangkan kemampuan secara finansial, mental, dan lainnya. Tak jarang perilaku animal hoarding mengancam kesehatan binatang yang mereka kumpulkan beserta kesehatan pengidapnya.

Banyak fakta mengejutkan di balik gangguan kejiwaan yang meresahkan ini. Berikut ini informasi seputar animal hoarding yang menarik untuk diketahui.

1. Apa itu animal hoarding?

ilustrasi animal hoarding (unsplash.com/Chewy)

Seorang yang mengidap gangguan kejiwaan animal hoarding biasanya suka mengumpulkan banyak binatang. Umumnya tidak ada binatang khusus, binatang yang menjadi korban pada animal hoarder bisa saja segala jenis binatang, seperti anjing, kucing, reptil, burung, dan lainnya.

Menurut keterangan dari Anxiety and Depression Assosiation of America (ADAA), Istilah animal hoarding atau penimbunan binatang mengacu pada kebutuhan kompulsif untuk mengumpulkan dan memiliki hewan dengan niat merawat, tetapi berujung pada pengabaian atau penyalahgunaan, baik secara sengaja maupun tidak.

Selain itu, mereka tidak bisa memperhitungkan kemampuan mereka secara fisik, finansial, maupun mental untuk mengurus binatang-binatang tersebut, sehingga membahayakan kesehatan binatang dan dirinya sendiri.

Baca Juga: 7 Fakta Hoarding Disorder, Gangguan Suka Menimbun Barang Berlebihan

2. Penyebab dan faktor risiko

ilustrasi penyebab dan faktor risiko animal hoarding (unsplash.com/Nick Karvounis)

Dilansir American Psychiatric Association, animal hoarding lebih sering terjadi pada orang-orang yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan serupa. Penyebab pastinya masih belum diketahui secara pasti. Genetika kemungkinan hanya satu bagian dari mengapa animal hoarding memengaruhi individu tertentu. Lingkungan juga berperan.

American Society for the Prevention of Cruelty to Animals (ASPCA) menambahkan bahwa penimbun hewan memiliki rentang usia remaja hingga dewasa, bisa laki-laki atau perempuan dari ras atau kelompok etnis apa pun.

Orang tua lebih berisiko karena kesehatan mereka yang memburuk dan isolasi diri dari komunitas dan kelompok sosial. Satu kesamaan di antara semua animal hoarder adalah, mereka gagal untuk memahami parahnya situasi mereka.

ADAA juga menambahkan bahwa seseorang dengan luka masa lalu, seperti kehilangan seseorang yang penting dan pengalaman traumatis lainnya, turut andil sebagai penyebab seseorang mengidap kelainan tersebut.

3. Angka kasus kematian pada hewan yang sangat tinggi

ilustrasi kuburan binatang (unsplash.com/Michael Williams)

Akibat yang tak bisa diabaikan adalah banyaknya kasus kematian pada hewan korban dari animal hoarding. ASPCA dan ADAA melansir, jumlah hewan yang menjadi korban animal hoarding ini mencapai 250 ribu hewan setiap tahunnya. Dan, 3.500 pengidapnya pun menjadi perhatian pihak berwenang setiap tahunnya. Selain itu, 80 persen hewan yang menjadi korban pun dalam kondisi sakit, sekarat, bahkan sudah mati.

Angka tersebut tentu bukan angka yang kecil. Kita sebagai pencinta binatang tentu sangat menyayangkan kejadian yang menimpa binatang-binatang yang menjadi korban tersebut.

4. Ciri

ilustrasi anjing di kandang (unsplash.com/Sasha Sashina)

Para pengidap animal hoarding sering kali menghalalkan segala cara untuk mendapatkan binatang yang mereka inginkan. Tak melulu mengadopsi binatang jalanan yang tak memiliki pemilik, mereka juga mengincar binatang-binatang peliharaan yang lengah dari pengawasan para pemiliknya.

Bahkan, ASPCA melansir, para animal hoarder kerap menyamar sebagai kelompok penyelamat binatang, sehingga kita kesulitan mengenali mereka. Mereka mungkin tampak seperti orang yang bijaksana, secara persuasif menyampaikan cinta mereka pada hewan, dan siap untuk membawa hewan yang sakit dan berkebutuhan khusus.

Menurut ASPCA, ada beberapa kriteria yang menunjukkan bahwa kelompok penyelamat binatang tersebut merupakan animal hoarder, yaitu:

  • Mereka tidak mengizinkan pengunjung melihat lokasi perawatan binatang.
  • Kelompok tersebut tidak akan mengungkapkan jumlah hewan yang dipeliharanya, dan tidak berusaha untuk mengeluarkan hewan tersebut.
  • Banyak hewan terus-menerus dikumpulkan, meskipun kondisi hewan yang ada sangat buruk.
  • Tempat penampungan dan organisasi penyelamat yang sah dipandang sebagai musuh.
  • Hewan dapat diterima di lokasi yang jauh (tempat parkir, sudut jalan, dan sebagainya) daripada di fasilitas kelompok.

Awal gejala animal hoarding diperkirakan terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja (onset tipikal adalah sekitar usia 16 tahun) dan bersifat kronis dan progresif. Hoarding lebih sering terjadi pada kelompok usia yang lebih tua daripada yang lebih muda. Perilaku ini biasanya ringan dan berkembang selama bertahun-tahun. Namun, tidak semua orang dengan gejala hoarding memiliki gangguan hoarding.

Berikut ini adalah beberapa tanda gangguan hoarding:

  • Memiliki banyak hewan dan mungkin tidak tahu jumlah total hewan yang dimiliki.
  • Biasanya rumah animal hoarder rusak, misalnya jendela kotor, furnitur rusak, lubang di dinding dan lantai, serta rumah sangat berantakan.
  • Ada bau kuat amonia, dan lantai rumah mungkin tertutup feses kering, urine, muntah, dan sebagainya.
  • Hewan-hewan yang dimiliki kurus kering atau tampak terurus, lesu, dan tidak berinteraksi dengan baik.
  • Terdapat kutu dan hama.
  • Individu pengidapnya terisolasi dari komunitas dan biasanya tampak tidak mengurus dirinya sendiri.
  • Pengidapnya bersikeras bahwa semua binatangnya bahagia dan sehat, bahkan tampak tanda jelas kondisi yang terjadi adalah sebaliknya.

5. Selalu menyangkal tentang ketidakmampuan mereka dalam mengurus binatang

ilustrasi animal hoarding (aspca.org)

Meski begitu tampak nyata bahwa para animal hoarder tidak mampu mengurus binatang-binatang yang mereka kumpulkan, mereka akan selalu menyangkal hal tersebut. Mereka merasa telah menjaga binatang tersebut dengan baik, bahkan pengidap gangguan kejiwaan ini merasa sudah menyelamatkan binatang-binatang tersebut.

Menurut ASPCA, animal hoarder selalu menyangkal ketidakmampuan mereka untuk memberikan perawatan. Kegagalan merawat itu akan berdampak langsung pada hewan, rumah tangga, dan orang-orang di sekitar.

Baca Juga: Siapkan Hal-hal Ini Saat Pertama Kali Menemui Psikolog atau Psikiater

Verified Writer

Laila Alhaffatah

Full time wife, mom, and writer

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya