Siapkan Hal-hal Ini Saat Pertama Kali Menemui Psikolog atau Psikiater

Keterbukaan adalah awal pemulihan yang baik

Setiap 10 Oktober, dunia memperingati World Mental Health Day atau Hari Kesehatan Mental Sedunia. Diselenggarakan pertama kali pada 1992 oleh World Federation for Mental Health, Hari Kesehatan Mental Sedunia bermaksud untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental dan dampaknya untuk dunia.

Untuk tahun ini, temanya adalah "Mental health care for all: let’s make it a reality". Apa saja yang bisa kita lakukan? Yuk, simak baik-baik!

1. WHO: masalah psikis juga dominan di tengah pandemik COVID-19

Siapkan Hal-hal Ini Saat Pertama Kali Menemui Psikolog atau Psikiaterilustrasi stres, kecemasan, dan depresi (pexels.com/pixabay)

Dalam rangka Hari Kesehatan Mental Sedunia 2021, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan bahwa pandemik COVID-19 berdampak besar pada kesehatan mental populasi dunia. Akibat depresi dan kecemasan, perekonomian global terhantam US$1 triliun (lebih dari Rp14,2 kuadriliun) per tahunnya.

Saat ini, hampir satu miliar penduduk dunia mengalami gangguan mental, dan depresi adalah penyebab nomor satu yang memengaruhi 5 persen orang dewasa. Selain itu, WHO khawatir pasien gangguan mental berat, seperti skizofrenia, berisiko meninggal 10-20 tahun lebih dini dari angka harapan hidup populasi umum.

Bukan hanya orang dewasa, 1 dari 7 anak dan remaja 10-19 tahun ternyata mengalami gangguan mental. Umum dimulai di usia 14 tahun, setengah dari pasien psikis anak tidak terdeteksi atau terobati. Akibatnya, tingkat bunuh diri tergolong tinggi dan menjadi penyebab kematian ke-14 (1 dari 100 kematian) pada kelompok usia 15-29 tahun.

2. Mengenal definisi "kesehatan mental"

Siapkan Hal-hal Ini Saat Pertama Kali Menemui Psikolog atau Psikiaterilustrasi meditasi untuk kesehatan mental (unsplash.com/Mateo Di Iorio)

Dihubungi oleh IDN Times, psikolog klinis dan forensik LPP Geofira dan SATGAS PPA Jawa Timur, Riza Wahyuni, S.Psi., M.Si., menjelaskan definisi dari kesehatan mental. Apa itu?

"Keadaan saat seseorang secara psikis—baik dari pemikiran, perasaan/emosi, hingga perilaku—berada dalam kondisi seimbang. Berarti, apa yang dipikirkan dan yang dirasakan selaras dengan apa yang dilakukan," ujar Riza.

Riza menjabarkan bahwa jika fungsi kognitif, emosi, dan perilaku selaras, maka seseorang baru dikatakan memiliki mental yang sehat. Akan tetapi, jika satu aspek bermasalah, maka harus segera mendapatkan intervensi.

Biasanya, gejala masalah mental umum dapat terlihat seperti sedih berkepanjangan dan merasa diri tidak berharga. Riza menekankan jika gejala terlihat lebih dari 2 minggu, maka harus segera memeriksakan diri ke ahli psikis.

3. Apa yang harus dipersiapkan saat pertama kali berkunjung ke psikolog atau psikiater?

Siapkan Hal-hal Ini Saat Pertama Kali Menemui Psikolog atau Psikiaterilustrasi konsultasi dengan ahli kesehatan mental (pexels.com/Karolina Grabowska)

Saat pasien memutuskan datang untuk berkonsultasi, umumnya sudah ada insight atau kesadaran akan kondisi yang dialami. Dengan begini, maka pasien lebih mudah berkonsultasi ke psikolog atau psikiater. Dilansir Healthline, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan saat datang pertama kali untuk berkonsultasi, yaitu:

  • Daftar lengkap obat-obatan, selain obat psikiatri, yang dikonsumsi saat ini
  • Daftar semua obat psikiatri yang pernah dikonsumsi di masa lalu, termasuk berapa lama obat-obatan tersebut dikonsumsi
  • Masalah medis dan diagnosis apa pun
  • Riwayat masalah mental pada keluarga (jika ada)

Riza mengatakan bahwa seperti dokter pada umumnya, psikolog juga akan menanyakan kondisi dan gejala yang dirasakan pasien. Dalam beberapa skenario tertentu, perlu assessment untuk mengetahui keadaan pasien secara detail. Dengan begitu, diagnosis bisa ditemukan dan perencanaan intervensi bisa dilakukan.

Siapkan Hal-hal Ini Saat Pertama Kali Menemui Psikolog atau Psikiaterilustrasi konseling dengan psikolog atau psikiater (pexels.com/cottonbro)

Sama halnya dengan psikolog, dokter spesialis kedokteran jiwa di RS Universitas Indonesia (RSUI), dr. Kristiane Siahaan, SpKJ, mengatakan bahwa pasien perlu mempersiapkan mental dan harus siap terbuka untuk bercerita dan menyampaikan keluhan sebelum datang ke psikiater.

“Pada dasarnya, kalau pasien bisa menyampaikan keluhan dengan tepat, maka bisa membantu kita untuk bisa menilai kondisi mentalnya,” ujar Kristiane.

Untuk mengetahui kondisi pasien, Kristiane mengatakan bahwa psikiater akan mengevaluasi kondisi dan alasan dari kedatangan pasien lewat wawancara singkat. Dengan kata lain, ada beberapa jawaban yang harus dipersiapkan pasien.

Pertama, psikiater akan bertanya mengenai alasan pasien datang berkonsultasi. Lalu, pasien biasanya juga diminta untuk menceritakan keluhan yang di alami saat kondisi seperti apa dan berapa lama. Dengan begitu, evaluasi keluhan, durasi gejala, dan diagnosis bisa dibuat untuk menilai seberapa jauh kondisi mental memengaruhi fungsi pasien.

4. Lebih dari sekadar suara!

Siapkan Hal-hal Ini Saat Pertama Kali Menemui Psikolog atau Psikiaterilustrasi menulis buku harian (pixabay.com/Free-Photos)

Sering kali, ada pasien yang tidak bisa menggambarkan kondisinya dengan kata-kata. Oleh karena itu, Riza mengatakan kalau pasien diperbolehkan untuk membawa hal-hal yang bisa menjadi kesaksian dirinya, seperti rekaman suara, video, gambar, atau tulisan. Hal ini termasuk dalam persiapan saat kedatangan pertama ke psikolog atau psikiater.

“Boleh sekali. Selama ia merasa nyaman untuk menunjukkan hal-hal tersebut pada psikolognya," kata Riza.

Meski wawancara psikiater tetap berlangsung, Kristiane setuju dengan Riza bahwa pasti ada pasien yang lebih memilih ekspresi lain dibandingkan kata-kata. Oleh karena itu, pasien juga diperbolehkan untuk membawa bukti kondisi atau gejala lain saat konsultasi psikiater.

"Boleh banget. Ada juga orang yang susah menyampaikan keadaannya melalui kata-kata, tetapi bisa menyampaikannya lewat media lain," tekan Kristiane.

Siapkan Hal-hal Ini Saat Pertama Kali Menemui Psikolog atau Psikiaterilustrasi konsultasi dengan psikolog atau psikiater (freepik.com/Racool_studio)

Umumnya, opsi perawatan akan dibahas pada akhir sesi konsultasi. Rencana intervensi meliputi:

  • Pilihan obat
  • Rujukan psikoterapi
  • Tingkat perawatan yang dibutuhkan, misalnya, jika perawatan yang lebih intensif diperlukan untuk mengatasi gejala dengan tepat, maka opsi untuk menemukan program perawatan yang tepat akan dibahas
  • Laboratorium atau prosedur yang direkomendasikan seperti tes dasar sebelum memulai pengobatan atau tes untuk menyingkirkan kondisi medis yang dapat menyebabkan gejala

Jika pasien memiliki pertanyaan mengenai diagnosis, perawatan, dan kekhawatiran, pastikan untuk mengatakannya sebelum mengakhiri sesi agar tidak ada yang terlewatkan. Namun, jika ada hal yang baru terpikirkan setelahnya, pastikan untuk mencatatnya agar bisa ditanyakan di kunjungan berikutnya.

Baca Juga: 'Pria Kok Cengeng!', Curhat Kaum Adam tentang Gangguan Psikologis

5. Untuk bisa sembuh, no turning back!

Siapkan Hal-hal Ini Saat Pertama Kali Menemui Psikolog atau Psikiaterilustrasi pulang dan tidak kembali lagi (unsplash,com/Jornada Produtora)

Apakah ada yang tidak kembali setelah visitasi pertama? Kristiane mengaku hal ini jarang terjadi karena jika pasien sudah datang, maka mereka merasa perlu. Riza juga mengatakan bahwa selama psikolog atau psikiater menjelaskan kondisi ke pasien dengan benar, maka pasien lebih mudah menerima.

Lalu, mengapa ada yang tidak datang lagi? Kristiane mengatakan bahwa mungkin mereka merasa mampu menangani keadaannya sendiri. Selain itu, ada juga yang hanya mengevaluasi apakah kondisinya normal, berlebihan, atau sudah mencapai tahap gangguan. Jika dirasa mengganggu, maka ia melanjutkan.

“Tetapi, ada juga yang memutuskan untuk tidak usah [melanjutkan],” ujar Kristiane.

Selain itu, ada juga yang merasa kesehatan mental sebagai suatu stigma. Kristiane menyayangkan bahwa mereka takut akan ketahuan berkunjung ke psikolog atau psikiater dan dicap negatif.

Siapkan Hal-hal Ini Saat Pertama Kali Menemui Psikolog atau Psikiaterilustrasi tangisan dan air mata (unsplash.com/Tom Pumford)

Riza tidak mengatakan bahwa pasien yang tidak datang lagi setelah kunjungan pertama atau beberapa kunjungan itu adalah pasien yang "kabur". Perlu diketahui kalau mereka ini mungkin punya kondisi tertentu yang menghambat mereka. Selain itu, mungkin saja mereka merasa tidak nyaman atau terpaksa, sehingga memutuskan untuk berhenti.

“Ada juga yang hanya datang untuk menangis saja dan tidak bercerita. Ternyata, mereka merasa tidak bisa meluapkan emosi di rumah karena khawatir melukai hati ayah dan ibunya,” cerita Riza.

Apakah ada dampaknya? Hal ini tergantung kondisi. Kristiane mengatakan jika pasien memiliki mekanisme coping atau support system yang baik untuk mengatasi keluhannya, maka ini tidak perlu dikhawatirkan.

6. Kepercayaan antara tenaga kesehatan dan pasien harus dibina

Siapkan Hal-hal Ini Saat Pertama Kali Menemui Psikolog atau Psikiaterilustrasi berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental (freepik.com/freepik)

Untuk kunjungan seterusnya, Kristiane mengatakan bahwa persiapan yang harus dilakukan pasien sama, yaitu mempersiapkan keberanian dan keterbukaan untuk berbagi kondisi dan keluhannya.

“Jadi, untuk kunjungan berikutnya pun, mental dan keinginan pasien untuk menyampaikan dan mengevaluasi apa yang dijalani selama ini adalah yang terpenting,“ ujar Kristiane.

Dalam menjalankan terapi baik di psikolog atau psikiater, Kristiane menekankan bahwa komitmen dan pembinaan relasi antara psikiater dan pasien adalah hal yang terutama. Jika tak ada kepercayaan, maka terapi dan konsultasi akan sia-sia.

Merasa tidak nyaman saat kunjungan pertama ke psikolog maupun psikiater? Ini bukan hal yang aneh. Dilansir Healthline, membangun kepercayaan kepada psikolog atau psikiater memang butuh beberapa kali visitasi. Namun, jika kamu merasa hanya jalan di tempat, maka kamu berhak untuk mencari ahli lain yang sesuai.

Siapkan Hal-hal Ini Saat Pertama Kali Menemui Psikolog atau Psikiaterilustrasi psikiater atau psikolog berbicara dengan pasien (unsplash.com/Christina @ wocintechchat.com)

Riza mengatakan bahwa umumnya, problem yang menghalangi untuk berkonsultasi adalah harga. Perlu diketahui, seperti dokter lainnya, psikolog dan psikiater adalah tenaga profesional yang mendapatkan pendidikan khusus, izin praktik, hingga Surat Tanda Registrasi Psikolog Klinis (STRPK).

Oleh karena itu, bukan hal aneh jika layanan psikolog dan psikiater mematok harga sesuai dengan durasi. Meski begitu, Riza meyakinkan bahwa tidak sedikit psikiater yang ingin membantu pasien apa pun kondisi mentalnya tanpa melihat kondisi finansialnya.

“Tidak sedikit psikolog yang baik, dan menerima berapa pun yang diberikan. Yang paling penting, terbuka saja kalau kondisinya memang demikian,” kata Riza.

7. Pemerintah Indonesia sudah mempersiapkan jalan untuk kesehatan psikis

Siapkan Hal-hal Ini Saat Pertama Kali Menemui Psikolog atau Psikiaterilustrasi pelayanan poli psikologi di Puskesmas (puskesmas.bantulkab.go.id)

Untuk seseorang mengetahui masalah psikologis dan diagnosisnya, maka pasien harus merujuk ke psikolog klinis di rumah sakit hingga ke puskesmas setempat (jika tersedia). Dengan pendekatan yang benar dan diagnosis serta intervensinya tepat, kemungkinan pasien untuk pulih secara mental lebih besar.

Riza mengatakan, pemerintah Indonesia sudah melakukan banyak hal untuk kesehatan psikis. Hal ini terlihat dari berbagai undang-undang kesehatan yang ditetapkan dan salah satu klausulnya adalah mengenai psikologi klinis.

"Saat ini, rumah sakit di seluruh indonesia diharapkan memiliki spesialis psikologi klinis. Artinya, profesi ini dilindungi oleh negara dan jelas di Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)," ujar Riza.

Selain itu, psikolog juga bekerja sama dengan psikiater dan dokter spesialis lainnya. Tidak jarang ada pasien yang datang karena keluhan nyeri meski kondisi fisik normal. Oleh karena itu, Riza mengatakan bahwa intervensi psikolog atau psikiater penting agar pasien bisa berdamai dengan kondisinya dan bisa tetap produktif.

Siapkan Hal-hal Ini Saat Pertama Kali Menemui Psikolog atau Psikiaterilustrasi Kartu BPJS (ANTARA FOTO/FB Anggoro)

Setuju dengan Riza, Kristiane mengatakan bahwa layanan kesehatan mental bahkan sudah di-cover dengan BPJS. Bahkan, beberapa puskesmas di kota besar sudah menyediakan layanan psikologi klinis untuk BPJS.

“Sudah banyak kemajuan terhadap perhatian kesehatan mental,” kata Kristiane.

Bukan cuma pemerintah, Kristiane mengatakan bahwa sekarang banyak perusahaan yang mulai memperhatikan keadaan mental karyawannya. Oleh karena itu, hak berkonsultasi mengenai kesehatan mental kembali lagi kepada individu.

"Belum semua terpenuhi. Akan tetapi, setidaknya pemerintah sudah memperhatikan dan memfasilitasi sesuai standar saat ini," imbuh Kristiane.

8. Saran terakhir sebelum berkunjung ke psikolog atau psikiater

Siapkan Hal-hal Ini Saat Pertama Kali Menemui Psikolog atau Psikiaterilustrasi psikolog dan pasien (myradiant.com.au)

Sementara kesadaran masyarakat akan kesehatan mental berangsur membaik, masih banyak orang yang tidak ingin berkonsultasi akan keadaan mereka. Sebagai penutup, Riza memberikan beberapa saran bagi mereka yang ingin menemui psikolog atau psikiater namun masih ragu, yaitu:

  • Kooperatif dan terbukalah pada psikolog atau psikiater karena keterbukaan akan mempermudah diagnosis
  • Jujurlah dengan keadaan diri sendiri, tentang apa yang dirasakan dan dipikirkan
  • Siap menerima apa pun yang menjadi saran dari psikolog atau psikiater selama saran tersebut benar-benar membawa pasien menjadi pribadi yang lebih baik

Memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia 2021, hendaknya kesadaran kita akan kesehatan mental dan dampaknya makin disadari. Oleh karena itu, jika kamu merasa kondisi psikis sudah tidak tertahankan, jangan ragu atau malu untuk mencari bantuan agar bisa pulih.

Baca Juga: Kesehatan Mental Itu Penting, 7 Pekerjaan Ini Rentan terhadap Depresi

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya