TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Iatrogenik, Kondisi Akibat Kesalahan Medis

Bisa karena salah diagnosis atau kealpaan medis

ilustrasi tindakan medis (pexels.com/Anna Shvets)

Kemajuan keilmuan dan teknologi turut mendukung bidang kedokteran menjadi lebih canggih. Perawatan, pengobatan, hingga operasi seluruhnya jauh lebih maju dibanding waktu lampau. Meski demikian, gak menutup kemungkinan adanya risiko kesalahan selama menjalankan prosedur.

Adanya kekeliruan yang dapat memperburuk kondisi disebut iatrogenik. Potensi efek samping dari hal tersebut dapat menyebabkan masalah kesehatan baru yang gak terkait dengan penyakit awal. Apakah berbahaya?

Apa itu iatrogenik?

Kata iatrogenik berasal dari gabungan bahasa Yunani iatros yang berarti 'tabib', atau sekarang lebih dikenal sebagai 'dokter', sedangkan gennan berarti 'akibat'. Secara harfiah, iatrogenik adalah kondisi yang timbul sebagai akibat dari tindakan dokter, melansir Very Well Health.

Bentuk iatrogenik bisa berupa kekeliruan diagnosis, komplikasi, kealpaan, atau kesalahan pribadi dokter. Selain itu, kondisi ini bisa terjadi ketika seseorang mendapat perawatan di layanan kesehatan maupun rawat jalan. 

Akibat yang timbul dari iatrogenik beragam. Termasuk di antaranya masalah fisik, mental, maupun emosional. Dalam beberapa kasus, paling fatal menyebabkan kematian. 

Bentuk dan penyebab iatrogenik

ilustrasi rawat inap (pexels.com/Anna Shvets)

Iatrogenik memiliki beberapa bentuk berbeda yang juga dipengaruhi oleh penyebabnya. Faktor penyebab iatrogenik di antaranya:

  • Infeksi iatrogenik. Hal ini terjadi ketika pasien terinfeksi akibat penyedia layanan kesehatan (dokter, perawat, atau petugas medis lain), seperti gak mencuci tangan sebelum menyentuh pasien baru
  • Cedera iatrogenik. Merupakan kondisi ketika pasien mengalami kekeliruan akibat prosedur kesehatan yang dijalani. Misalnya, kesalahan pengangkatan ginjal atau salah bedah kaki kanan padahal yang sakit kiri
  • Efek iatrogenik. Sebutan ini diberikan apabila pasien mendapatkan dua resep berbeda yang saling berinteraksi tanpa pemberitahuan yang jelas. Akibatnya, pasien mendapatkan efek samping yang merugikan
  • Penyakit iatrogenik. Misalnya, ketika seseorang mendapatkan terapi psikologis, tetapi kondisi mental semakin memburuk akibat satu lain hal.

Iatrogenik bisa sangat memengaruhi kondisi pasien. Misalnya saja, penggunaan sarung tangan yang gak higienis atau petugas medis gak mencuci tangan. Tindakan yang terkesan sederhana ini, dapat menimbulkan penularan melalui cairan tubuh yang gak disadari. 

Baca Juga: Radang Sendi (Artritis): Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan

Seberapa sering iatrogenik terjadi?

ilustrasi pasien mengalami iatrogenik (unsplash.com/Brittany Colette)

Centers for Disease Control and Prevention alias CDC memberikan pernyataan bahwa ada kalanya sekitar 1 dari 25 pasien rumah sakit mengalami infeksi atau kondisi khusus, terkait perawatannya. Namun, jumlah tepat kondisi ini gak bisa ditelusuri dengan pasti. 

Alasannya, gak banyak bentuk efek samping iatrogenik yang dilaporkan. Mayoritas data yang dilaporkan terbatas pada akibat fatal yakni kematian, karena lebih mudah diidentifikasi. Sebagian besar juga gak dilaporkan karena rasa takut, kurangnya pengakuan, atau sistem pelaporan yang kurang jelas. Selain itu, belum banyaknya penelitian spesifik yang membahas macam-macam iatrogenik, salah satunya pada limpa.

Meski cukup sulit menyimpulkan jumlah kejadian ini, penelitian tersebut sangat membantu pencegahan. Lebih jauh, gejala efek samping yang ambigu juga membuat diagnosis samar. Misalnya, saat seseorang mengalami muntah dan dehidrasi akibat pengobatan antibiotik. Munculnya indikator ini mungkin gak mungkin dianggap sebagai iatrogenik. 

Baca Juga: Empty Sella Syndrome: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya