TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Resistansi 5 Hormon Ini Bisa Berkontribusi terhadap Obesitas

Resistansi hormon adalah keadaan hormon yang tidak normal

ilustrasi obesitas (vecteezy.com/Sujin jetkasettakorn)

Hormon adalah zat yang diproduksi oleh kelenjar dengan sekresi internal. Fungsinya adalah untuk membawa sinyal melalui darah ke organ target di dalam tubuh. Pola makan dan pola hidup yang tidak sehat bisa menyebabkan resistansi hormon.

Resistansi hormon adalah masalah yang terkait dengan hormon. Resistansi hormon bisa menyebabkan obesitas, salah satu masalah kesehatan yang meningkatkan risiko berbagai macam seperti penyakit jantung, diabetes melitus, hipertensi, dan masih banyak lagi.

Tidak semua jenis hormon apabila mengalami resistansi bisa menyebabkan obesitas. Setidaknya ada lima yang tercatat. Apa saja lima hormon yang jika mengalami resistansi bisa berkontribusi terhadap obesitas? Cek daftarnya di bawah ini!

1. Insulin

ilustrasi hormon insulin (pexels.com/PavelDanilyuk)

Dilansir Scripps Health, insulin adalah hormon metabolisme yang dibuat oleh organ pankreas. Hormon ini memiliki peran memberi tahu sel-sel dalam tubuh bahwa bahan bakar dalam bentuk gula darah atau glukosa tersedia untuk segera digunakan.

Dalam beberapa kasus karena berbagai alasan, sel-sel tubuh tidak merespons insulin sebagaimana mestinya dan tidak dapat dengan mudah mengambil gula dari darah. Akhirnya, pankreas bereaksi dengan memproduksi lebih banyak insulin untuk mempertahankan kadar gula darah yang lebih tinggi.

Jika sel tubuh menjadi terlalu resistan terhadap insulin, hal itu dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah, yang bisa menyebabkan penambahan berat badan dan berujung pada obesitas. Menurunkan berat badan dengan resistansi insulin lebih sulit karena tubuh menyimpan kelebihan gula darah sebagai lemak.

Saat mengalami resistansi insulin, terjadi gangguan pada proses glikolisis yang mana pankreas tetap memproduksi insulin, tetapi sel-sel tubuh tidak menyerap glukosa sebagaimana mestinya. Kondisi ini menyebabkan penumpukan glukosa di dalam darah, sehingga membuat kadar glukosa tubuh berada di atas normal.

Tanda dari resistansi insulin antara lain yaitu kadar gula darah tinggi, tekanan darah tinggi, tingkat trigliserida tinggi (sejenis lemak darah), LDL (kolesterol jahat) tinggi, dan HDL (kolesterol baik) rendah. Gejala resistansi insulin berhubungan dengan kadar glukosa darah yang tinggi, seperti meningkatnya rasa lapar.

Insulin membantu mengontrol kadar gula darah dalam tubuh. Caranya dengan memberi sinyal pada sel lemak, otot, dan hati untuk mengambil glukosa dari darah dan mengubahnya menjadi glikogen (gula otot) di sel otot, trigliserida di sel lemak, dan keduanya di sel hati.

Pola makan tinggi karbohidrat dan lemak jenuh adalah penyebab obesitas. Obat-obatan tertentu dan kondisi genetik juga merupakan kontributor lain. Faktor penting lainnya yaitu kurangnya aktivitas fisik. Aktivitas fisik rutin penting dalam membantu metabolisme normal tubuh yang secara tidak langsung mampu mencegah terjadinya keadaan patologis terkait obesitas.

Baca Juga: Fakta Katekolamin, Hormon yang Dilepaskan saat Stres

2. Leptin

ilustrasi makan karena lapar (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Mengutip Cleveland Clinic, leptin adalah hormon yang dilepaskan oleh jaringan adiposa (lemak tubuh). Tugasnya membantu tubuh untuk mempertahankan berat badan normal dalam jangka panjang dengan cara mengatur rasa lapar dengan memberikan sensasi kenyang.

Leptin terutama bekerja pada batang otak dan hipotalamus untuk mengatur rasa lapar dan keseimbangan energi. Leptin juga bertindak untuk mengubah asupan makanan dan mengontrol pengeluaran energi dalam jangka waktu yang lebih lama untuk membantu menjaga berat badan.

Jika leptin mengalami resistansi, otak tidak bisa merespons leptin seperti biasanya. Karena terus-menerus dirangsang oleh leptin, perut tidak akan merasa kenyang. Ini menyebabkan kita ingin makan lebih banyak meskipun tubuh memiliki simpanan lemak yang cukup.

Resistansi leptin selanjutnya berkontribusi pada obesitas dan menyebabkan penambahan berat badan dalam bentuk penyimpanan lemak, karena merangsang rasa lapar dan menurunkan metabolisme.

Resistansi leptin mengakibatkan penurunan kemampuan leptin untuk menekan nafsu makan atau meningkatkan penggunaan energi tubuh. Oleh karena itu, gejala utama resistansi leptin adalah rasa lapar yang terus-menerus dan peningkatan asupan makanan.

Tanpa leptin, tubuh mengira tidak memiliki lemak tubuh yang kemudian akan menandakan rasa lapar dan akhirnya mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak.

Resistansi leptin juga menyebabkan hiperinsulinemia (produksi insulin berlebih) dan dislipidemia (ketidakseimbangan lipid, termasuk kolesterol dan trigliserida). Keduanya berkontribusi terhadap obesitas.

3. Estrogen

ilustrasi hormon estrogen (pexels.com/cottonbrostudio)

Dilansir Healthline, estrogen adalah hormon seks yang bertanggung jawab untuk mengatur sistem reproduksi perempuan, sistem kekebalan tubuh, kerangka, dan pembuluh darah. Tingkat perubahan hormon ini berubah selama tahap kehidupan, seperti saat kehamilan, menyusui, menopause, serta sepanjang siklus menstruasi.

Keadaan hormon estrogen yang tidak normal, yaitu rendah, dapat memengaruhi berat badan dan lemak tubuh, sehingga meningkatkan risiko penyakit kronis. Individu dengan kadar estrogen rendah sering mengalami obesitas sentral, yaitu penumpukan lemak di sekitar batang tubuh. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti gula darah tinggi, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung.

Tingkat estrogen yang rendah membuat tubuh merasa kurang mampu untuk berolahraga. Sebagian besar penyebab obesitas yaitu karena kurangnya aktivitas fisik. Baik kadar hormon seks estrogen yang tinggi maupun rendah dapat menyebabkan penambahan berat badan dan pada akhirnya meningkatkan risiko penyakit.

4. Tiroid

ilustrasi hormon tiroid (pexels.com/PalomaGil)

Mengutip laporan dari The Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism tahun 2010, gangguan hormon tiroid dikaitkan dengan pengeluaran energi total, perubahan berat badan yang signifikan, serta merupakan faktor risiko obesitas.

Resistansi hormon tiroid yaitu sebuah kondisi yang menyebabkan kelenjar tiroid tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Gangguan tersebut memicu kenaikan berat badan. Gejalanya termasuk sering merasa dingin dan mudah depresi

Gangguan ini bisa menyebabkan masalah dengan berat badan, karena bisa memicu kenaikan berat badan yang sangat signifikan.

Ketika kelenjar tiroid tidak cukup menghasilkan hormon tiroid bagi tubuh, ini akan membuat proses metabolisme tubuh menjadi rendah. Akibatnya, terjadi kenaikan berat badan yang bisa berujung pada obesitas.

Biasanya kondisi ini lebih sering terjadi pada perempuan karena kinerja kelenjar hormon tiroid berkaitan erat dengan hormon estrogen (yang resistansinya merupakan penyebab obesitas).

Baca Juga: 6 Fakta Hormon Testosteron, Hormon Seks Utama pada Laki-laki

Verified Writer

Tiya Ananta

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya