TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Komplikasi Penyakit yang Disebabkan oleh Infeksi Sinus 

Komplikasi dapat menyerang organ mata dan kotak suara

ilustrasi dokter memeriksa rongga hidung pasien (pixabay.com/StewartENT)

Sinusitis atau infeksi sinus adalah kondisi di mana pembengkakan terjadi di jaringan atau lapisan yang ada di rongga sinus. Pembengkakan atau inflamasi di sinus diakibatkan oleh virus, bakteri, atau alergi.

Beberapa gejala utama dari sinusitis antara lain hidung tersumbat, lendir ingus yang warnanya tidak wajar, dan merasakan sakit atau tekanan di wajah.

Infeksi sinus yang dialami oleh setiap orang berbeda-beda. Akan tetapi, sebaiknya rutin untuk memeriksakan kondisi ke dokter. Pasalnya, infeksi sinus dapat mengakibatkan komplikasi penyakit lain. Nah, lewat artikel ini IDN Times akan mengulas tentang komplikasi penyakit yang bisa muncul akibat infeksi sinus. Berikut ini penjabarannya.

1. Laringitis

ilustrasi dokter memeriksa tenggorokan pasien (freepik.com/freepik)

Laringitis adalah kondisi ketika kotak suara atau laring mengalami inflamasi akibat infeksi, iritasi, atau aktivitas menyanyi dan berbicara yang berlebihan. Beberapa gejala laringitis antara lain: batuk kering, tenggorokan terasa kering, kehilangan suara, atau suara menjadi serak.

Dilansir Mayo Clinic, laringitis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu akut dan kronis. Laringitis akut biasanya disebabkan oleh infeksi virus, infeksi bakteri, dan aktivitas berbicara yang terlalu banyak. Sementara itu, laringitis kronis gejalanya dirasakan lebih lama, bisa tiga minggu atau lebih.

Beberapa faktor seperti infeksi sinus, merokok, menghirup senyawa yang berbahaya, dan minum minuman beralkohol dapat memicu laringitis kronis.

Seseorang yang mengalami infeksi sinus rentan terhadap laringitis kronis karena lendir dapat menetes di saluran tenggorokan dan kemudian menumpuk. Dilansir The Chicago Tribune, Allen Douma, MD, lewat wawancara mengatakan bahwa penumpukan ini kemudian menyebabkan suara menjadi serak dan iritasi.

Baca Juga: Laringitis: Gejala, Penyebab, Faktor Risiko, dan Pengobatan

2. Dacryocystitis

Dacryocystitis, kondisi ketika saluran air mata yang tersumbat menjadi meradang dan terinfeksi. (allaboutvision.com)

Dacryocystitis adalah inflamasi yang terjadi pada saluran nasolakrimal yang menyebabkan kantung air mata menjadi bengkak. Penyumbatan yang terjadi di saluran nasolakrimal ini kemudian menyebabkan aktivitas air mata berhenti. Kondisi ini memudahkan organisme seperti bakteri atau virus untuk tumbuh, yang akhirnya mengakibatkan area di sekitar kelopak bawah mata menjadi bengkak.

Dilansir American Academy of Ophthalmology, dacryocystitis dikategorikan menjadi dua, yaitu:

  • Berdasarkan durasi, yang terdiri dari akut (yang membutuhkan terapi antibiotik) dan kronis (yang membutuhkan operasi).
  • Berdasarkan onset, yang terdiri dari kongenital atau kelainan bawaan dan acquired atau didapat setelah lahir.

Gejala dacryocystitis antara lain mata berair, mata terasa sakit, di bagian ujung mata mengeluarkan kotoran atau lendir, demam, dan mata merah. Untuk menegakkan diagnosis, akan diperlukan tes mata secara menyeluruh dan CT scan.

Infeksi sinus dapat memicu dacryocystitis karena inflamasi pada sinus dapat menyebabkan penyumbatan di kantung air mata. Kemudian, faktor lain seperti rinitis (peradangan dalam membran mukosa) dan deviasi septum atau sering dikenal dengan istilah hidung bengkok juga dapat memicu dacryocystitis.

3. Selulitis orbital

ilustrasi dokter memeriksa mata pasien (unsplash.com/CDC)

Selulitis orbital umumnya terjadi pada anak-anak di bawah usia 7 tahun akibat infeksi sinus yang disebabkan oleh bakteri Haemophilus influenza. Mengutip MedlinePlus, kondisi ini memengaruhi kelopak mata, alis, dan pipi. Selulitis orbital bisa terjadi secara cepat atau tiba-tiba, atau juga bisa terjadi sebagai akibat dari infeksi yang kemudian memburuk.

Beberapa gejala selulitis orbital antara lain:

  • Mata yang bengkak.
  • Kelopak mata atas dan bawah bengkak dan sakit, kemudian kelopak mata berwarna merah keunguan.
  • Pandangan menjadi berkurang atau kabur.
  • Demam.
  • Mata terasa sakit saat digerakkan.

Menambahkan dari Healthline, seseorang yang memiliki atau rentan terkena infeksi sinus harus waspada, karena pengobatan yang tidak maksimal dapat mengakibatkan infeksi menjalar.

Dokter akan melakukan serangkaian tes meliputi CT scan, memeriksa gigi, mulut, dan kondisi sinus dengan mengambil sampel untuk kemudian dikirim ke laboratorium. Kemudian, orang yang mengalami selulitis orbital karena infeksi sinus perlu menjalani terapi antibiotik sedikit lebih lama daripada mereka yang tidak memiliki riwayat infeksi sinus.

4. Empiema subdural

ilustrasi anatomi otak manusia (pexels.com/MART PRODUCTION)

Empiema subdural adalah kondisi di mana nanah terkumpul di antara lapisan membran dengan selaput tipis (arachnoid). Gejalanya antara lain demam, sakit kepala, muntah, kelelahan, kejang, dan gangguan di fungsi otak serta saraf.

Dilansir MSD Manuals, komplikasi dari infeksi sinus terutama di area dahi (frontal), hidung (ethmoidal), dan di belakang dahi (sphenoidal) dapat mengakibatkan empiema subdural. Kondisi medis lain yang dapat menyebabkan penyakit ini adalah otitis media dan infeksi telinga.

Diagnosis dilakukan dengan pemindaian MRI dan membutuhkan operasi untuk mengeluarkan cairan serta penggunaan obat antibiotik. Tindakan medis yang terlambat dapat mengakibatkan orang tersebut mengalami meningitis.

Baca Juga: 7 Cara Alami Mengatasi Sinusitis, Enyahkan Rasa Tidak Nyaman di Hidung

Verified Writer

Maria Sutrisno

"Less is More" Ludwig Mies Van der Rohe.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya