TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sindrom Fase Tidur Tertunda: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Bikin susah bangun pagi dan mengganggu aktivitas sehari-hari

ilustrasi sulit tidur (pexels.com/cottonbro)

Gangguan tidur ada banyak macamnya. Selain insomnia (sulit tidur) dan sleep apnea (pernapasan terganggu saat tidur), ada pula delayed sleep phase syndrome (DSPS) atau sindrom fase tidur tertunda. Prevalensinya di kalangan remaja dan dewasa muda adalah sekitar 7-16 persen.

Mau tahu lebih banyak seputar sindrom fase tidur tertunda? Apa efek yang ditimbulkan bagi penderitanya? Baca selengkapnya di bawah!

1. Apa itu sindrom fase tidur tertunda?

ilustrasi tidak bisa tidur (thesleepdoctor.com)

Mungkin, belum banyak yang tahu mengenai sindrom fase tidur tertunda. Ini merupakan kondisi gangguan di mana tidur seseorang tertunda dua jam atau lebih di luar waktu yang dapat diterima atau waktu tidur konvensional.

Sementara, mengutip Healthline, gangguan ini menandakan adanya masalah dengan jam internal tubuh atau ritme sirkadian (circadian rhythm). Pengidapnya tidak bisa terlelap pada waktu tidur normal, justru cenderung mundur setidaknya dua jam.

Sebagai contoh, seseorang dengan sindrom fase tidur tertunda mungkin tertidur setelah lewat tengah malam. Lalu, ia akan mengalami kesulitan bangun di pagi hari untuk sekolah atau bekerja.

2. Apa gejala atau tantangan yang dialami pengidapnya?

ilustrasi terlambat bangun tidur (launch-marketing.com)

Dilansir Stanford Health Care, setidaknya ada dua tantangan atau kesulitan utama yang dihadapi oleh pengidap sindrom fase tidur tertunda, yaitu:

  • Tidur sangat larut, biasanya beberapa jam setelah tengah malam atau bahkan menjelang pagi.
  • Sulit bangun pada waktu normal pada pagi hari karena jam internal tubuh belum menghasilkan sinyal peringatan yang kuat untuk bangun.

Yang perlu digarisbawahi, sindrom fase tidur tertunda tidak mengganggu durasi dan kualitas tidur. Pengidapnya masih bisa tidur nyenyak seperti orang normal lainnya. Permasalahan utamanya adalah sulit bangun tepat waktu pada pagi hari untuk sekolah atau bekerja.

Karakteristik lainnya adalah merasakan kantuk pada siang hari (daytime drowsiness atau excessive daytime sleepiness). Selain itu, terkadang pengidapnya sulit untuk fokus atau konsentrasi dan merasa lelah sepanjang hari.

Baca Juga: Life Hacks! 7 Cara supaya Tidur Siangmu Lebih Berkualitas

3. Kira-kira, apa penyebabnya?

ilustrasi terpapar cahaya berlebih di malam hari (health.harvard.edu)

Sebenarnya, penyebab sindrom fase tidur tertunda belum diketahui secara pasti. Namun, gangguan ini dikaitkan dengan beberapa hal, seperti:

  • Genetik. Jika kita mempunyai keluarga atau kerabat dekat dengan sindrom fase tidur tertunda, peluang kita mengembangkan kondisi tersebut jauh lebih tinggi. Sekitar 40 persen orang dengan sindrom fase tidur tertunda memiliki riwayat keluarga dengan gangguan tersebut.
  • Kebiasaan tidur yang buruk. Seperti tidak mendapatkan paparan cahaya yang cukup di pagi hari atau justru terpapar banyak cahaya (lampu atau layar gadget) pada malam hari.
  • Gangguan psikologis dan neurologis. Dikaitkan dengan depresi, kecemasan, gangguan obsesif kompulsif, hiperaktif, dan gangguan pemusatan perhatian.
  • Insomnia kronis. Sindrom fase tidur tertunda memengaruhi 10 persen orang dengan insomnia kronis.

4. Diagnosis sindrom fase tidur tertunda

ilustrasi smartwatch pelacak tidur (smartbedtime.com)

Sering kali sindrom fase tidur tertunda salah didiagnosis. Sebaiknya, konsultasikan dengan spesialis tidur dan jangan ragu memeriksakan diri jika gejalanya bertahan selama tujuh hari atau lebih.

Ada beberapa tes untuk memastikan apakah seseorang benar mengidap sindrom fase tidur tertunda atau tidak, seperti:

  • Mengecek riwayat medis apakah ada anggota keluarga yang mengidap sindrom ini.
  • Mencatat kapan waktu kita tertidur dan bangun setiap harinya dalam sleep log.
  • Memakai perangkat yang dipasang di pergelangan tangan seperti smartwatch untuk melacak pola tidur-bangun kita.
  • Melakukan polisomnogram, yaitu tes yang akan memantau gelombang otak dan detak jantung selama tidur.

Baca Juga: Bekerja dari Rumah bikin Jam Tidur Bergeser? Ini Solusinya!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya