TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Benarkah Usia Pengaruhi Tingkat Kesuburan Pria?

Peluang kehamilan juga dipengaruhi oleh kesuburan pria

ilustrasi hasil test pack positif (pexels.com/Gustavo Fring)

Banyak orang meyakini bahwa usia biologis perempuan merupakan faktor utama terkait peluang kehamilan. Makin tua usia perempuan, maka akan menurunkan peluang untuk punya anak. Lalu, apakah pria tidak punya batasan usia biologis tentang kesuburan?

Penelitian mengungkapkan bahwa usia biologis pria merupakan penyebab utama infertilitas pada pria. Dari sudut pandang biologis, kualitas dan kuantitas sperma menurun seiring bertambahnya usia.

Tidak dapat disangkal bahwa pria yang berusia di atas 50 tahun masih bisa menjadi ayah. Mengutip dari Guinness World Records, pria tertua yang menjadi ayah berusia 92 tahun pada saat kelahiran. Namun, peneliti mengungkapkan bahwa bertambahnya usia pria dapat menurunkan peluang perempuan untuk hamil. Sesuai rekomendasi para ahli, usia terbaik untuk menjadi ayah adalah antara usia 20-an hingga awal 30-an. 

1. Usia terbaik untuk menjadi ayah

ilustrasi memegang hasil test pack positif (freepik.com/jcomp)

Sebuah penelitian dalam jurnal Obstetrics & Gynecology (2004) menyatakan bahwa faktor risiko infertilitas yang paling umum disebabkan karena usia, meskipun pria subur sepanjang hidupnya, tetapi parameter kesuburan sperma akan menurun sejak berusia 35 tahun.

Bukti melaporkan bahwa pria usia lanjut telah dikaitkan dengan penurunan kualitas sperma, termasuk penurunan jumlah sperma, motilitas, dan morfologi.

Sebuah studi retrospektif dalam jurnal Reproductive BioMedicine Online (2021) menyelidiki total 18.441 sampel dari pria berusia 17–71 tahun. Dilaporkan bahwa hingga usia 30 hingga 35 tahun terjadi penurunan viabilitas, volume sperma dan jumlah total sperma, motilitas dan morfologi sperma mulai menurun. Adanya penurunan parameter sperma ini dapat mengurangi kemungkinan pembuahan.

Jadi, secara umum makin lama menunda untuk mempunyai anak, makin banyak kesulitan yang mungkin akan dihadapi. 

Baca Juga: 14 Penyebab Kemandulan pada Pria, Bikin Khawatir!

2. Apa itu infertilitas pria?

ilustrasi infertilitas (pixabay.com/Sasin Tipchai)

Jika pasangan tidak kunjung hamil setelah satu tahun padahal sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, ini sering dianggap oleh dokter tidak subur (infertil).

Infertilitas dapat terjadi karena gangguan pada sistem reproduksi yang dapat dialami perempuan maupun pria. 

Diagnosis infertilitas pria digunakan jika pasangan perempuan diketahui subur, tetapi pasangan pria memiliki kualitas sperma yang cukup rendah untuk melakukan pembuahan. 

Infertilitas diperkirakan memengaruhi sekitar 10–15 persen atau 4–6 juta pasangan dari 39,8 juta pasangan usia subur di Indonesia.

Infertilitas pria biasanya disebabkan oleh masalah produksi sperma di testis (spermatogenesis). Hal ini bisa disebabkan oleh masalah hormonal, buruknya fungsi testis, atau adanya penyumbatan pada saluran urogenital pria. 

Produksi sperma di testis dapat berkurang diakibatkan beberapa faktor seperti obesitas, testis tidak turun, cedera testis, dan kondisi genetik seperti sindrom Klinefelter. Selain itu, usia juga dapat memengaruhi kesuburan pria.

3. Kaitan usia biologis terhadap kesuburan pria

ilustrasi kehamilan (unsplash.com/John Looy)

Umumnya, pria tidak benar-benar berhenti dalam memproduksi sperma, tetapi ini bukan berarti usia biologis sama sekali tidak memengaruhi tingkat kesuburan. Bertambahnya usia pria sejalan dengan menurunnya produksi sperma yang sehat.

Sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk kesehatan sperma, beberapa faktor yang menentukan kesehatan sperma termasuk jumlah sperma, motilitas (pergerakan sperma), dan morfologi. Beberapa ahli mengungkapkan bahwa kesehatan sperma sehat menurun setelah usia 35 tahun.

Penyebab kualitas sperma yang buruk bisa berbeda-beda pada setiap pria. Berikut yang penting untuk diketahui:

  • Normalnya, jumlah sperma di dalam setiap 1 ml sperma yang dikeluarkan saat ejakulasi adalah sekitar 15 juta sperma. Pada usia di atas 35 tahun, jumlah sperma mulai menurun terutama bagi mereka yang memiliki gaya hidup tidak sehat.
  • Hal lain yang menentukan kehamilan karena kesehatan sperma adalah kecacatan bentuk sperma. Perubahan morfologi sperma berakibat pada kegagalan penetrasi sperma ke dalam sel telur, sehingga tidak terjadi pembentukan embrio. Kondisi infertilitas pria ini memerlukan konsultasi medis atau prosedur ART seperti perawatan IVF untuk kehamilan.
  • Aspek penting lainnya dari kesehatan sperma adalah motilitas sperma. Jika 40 persen sperma yang dikeluarkan saat ejakulasi idealnya bergerak, maka memungkinan terjadinya kehamilan. Dengan bertambahnya usia, terutama pada pria berusia lebih dari 40 tahun, mobilitas sperma ini menjadi kurang dari 40 persen. Akibatnya, kesuburan pria berkurang secara signifikan.

Seiring bertambahnya usia, selain menyebabkan peluang kehamilan yang lebih rendah, risiko keguguran juga lebih tinggi.

4. Dampak potensial usia biologis pria terhadap kesehatan anak-anaknya

ilustrasi infertilitas (pexels.com/Nadezhda Moryak)

Gangguan kesuburan atau infertilitas pria bisa terjadi karena pria tidak bisa memproduksi sperma dalam jumlah yang cukup, sperma berkualitas buruk, atau tidak bisa menghasilkan sperma sama sekali (azoospermia).

Sebuah penelitian yang dilaporkan dalam Journal of Assisted Reproduction and Genetics (2018) menyatakan bahwa pria dewasa yang lebih tua (>40 tahun) berpotensi mengalami akumulasi kerusakan DNA sperma dan kegagalam mitosis dan meiosis selama spermatogenesis.

Kelainan tersebut dapat berakibat pada keguguran dan kelainan bawaan pada keturunan. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan hormonal, kelainan fisik, dan masalah psikologis.

Berikut ini adalah berbagai dampak potensial pada kesehatan anak-anaknya di masa depan yang penting untuk diketahui:

  • Seiring bertambahnya usia, sperma pria mengalami mutasi genetik yang berisiko pada kerusakan DNA pada sperma itu sendiri.
  • Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa anak yang lahir dengan ayah lanjut usia sering kali menderita gangguan perkembangan saraf.
  • Dalam kasus deformasi sperma yang parah, kehamilan alami tidak mungkin terjadi, dan memerlukan pengobatan infertilitas pria.
  • Selain itu, risiko terjadinya gangguan spektrum autisme juga lebih tinggi pada anak yang lahir dari pria berusia di atas 40 tahun dibandingkan dengan anak yang lahir dari pria berusia di bawah 40 tahun.

Singkatnya, usia mungkin tidak menyebabkan infertilitas total pada pria. Namun, ini dapat menyebabkan komplikasi kehamilan yang serius.

5. Faktor lain yang memengaruhi kesuburan pria

ilustrasi obesitas (freepik.com/jcomp)

Infertilitas pada pria berbanding lurus dengan usia. Di samping itu, beberapa faktor lain juga dapat memengaruhi. Kondisi yang menyebabkan menurunnya kesuburan pada pria antara lain:

  • Kebiasaan merokok.
  • Konsumsi alkohol.
  • Konsumsi obat-obatan.
  • Pola makan tidak sehat.
  • Obesitas.
  • Diabetes.
  • Kanker.
  • Kondisi medis, fisik, fisiologis, dan psikologis lainnya yang berdampak pada kesehatan sperma.

Baca Juga: Sperma Kosong: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Writer

Niko Utama

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya