TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Oksitosin, Hormon yang Dilepaskan saat Berpelukan dan Orgasme

Dijuluki "hormon asmara" atau "cuddling hormone"

ilustrasi jatuh cinta (freepik.com/rawpixel.com)

Oksitosin merupakan hormon alami yang mengatur segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi perempuan maupun laki-laki, termasuk saat persalinan dan menyusui, serta aspek perilaku penting lainnya. Umumnya, perempuan memiliki kadar oksitosin yang lebih tinggi dibanding laki-laki.

Hormon oksitosin disintesis di inti hipotalamus, kemudian disimpan dalam kelenjar pituitari dan disekresikan melalui aliran darah. Kelenjar pituitari merupakan kelenjar endokrin kecil seukuran kacang polong yang letaknya di dasar otak, di bawah hipotalamus.

Oksitosin juga berperan dalam pengobatan beberapa masalah kesehatan, seperti depresi, kecemasan, dan masalah pencernaan.

Hormon ini punya beberapa julukan, seperti "hormon asmara", "hormon cinta", atau "cuddling hormone" karena berkaitan dengan kepercayaan, empati, gairah seksual, dan pembangun hubungan. Kadar oksitosin juga meningkat saat berpelukan dengan seseorang dan saat orgasme

1. Bagaimana oksitosin memengaruhi otak?

ilustrasi yoga (unsplash.com/Dane Wetton)

Setelah diproduksi oleh hipotalamus, oksitosin disekresikan ke dalam aliran darah oleh kelenjar pituitari. Dari sana, oksitosin diarahkan ke sumsum tulang belakang atau bagian otak lainnya, tergantung tujuan utamanya.

Berkat hormon ini, kita mendapatkan perasaan hangat dan tenang setiap kali bersama orang yang kita sayangi. Makin lama kita terlibat dalam hal-hal menyenangkan, maka makin banyak oksitosin yang diproduksi.

Oksitosin juga berkaitan dengan hormon serotonin dan dopamin. Ketiga neurotransmiter ini digolongkan sebagai "hormon bahagia”. Bersama-sama, ketiganya bekerja sebagai tim untuk membuatkita merasa bersemangat. Setiap kali kita bersama orang yang kita sayangi, otak akan melepaskan ketiga hormon ini.

2. Bagaimana oksitosin pengaruhi hubungan?

ilustrasi penuh cinta (freepik.com/jcomp)

Oksitosin berkontribusi pada hubungan batin antara orang tua dan anak. Meskipun dampaknya lebih kuat pada ibu, tetapi pada gilirannya ayah juga terkena dampaknya.

Seorang ibu yang memiliki tingkat oksitosin tinggi cenderung lebih menyayangi anak-anak mereka, seperti lebih sering memeriksa, menyentuh, memberi makan, bernyanyi, berbicara, mendandani, dan memandikan anak mereka. Efek serupa juga ditemukan pada orang tua angkat.

Menurut beberapa ahli, oksitosin bahkan dianggap berpengaruh pada kesetiaan. Para peneliti percaya bahwa pengaruh oksitosin menimbulkan rasa empati dan kesetiaan, serta menimbulkan rasa percaya satu sama lain sehingga mempererat kelanggengan hubungan.

Baca Juga: Mengenal Hormon Kortisol, Lebih dari Sekadar Hormon Stres

3. Pemicu pelepasan oksitosin

ilustrasi kedekatan ibu dan bayi (unsplash.com/Jonathan Borba)

Pelepasan oksitosin dapat dirangsang oleh hormon seperti estrogen. Selain itu oksitosin dapat dilepaskan sebagai bentuk respons terhadap berbagai jenis rangsangan sensorik. Oksitosin yang dilepaskan sebagai respons atas aktivasi saraf sensorik ini karena proses persalinan, menyusui, maupun aktivitas seksual.

Selain itu oksitosin dilepaskan sebagai respons terhadap rangsangan intensitas rendah pada kulit, misalnya respons terhadap belaian, pelukan, sentuhan, suhu hangat, dan lain-lain. Hasilnya, oksitosin tidak hanya dilepaskan saat interaksi antara ibu dan bayi, tetapi juga saat berinteraksi positif antara orang dewasa atau antara manusia dengan hewan kesayangan.

4. Meningkatkan oksitosin

ilustrasi olahraga (unsplash.com/Gabin Vallet)

Para peneliti telah mempelajari apakah pemberian oksitosin dalam bentuk pil atau obat semprot hidung efektif dalam membantu meredakan kecemasan dan depresi, tetapi sejauh ini hasilnya belum signifikan. Ini karena sulitnya hormon ini melewati sawar darah otak.

Cara yang aman untuk meningkatkan kadar oksitosin adalah dengan berolahraga. Sebuah penelitian dalam Balkan Medical Journal (2019) melakukan uji coba terhadap tikus. Ditemukan bahwa aktivitas fisik mampu mengurangi kecemasan dan meningkatkan perilaku empati akibat peningkatan kadar oksitosin pada tikus betina, tetapi tidak pada tikus jantan.

Berolahraga berdampak positif pada kognitif otak, seperti hipokampus, korteks prefrontal, dan amigdala. Ini dapat menurunkan tingkat kecemasan dan depresi.

5. Apa yang terjadi jika kadar oksitosin rendah?

ilustrasi bayi minum susu dari botol (unsplash.com/Lucy Wolski)

Rendahnya kadar oksitosin dapat melemahkan kontraksi rahim selama proses melahirkan dan menghambat keluarnya ASI pascapersalinan. Meskipun jarang terjadi, tetapi penyebab paling umum dari kadar oksitosin yang lebih rendah adalah panhypopituitarism, yaitu suatu kondisi saat semua kadar hormon yang dikeluarkan kelenjar pituitari berada di bawah normal.

Tingkat oksitosin yang rendah juga dikaitkan dengan gangguan spektrum autisme dan gejala depresi. Para ilmuwan masih meneliti hubungan antara oksitosin dengan kondisi ini.

Sebuah penelitian dalam International Journal of Molecular Sciences (2021) menyatakan bahwa penurunan kadar oksitosin diamati dari sampel cairan serebrospinal perempuan dengan riwayat pelecehan anak, pada orang yang mencoba bunuh diri, dan pada plasma pasien dengan gangguan stres pasca trauma. Penurunan konsentrasi oksitosin dalam darah juga ditemukan pada pasien depresi pascapersalinan.

6. Apa yang terjadi jika kadar oksitosin tinggi?

ilustrasi jatuh cinta (unsplash.com/Pricilla Du Prezz)

Oksitosin memainkan peran penting dalam reproduksi secara umum. Pada laki-laki, oksitosin membantu pergerakan sperma. Sementara itu, pada perempuan, hormon ini berperan dalam merangsang kontraksi rahim dan jaringan payudara untuk membantu laktasi setelah melahirkan.

Studi dalam Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism dari Endocrine Society (2022) menyatakan bahwa laki-laki dengan kelainan hiperseksual memiliki tingkat oksitosin yang lebih tinggi dalam darahnya dibanding laki-laki tanpa kelainan tersebut.

Baca Juga: A-Z seputar Hormon Melatonin, si 'Hormon Tidur'

Writer

Niko Utama

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya