TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kenapa Beberapa Orang Mengalami Depresi setelah Operasi?

Efek samping setelah operasi yang jarang dibicarakan

ilustrasi depresi setelah operasi (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Setelah operasi, kebanyakan dokter akan menyuruh pasiennya untuk banyak beristirahat agar pulih lebih cepat secara fisik. Namun, tak disangka-sangka efek emosional juga dirasakan oleh beberapa orang, yang bisa bertahan selama beberapa minggu atau bulan.

Tak banyak dibicarakan, depresi setelah operasi merupakan komplikasi umum setelah operasi yang jarang dibicarakan.

Depresi setelah operasi atau depresi pascaoperasi (post-surgical depression atau post-operative depression) adalah jenis depresi situasional yang terjadi setelah seseorang menjalani operasi. Terjadi setelah prosedur atau hingga satu tahun kemudian, depresi setelah operasi memiliki onset yang berhubungan dengan trauma, seperti dijelaskan dalam Psychology Today.

1. Penyebab

Ada banyak alasan mengapa depresi umum terjadi sebelum dan sesudah operasi.

Depresi sebelum operasi

Saat kita mengantisipasi operasi, berbagai faktor bisa memperburuk gejala depresi. Misalnya, kita mungkin merasa lebih cemas dan stres karena khawatir dengan prosedur dan masalah seperti keuangan dan pengasuhan anak.

Menurut tinjauan ilmiah dalam jurnal BMC Surgery tahun 2016, mengalami depresi dapat membuat operasi menjadi kurang efektif. Misalnya, tim peneliti mencatat bahwa orang dengan depresi dapat mencari perawatan medis pada tahap selanjutnya dari penyakitnya.

Tim peneliti mencatat bahwa depresi pascaoperasi adalah umum dan mengusulkan skrining untuk depresi setelah operasi. Ini untuk memastikan pasien menerima dukungan yang dibutuhkan.

Stres

Tingkat stres mental, fisik, dan emosional bisa tinggi sebelum dan sesudah operasi.

Penyebab umum stres meliputi:

  • Segala sesuatu yang mengakibatkan rasa sakit, termasuk penyakit dan pembedahan.
  • Diagnosis penyakit serius.
  • Berusaha menyeimbangkan pekerjaan, sosial, dan kehidupan pribadi selama masa pengobatan.

Dokter dapat menawarkan nasihat tentang mengurangi dan mengatasi stres.

Depresi setelah operasi

Setelah operasi, faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko depresi antara lain:

  • Reaksi terhadap anestesi.
  • Efek antibiotik.
  • Rasa sakit dan ketidaknyamanan selama pemulihan.
  • Reaksi terhadap penghilang rasa sakit tertentu.
  • Stres fisik, mental, dan emosional akibat penyakit, pembedahan, atau keduanya.
  • Kekhawatiran tentang dampak pada kualitas hidup atau umur.

Operasi dan depresi memengaruhi individu secara berbeda. Dokter dapat membantu pasien mempersiapkan dan mengelola situasi.

Baca Juga: 5 Jenis Depresi yang Sering Tidak Disadari, Menurunkan Kualitas Hidup

2. Gejala

ilustrasi depresi pascaoperasi (pexels.com/cottonbro studio)

Tinjauan literatur dalam jurnal Nursing Open tahun 2020 mengungkapkan bahwa sebagian besar studi tentang depresi pascaoperasi sebagian besar dilakukan pada pasien operasi jantung, diikuti oleh operasi ortopedi.

Akan tetapi, pada dasarnya depresi pascaoperasi dapat terjadi pada operasi invasif apa pun. Kadang, gejala depresi setelah operasi bisa salah didiagnosis atau terlewatkan karena mirip dengan keadaan fisik dan emosional yang diharapkan setelah operasi.

Berikut ini gejala depresi setelah operasi yang perlu dikenali:

  • Tidur berlebihan.
  • Kesulitan tidur.
  • Sifat lekas marah.
  • Kelelahan.
  • Kehilangan minat.
  • Ketidakberdayaan.
  • Keputusasan.
  • Kehilangan selera makan.

3. Siapa yang paling terdampak?

Hampir setiap orang dapat mengalami depresi setelah prosedur pembedahan, tetapi faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan risiko. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko depresi pascaoperasi antara lain:

  • Waktu pemulihan lebih lama.
  • Perubahan besar pada kualitas hidup, seperti mobilitas terbatas.
  • Nyeri berkelanjutan atau penyakit kronis.
  • Terapi tambahan yang menyebabkan ketidaknyamanan, seperti kemoterapi atau radiasi.

Operasi yang lebih serius cenderung meningkatkan risiko depresi. Beberapa operasi yang terkait dengan risiko lebih tinggi termasuk:

  • Operasi bariatrik.
  • Operasi jantung.
  • Operasi kanker.
  • Amputasi.
  • Operasi tulang belakang.

Hidup dengan kondisi medis tertentu juga dapat meningkatkan risiko. Ini dapat mencakup:

  • Usia lanjut, lebih dari 60 tahun.
  • Diabetes.
  • Penyakit Alzheimer onset dini.

Selain itu, tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang dapat meningkatkan risiko kamu atau orang yang dicintai mengalami depresi setelah operasi.

Menurut sebuah studi dalam jurnal PLoS One tahun 2017, para peneliti menemukan bahwa perempuan yang pulih dari mastektomi untuk mengobati kanker payudara mengembangkan dan hidup dengan depresi hingga 3 tahun setelah prosedur. Akan tetapi, tim peneliti juga mencatat bahwa mereka cenderung pulih sepenuhnya, terutama perempuan yang lebih muda.

Baca Juga: Menonton Video Pornografi dan Depresi, Adakah Hubungannya?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya