TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Infeksi Pseudomonas aeruginosa: Penyebab, Gejala, Pengobatan

P. aeruginosa adalah bakteri agresif yang kebal antibiotik

ilustrasi bakteri Pseudomonas aeruginosa (flickr.com/Microbe World)

Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) adalah bakteri yang banyak ditemukan di lingkungan, misalnya di tanah dan air. Bakteri ini bisa menyebar ke orang-orang di tempat perawatan kesehatan melalui permukaan, tangan, dan peralatan yang terkontaminasi.

P. aeruginosa dapat menyebabkan infeksi serius pada orang-orang tertentu. Beberapa orang sehat bahkan memiliki strain yang tumbuh di kulit di bagian tubuh yang lembap, seperti ketiak atau area genital.

Pada orang yang sehat, infeksi bakteri ini mungkin tidak menyebabkan sakit, sementara beberapa orang hanya mengalami ruam kulit ringan atau infeksi telinga atau mata. Namun, pada orang yang sedang sakit atau sistem kekebalan tubuhnya melemah, bakteri ini bisa menyebabkan infeksi yang parah.

Pada orang dengan fibrosis kistik, kanker, atau luka bakar, infeksi bakteri P. aeruginosa bisa mengancam jiwa. Ini adalah salah satu penyebab utama infeksi yang didapat orang saat berada di rumah sakit.

Pada awal Februari 2023, di Amerika Serikat (AS) dua jenis tetes mata air mata buatan telah ditarik setelah 55 laporan efek penggunaan yang merugikan, termasuk infeksi mata, kehilangan penglihatan, bahkan infeksi aliran darah yang menyebabkan satu kematian, seperti dilansir Good Morning America.

Jumlah kematian akibat wabah yang terkait dengan obat tetes mata yang terkontaminasi telah meningkat dan lebih banyak orang kehilangan penglihatan.

Menurut pembaruan yang dikeluarkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), jumlah kematian meningkat dari satu menjadi tiga, per 22 Maret 2023. Setidaknya delapan orang menjadi buta dan empat orang menjalani operasi pengangkatan bola mata.

Sebagian besar kasus telah dikaitkan dengan obat tetes mata EzriCare dan Delsam Pharma, yang dibuat oleh Global Pharma Healthcare yang berbasis di India.

Menurut CDC, obat tetes mata tersebut terkontaminasi dengan P. aeruginosa, bakteri agresif yang kebal antibiotik.

1. Penyebab dan faktor risiko

Kita bisa terkena infeksi P. aeruginosa lewat berbagai cara. Bakteri ini bisa tumbuh pada buah dan sayuran, sehingga kamu bisa sakit karena makan makanan yang terkontaminasi. Bakteri juga tumbuh subur di area lembap seperti kolam, bak mandi air panas, kamar mandi, dan bak cuci, seperti dijelaskan dalam laman WebMD.

Infeksi paling parah terjadi di rumah sakit. P. aeruginosa dapat dengan mudah tumbuh di humidifier dan jenis peralatan medis (misalnya kateter) yang tidak dibersihkan dengan benar. Kalau petugas kesehatan tidak mencuci tangan dengan baik, mereka juga dapat memindahkan bakteri dari pasien yang terinfeksi ke pasien atau orang lain.

Risiko terkena infeksi P. aeruginosa apabila kita:

  • Memiliki luka dari operasi.
  • Sedang dalam perawatan luka bakar.
  • Menggunakan mesin pernapasan, kateter, atau perangkat medis lainnya.
  • Memiliki diabetes atau fibrosis kistik.
  • Memiliki gangguan yang melemahkan sistem imun, misalnya HIV.
  • Sedang menjalani pengobatan yang menekan sistem imun, seperti kemoterapi untuk kanker.

Bakteri P. aeruginosa bisa ditemukan di:

  • Saluran air dan bagian pipa.
  • Produk pembersih rumah tangga.
  • Peralatan rumah sakit atau klinik.
  • Air.
  • Tanah.

2. Gejala

ilustrasi sakit telinga (pexels.com/Monstera)

Gejala yang muncul akan bergantung pada di mana P. aeruginosa berada. Infeksi bisa terjadi di bagian tubuh mana pun, seperti paru-paru, lambung, darah, tendon, hingga saluran kemih. Luka baring, luka terbuka, dan luka bakar juga bisa terinfeksi.

Tempat terjadinya infeksi dan gejalanya dapat mencakup:

  • Telinga: Nyeri dan keluarnya cairan.
  • Kulit: Ruam, yang bisa melibatkan jerawat berisi nanah.
  • Mata: Nyeri, kemerahan, dan bengkak.
  • Tulang dan sendi: Nyeri sendi dan pembengkakan; sakit leher atau punggung yang berlangsung selama beberapa minggu.
  • Luka: Nanah berwarna hijau atau keluarnya cairan mungkin baunya seperti buah.
  • Saluran pencernaan: Diare, sakit kepala.
  • Paru-paru: Pneumonia; batuk parah dan sesak.
  • Saluran kemih: Infeksi saluran kemih.

Demam juga sering menjadi tanda infeksi Pseudomonas yang parah.

Baca Juga: Infeksi Bakteri dan Virus, Apa Perbedaannya?

3. Diagnosis

Untuk mendiagnosis P. aeruginosa, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan gejala serta riwayat kesehatan. Mereka juga akan mengambil sampel darah atau cairan tubuh lainnya untuk diperiksa di laboratorium untuk menguji bakteri tersebut.

Menurut Merck Manual, tes juga dapat dilakukan untuk menentukan antibiotik mana yang paling efektif.

4. Pengobatan

ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Kalau infeksinya ringan, dokter dapat meresepkan antibiotik. Tergantung lokasi, obat bisa diberikan dalam bentuk krim, tetes mata atau tetes telinga, atau pil.

Infeksi parah memerlukan antibiotik berminggu-minggu yang akan diberikan melalui infus. Setiap bakteri Pseudomonas sedikit berbeda, dan strain terus berubah, sehingga jenis infeksi ini sulit diobati. Sering kali, seseorang mungkin perlu mengonsumsi lebih dari satu jenis antibiotik.

Baru-baru ini, para ilmuwan telah menemukan bahwa bakteriofag, yaitu virus yang menginfeksi bakteri, mungkin berguna untuk penyembuhan dari infeksi P. aeruginosa. Mereka telah digunakan untuk mengobati kondisi lain. Penelitian di laboratorium (tetapi tidak pada manusia) menunjukkan bahwa ini adalah beberapa kemungkinan solusi:

  • Ceftolozane-tazobactam
  • Ceftazidime-avibactam
  • Imipenem-relebactam
  • Cefiderocol
  • Cefepime-taniborbactam
  • Cefepime-zidebactam
  • Kombinasi cefepime-beta-lactams inhibitor seperti cefepime-taniborbactam dan cefepime-zidebactam
  • Meropenem-nacubactam

Ada beberapa penelitian tentang senyawa yang berasal dari tumbuhan untuk mengobati infeksi. Ini sebagian besar berfokus pada bagaimana senyawa tersebut dapat mengganggu biofilm, yang melindungi bakteri dan menyebabkan resistansi. Madu Manuka kelas medis telah menjanjikan untuk mengganggu biofilm pada luka. Upaya untuk memerangi P. aeruginosa sebagian besar difokuskan pada solusi lain yang memungkinkan.

Antibiotik biasanya diberikan antara 7 dan 14 hari, dan terkadang lebih lama, tergantung pada jenis dan tingkat keparahan infeksi.

Pseudomonas aeruginosa mungkin saja kebal terhadap antibiotik, yang berarti sulit diobati karena mungkin tidak menanggapi antibiotik yang tersedia. Dengan kata lain, antibiotik tidak cukup kuat untuk membunuh infeksi.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengidentifikasinya sebagai salah satu dari tiga bakteri yang perlu dikelola dengan lebih baik. CDC mengategorikannya sebagai ancaman serius.

5. Komplikasi yang dapat terjadi

Jika pengobatan awal dengan satu atau beberapa antibiotik tidak berhasil, infeksi mungkin kebal terhadap pengobatan tersebut.

Orang dengan fibrosis kistik mungkin rentan terhadap infeksi berulang dengan P. aeruginosa. Beberapa orang mendapatkan infeksi sekunder dengan Clostridioides difficile, yang umum terjadi ketika orang minum antibiotik.

Baca Juga: 3 Bakteri Penyebab Penyakit Kelamin, Waspadai Penularannya!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya