TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Perbedaan antara Tanda dan Gejala Penyakit secara Medis, Jangan Keliru

Gejala sifatnya subjektif, sementara tanda bersifat objektif

ilustrasi tanda kulit kering pada telapak tangan (unsplash.com/Alexander Grey)

Kalau suka membaca artikel kesehatan, kamu tentu sering melihat kata "tanda" dan "gejala". Keduanya sering digunakan secara bergantian. Namun, apakah keduanya merujuk pada hal yang sama? Apabila tidak, bagaimana apa perbedaannya?

Berikut ini ulasan tentang perbedaan pengertian antara tanda dan gejala penyakit secara medis, sehingga kamu tak lagi salah memahaminya.

Tanda vs gejala

Gejala mengacu pada perasaan dan kekhawatiran yang kita rasakan, dan ini hanya dirasakan oleh orang yang mengalamimya. Misalnya, sesak napas adalah sensasi yang hanya bisa dirasakan oleh penderitanya.

Dalam terminologi medis, tanda mengacu pada sesuatu yang dapat diamati atau diukur oleh orang lain. Berbeda dengan gejala yang sifatnya subjektif, tanda bersifat objektif. Tanda-tanda suatu penyakit dapat dideteksi dengan menggunakan berbagai alat, seperti stetoskop, rontgen, dan pemeriksaan laboratorium.

Baik tanda dan gejala digunakan untuk mendiagnosis suatu penyakit atau kondisi. Dokter akan mencoba mencocokkan kumpulan gejala dengan tanda-tanda yang mereka temukan melalui pemeriksaan dan pengujian.

Sebagai contoh, dalam kasus sesak napas, dokter mungkin mendengarkan dada dan mendengar mengi. Tes pernapasan (spirometri) dapat menunjukkan penurunan aliran udara di paru-paru. Mengi pada pemeriksaan dan bukti aliran udara yang buruk pada spirometri keduanya merupakan tanda asma. Dengan demikian, gejala (sesak napas) disesuaikan dengan tanda (mengi dan aliran udara yang buruk) untuk mendiagnosis asma.

Pilek biasa juga dapat didefinisikan berdasarkan tanda dan gejalanya. Kita bisa mengalami gejala demam, lelah, lemas, dan sesak. Saat pemeriksaan, dokter dapat mengukur suhu dan mengamati pembengkakan hidung. Dokter juga bisa memesan swab hidung untuk melihat apakah virus pernapasan dapat menyebabkan gejala. Ini adalah contoh lain bagaimana tanda dan gejala digunakan bersama untuk mendiagnosis suatu penyakit atau kondisi.

Baca Juga: 10 Istilah Kesehatan Manusia yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Jenis gejala

ilustrasi gejala nyeri dada (freepik.com/KamranAydinov)

Gejala dapat memengaruhi setiap sistem organ dalam tubuh kita. Gejala umum (juga dikenal sebagai gejala konstitusional) mengacu pada gejala yang memengaruhi kesejahteraan umum. Contohnya merasa demam, nyeri tubuh, dan kelelahan. Gejala lain bisa spesifik pada bagian tubuh yang terkena.

Dilansir GoodRx Health, beberapa macam gejala antara lain:

  • Akut: Gejala datang dengan cepat dan hilang dengan sendirinya atau setelah diobati. Misalnya, gejala pilek hilang dengan sendirinya setelah seminggu.
  • Kronis: Keluhan terus-menerus terkait penyakit yang berlangsung selama beberapa bulan hingga bertahun-tahun. Misalnya, seseorang dengan penyakit jantung mungkin mengalami nyeri dada dan gejala lainnya untuk waktu yang lama.
  • Remisi: Gejala yang telah membaik atau hilang sama sekali. Misalnya, jika kamu sebelumnya menderita migrain dan sudah lama tidak mengalaminya, sakit kepala tersebut dikatakan mengalami remisi.
  • Relaps: Gejala kambuh terkadang lebih buruk, terutama setelah periode remisi. Skenario yang umum adalah pada orang dengan penyakit autoimun seperti lupus, yang sering mengalami periode gejala yang memburuk (flare).

Penyakit yang mengalami remisi dan relaps (relapsing and remitting disease) bisa mulai dan berhenti tanpa alasan atau alasan yang jelas. Terkadang, ini mungkin mengikuti pola tertentu. Dalam kasus lain, cedera, infeksi, atau faktor lain dapat memicu kekambuhan.

Beberapa penyakit tidak menunjukkan gejala. Inilah sebabnya pemeriksaan kesehatan rutin dianjurkan untuk mendeteksi masalah kesehatan yang tidak menimbulkan gejala.

Jenis tanda

Seperti gejala, tanda dapat bervariasi sesuai dengan bagian tubuh mana yang terpengaruh. Mereka juga dapat memengaruhi seluruh tubuh, seperti demam dan penurunan berat badan.

Tanda diagnostik membantu dokter mengidentifikasi atau mendiagnosis kondisi medis. Misalnya, jika dokter mencurigai kamu menderita pneumonia, mereka mungkin memesan rontgen dada. Bintik putih yang terlihat pada rontgen dada akan menjadi tanda diagnostik.

Selain diagnosis, tanda juga dapat membantu memprediksi perjalanan suatu penyakit. Misalnya, jika kanker diketahui telah menyebar ke jaringan lain, ini pertanda prognosis buruk.

Ada juga beberapa penyakit dan kondisi yang mungkin tidak memiliki tanda-tanda yang dapat diamati. Migrain, misalnya, menyebabkan banyak gejala, seperti sakit kepala parah dan perubahan penglihatan. Namun, tidak ada tanda fisik, tes laboratorium, atau studi pencitraan yang dapat digunakan dokter untuk memastikan diagnosis. Migrain dengan demikian didiagnosis berdasarkan gejala seseorang saja.

Baca Juga: 5 Istilah Kesehatan Mental yang Harus Kamu Ketahui 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya