TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Studi: Sindrom Metabolik Tingkatkan Risiko Gout

Risiko lebih tinggi kalau memiliki kadar trigliserida tinggi

ilustrasi serangan gout di kaki kiri (commons.wikimedia.org/Parkov~enwiki)

Gout adalah jenis radang sendi atau artritis yang umum dan kompleks dan bisa menyerang siapa saja. Kondisi ini ditandai dengan serangan rasa sakit yang tiba-tiba dan parah, pembengkakan, kemerahan dan nyeri pada satu atau lebih persendian, dan paling sering terjadi di jempol kaki.

Orang yang mengalami gout bisa terbangun pada tengah malam dengan sensasi terbakar pada jempol kaki. Sendi yang terkena terasa panas, bengkak, dan nyeri saat ditekan, misalnya ketika tergesek seprai.

Sementara itu, sindrom metabolik adalah sekelompok kondisi yang bersama-sama meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, diabetes, stroke, dan masalah kesehatan serius lainnya. Sindrom metabolik juga disebut sindrom resistensi insulin, menurut National Heart, Lung, and Blood Institute.

Nah, studi dalam jurnal Arthritis & Rheumatology pada November 2022 menemukan bahwa pria yang memiliki riwayat sindrom metabolik atau mengembangkan sindrom metabolik lebih mungkin mengalami gout. Risiko lebih tinggi apabila pria tersebut memiliki trigliserida tinggi dan obesitas perut, yang merupakan dua komponen sindrom metabolik.

Studi melibatkan 1,3 juta pria antara usia 20 dan 39 tahun yang melakukan pemeriksaan kesehatan

Para peneliti menggunakan basis yang memiliki informasi tentang diagnosis gout untuk melihat siapa saja yang mengembangkan gout dan kemudian menggunakan model statistik untuk menganalisis hubungan antara perubahan sindrom metabolik dan perkembangan gout.

Studi berjudul "Altered Risk of Incident Gout According to Changes in Metabolic Syndrome Status: A Nationwide Population-Based Cohort Study of 1.29 Million Young Men" ini melihat 1,3 juta pria antara usia 20 dan 39 tahun yang melakukan pemeriksaan kesehatan. Hubungan antara perubahan sindrom metabolik partisipan dan perkembangan gout dianalisis.

Dalam studi ini, sebanyak 18.473 pria mengembangkan gout.

Mereka yang mengalami sindrom metabolik pada setiap pemeriksaan kesehatan memiliki risiko hampir empat kali lebih tinggi terkena gout dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah mengalami sindrom metabolik.

Para peneliti juga melaporkan bahwa jika peserta mengembangkan sindrom metabolik, risiko terkena gout menjadi dua kali lipat.

Akan tetapi, jika seseorang pulih dari sindrom metabolik, risiko terkena gout berkurang hampir setengahnya.

Kata para peneliti, dari semua komponen sindrom metabolik, trigliserida tinggi dan obesitas perut memiliki kaitan terkuat dengan risiko pengembangan asam urat.

Hubungan antara perubahan sindom metabolik dan gout lebih signifikan pada orang berusia 20-an daripada 30-an serta mereka yang kekurangan berat badan atau memiliki berat badan normal.

Ini adalah pertama kalinya sebuah penelitian berskala besar menyelidiki hubungan antara perubahan sindrom metabolik dan risiko asam urat.

Para peneliti melaporkan bahwa mencegah sindrom metabolik atau memulihkannya dapat secara signifikan mengurangi risiko gout pada orang dewasa muda.

Baca Juga: Artritis Gout: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya