TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kulit Kepala Bersisik dan Berketombe? Hati-hati Dermatitis Seboroik

Bisa menyerang bayi dan orang dewasa

ilustrasi seseorang dengan dermatitis seboroik (vecteezy.com/buraratn290335)

Banyak orang yang pernah mengalami kulit kepala berketombe. Selain rasa gatalnya yang membuat tidak nyaman, ketombe juga bisa menurunkan kepercayaan diri, apalagi saat mengenakan pakaian gelap.

Tidak bisa dianggap remeh, timbulnya ketombe juga ada yang disertai dengan peradangan pada kulit kepala. Kondisi tersebut merupakan salah satu gejala dari dermatitis seboroik.

Penyakit kulit ini bisa menyerang siapa saja, seringnya pada bayi dan orang dewasa. Nah, untuk lebih mengetahui tentang dermatitis seboroik, kamu bisa simak ulasannya berikut ini.

1. Umumnya terjadi di kulit kepala dan area tubuh yang berminyak

dermatitis seboroik (eczema.org/DermNet New Zealand)

Dilansir Healthline, dermatitis seboroik adalah kondisi kulit umum yang menyebabkan kulit bersisik, kemerahan, dan berketombe. Penyakit kulit ini paling banyak mengenai kulit kepala. Namun, dermatitis seboroik juga bisa terjadi di area tubuh yang berminyak, seperti wajah, dada bagian atas, telinga, sisi hidung dan alis.

Saat terjadi pada bayi, penyakit kulit ini disebut dengan cradle cap. Kondisi tersebut biasanya timbul pada minggu pertama kelahiran dan secara bertahap menghilang dalam beberapa minggu atau bulan.

Baca Juga: 7 Cara agar Psoriasis Tidak Kambuh, Penting Diketahui!

2. Gejala

ilustrasi rambut gatal karena ketombe (pexels.com/MUXI)

Seperti diterangkan dalam laman Mayo Clinic, kemunculan dermatitis seboroik ditandai dengan berbagai gejala yang meliputi:

  • Adanya ketombe akibat kulit yang terkelupas di kulit kepala, rambut, alis, jenggot atau kumis.
  • Area kulit berminyak yang ditutupi sisik putih atau kuning di kulit kepala, wajah, sisi hidung, alis, telinga, lipatan mata, dada, ketiak, area selangkangan atau di bawah payudara.
  • Kulit menjadi kemerahan.
  • Terasa gatal pada area yang terkena dermatitis seboroik.

Gejala bisa menjadi lebih parah jika penderita mengalami stres dan cenderung muncul pada cuaca dingin dan kering.

Berbagai gejala yang ditimbulkan dermatitis seboroik tampak sama dengan penyakit kulit lainnya, seperti psoriasis, dermatitis atopik (eksem), dan rosasea. Apabila kamu mengalami gejala seperti di atas, sebaiknya periksakan ke dokter untuk mendapat diagnosis tepat.

3. Perbedaan antara ketombe dan dermatitis seboroik

ilustrasi dermatitis seboroik (aafp.org/Am Fam Physician. 2015;91(3):185-190)

Sama-sama menimbulkan serpihan kulit mati berwarna putih pada rambut, ketombe dan gejala dermatitis seboroik tampak mirip. Nyatanya, kedua kondisi tersebut berbeda, lo! Perbedaannya bisa dilihat dari lokasi kemunculan dan tingkat keparahan.

Mengutip laman Northstar Dermatology, ketombe terjadi di area kulit kepala. Selain serpihan putih, ketombe juga membuat kulit kepala kering dan gatal. Jika ketombe termasuk ringan, lain halnya dengan dermatitis seboroik yang tergolong lebih parah.

Pada dermatitis seboroik, terjadi peradangan yang menyebabkan kulit kepala berwarna kemerahan, gatal, bersisik dan mengelupas. Tidak hanya di kulit kepala, kondisi ini juga bisa terjadi di area tubuh yang memiliki kelenjar sebasea (kelenjar minyak), di antaranya sisi hidung, telinga, dada bagian atas, ketiak, hingga punggung.

4. Penyebab dan faktor risiko

ilustrasi dermatitis seboroik (aafp.org/Am Fam Physician. 2015;91(3):185-190)

Penyebab dermatitis seboroik belum diketahui secara pasti. Kemungkinannya bisa disebabkan oleh jamur Malassezia pada sekresi minyak di kulit. Di samping itu, penyakit kulit ini juga diduga terjadi karena respons abnormal dari sistem kekebalan tubuh.

Dirangkum dari WebMD dan Mayo Clinic, sejumlah faktor dapat meningkatkan risiko dermatitis seboroik, seperti:

  • Bayi dan orang dewasa berusia 30–60 tahun.
  • Jenis kulit berminyak.
  • Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti orang yang baru menjalani transplantasi organ, orang-orang dengan HIV/AIDS, pankreatitis alkoholik, dan kanker.
  • Kondisi kejiwaan dan neurologis seperti depresi dan penyakit Parkinson.
  • Konsumsi obat-obatan tertentu.
  • Cuaca dingin dan kering.
  • Stres.
  • Faktor genetik.

Baca Juga: Dermatitis Vulva: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Verified Writer

Rifa

.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya