TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kadar Testosteron Pengaruhi Kesehatan Tulang, Ini Faktanya

Kadar testosteron akan menurun seiring bertambahnya usia

ilustrasi osteoporosis (unsplash.com/Towfiqu Barbhuiya)

Osteoporosis adalah penyakit tulang progresif. Menurut Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, angka kasus osteoporosis di Indonesia mencapai 19,7 persen dari populasi pada tahun 2020. Diperkirakan sebanyak 1 dari 3 perempuan dan 1 dari 5 pria di Indonesia mengalami osteoporosis.

Testosteron adalah hormon yang memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan otot dan tulang. Penelitian dalam Journal of Clinical Medicine tahun 2021 menunjukkan bahwa pria yang kekurangan testosteron memiliki risiko lebih tinggi terkena osteoporosis dan mengalami patah tulang.

Lantas, bagaimana hubungan kadar testosteron dan kesehatan tulang? Simak penjelasannya di bawah ini!

1. Hubungan testosteron dan kesehatan tulang

ilustrasi sakit punggung bagian bawah (unsplash.com/Sasun Bughdaryan)

Tubuh kita secara terus-menerus membangun dan menghancurkan jaringan tulang. Proses ini dikenal sebagai remodeling tulang. Dilansir Healthline, osteoporosis terjadi ketika tubuh memecah jaringan tulang lebih cepat daripada membangunnya.

Tiga jenis sel yang terlibat dalam proses remodeling meliputi:

  • Osteoblas meletakkan jaringan tulang baru.
  • Osteoklas menyerap kembali tulang.
  • Osteosit mengatur homeostasis tulang (tahap pembangunan kembali dan reabsorpsi pertumbuhan tulang).

Beberapa sel ini memiliki reseptor untuk hormon androgen. Testosteron berperan dalam memodifikasi massa tulang dengan mengaktifkan reseptor ini. 

2. Testosteron rendah pada pria

ilustrasi kadar testosteron menurun (unsplash.com/Nik Shuliahin)

Orang yang mengalami menopause akan mengalami penurunan kadar esterogen yang signifikan. Akan tetapi, pria mengalami penurunan kadar hormon yang lebih bertahap. Menurut Journal of Clinical Medicine, testosteron menurun sekitar 1 persen per tahun setelah sekitar usia 30 atau 40 tahun.

Artikel dalam jurnal Clinical Interventions in Aging tahun 2016 menyebutkan bahwa kekurangan testosteron adalah penyebab utama osteoporosis pada pria. Hal ini juga dapat menyebabkan gejala lain, seperti:

  • Depresi.
  • Sifat lekas marah.
  • Disfungsi seksual.
  • Kehilangan massa otot.

Penelitian menunjukkan bahwa pria yang memiliki kadar testosteron rendah memiliki risiko patah tulang yang lebih tinggi daripada pria dengan testosteron dalam kisaran rata-rata. Namun, masih belum bisa dipastikan apakah suplementasi testosteron dapat menurunkan risiko patah tulang.

Baca Juga: 6 Fakta Hormon Testosteron, Hormon Seks Utama pada Laki-laki

3. Testosteron rendah pada perempuan

ilustrasi olahraga (unsplash.com/Alex McCharty Garcia)

Pada perempuan, penyebab utama osteoporosis adalah defisiensi estrogen akibat menopause. Artikel dalam jurnal Clinical Interventions in Aging menyebutkan bahwa perempuan menghasilkan sejumlah kecil testosteron di ovarium dan kelenjar adrenal. 

Pertumbuhan dan pemeliharaan tulang dipengaruhi secara signifikan oleh testosteron pada perempuan maupun laki-laki.

Akan tetapi, penelitian dalam jurnal Archives of Endocrinology and Metabolism tahun 2015 yang melibatkan 64 perempuan menemukan bahwa kadar testosteron tidak memengaruhi kepadatan mineral tulang pada kelompok ini. 

Para peneliti mencatat bahwa beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan kadar androgen yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan kepadatan mineral tulang pada wanita sebelum menopause.

4. Penyebab kadar testosteron rendah

Ilustrasi testosteron rendah (unsplash.com/Fernando @cferdophotography)

Penelitian dalam Journal of Orthopaedic Surgery and Research tahun 2021 menunjukkan bahwa kepadatan dipengaruhi oleh kadar testosteron dan pola olahraga. Tingkat testosteron secara alami dapat menurun pada pria mulai sekitar usia 30 atau 40 tahun.

Osteoporosis bisa menjadi efek samping dari Terapi Deprivasi Androgen (ADT). Terapi ini digunakan untuk mengobati prostat. ADT melibatkan pengurangan testosteron dan hormon androgen lainnya akibat obat-obatan atau pembedahan.

Kondisi genetik juga dapat menyebabkan penuruan tingkat testosteron. Beberapa penyakit, seperti sindrom Turner dan sindrom Klinefelter, dapat menyebabkan defisiensi testosteron. 

Kondisi lain dari testosteron rendah dapat meliputi:

  • Pengobatan kanker.
  • Undesensus testis.
  • Gondok orkitis.
  • Hemokromatosis.

Baca Juga: 5 Jenis Suplemen untuk Mencegah Osteoporosis, Catat!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya