TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cystitis: Penyebab, Gejala, Pengobatan, Komplikasi, Pencegahan

Kemoterapi bisa menjadi penyebab cystitis

ilustrasi cystitis atau sistitis (sleepflawless.com)

Cystitis atau sistitis adalah inflamasi atau peradangan pada kandung kemih yang umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Kondisi yang juga dikenal sebagai infeksi kandung kemih ini terjadi ketika bakteri dari daerah antara vagina atau penis dan rektum (disebut perineum) memasuki uretra dan berjalan ke kandung kemih.

Infeksi kandung kemih adalah jenis infeksi saluran kemih (ISK) yang paling umum. ISK dapat terjadi di bagian mana pun dari saluran kemih, bisa di ginjal, ureter, kandung kemih, atau uretra. Kondisi ini menyumbang lebih dari 8,1 juta kunjungan ke penyedia layanan kesehatan setiap tahun. Sekitar 60 persen perempuan dan 12 persen laki-laki akan mengalami setidaknya satu kali ISK selama hidup mereka, mengutip Cleveland Clinic.

1. Jenis

ilustrasi cystitis interstisial (obgyn.co.nz)

Cystitis bisa akut maupun interstisial. Akut berarti cystitis terjadi secara tiba-tiba, sedangkan cystitis interstisial merupakan kasus kronis atau jangka panjang yang memengaruhi beberapa lapisan jaringan kandung kemih.

Baik cystitis akut dan interstisial punya berbagai kemungkinan penyebab, dan penyebabnya menentukan jenisnya. Mengutip Healthline, berikut ini beberapa jenis cystitis:

Baik cystitis akut dan interstisial memiliki berbagai kemungkinan penyebab. Penyebab sistitis menentukan jenisnya. Berikut ini adalah jenis-jenis sistitis:

  • Cystitis bakteri: terjadi ketika bakteri memasuki uretra atau kandung kemih dan menyebabkan infeksi. Ini juga dapat terjadi ketika bakteri yang biasanya tumbuh di tubuh menjadi tidak seimbang. Infeksi menyebabkan cystitis atau peradangan di kandung kemih.
  • Cystitis yang diinduksi obat (drug-induced cystitis): obat-obatan tertentu dapat menyebabkan peradangan kandung kemih. Obat-obatan melewati tubuh dan akhirnya keluar melalui sistem kemih. Beberapa obat dapat mengiritasi kandung kemih saat keluar dari tubuh. Misalnya obat kemoterapi siklofosfamid dan ifosfamid.
  • Cystitis radiasi: terapi radiasi digunakan untuk membunuh sel kanker dan mengecilkan tumor, tetapi juga dapat merusak sel dan jaringan yang sehat. Terapi radiasi di daerah panggul dapat menyebabkan kandung kemih meradang.
  • Cystitis karena benda asing: penggunaan kateter secara terus-menerus dapat meningkatkan risiko infeksi bakteri dan merusak jaringan di saluran kemih. Baik bakteri maupun jaringan yang rusak dapat menyebabkan cystitis.
  • Cystitis kimia: produk kebersihan tertentu dapat mengiritasi kandung kemih. Produk tersebut bisa berupa gel spermisida, penggunaan diafragma dengan spermisida, produk kewanitaan semprot, dan bahan kimia dari mandi busa.
  • Cystitis yang terkait dengan kondisi lain: terkadang cystitis bisa menjadi gejala dari kondisi medis seperti diabetes, batu ginjal, HIV, pembesaran prostat, dan cedera tulang belakang.

2. Penyebab dan faktor risiko

ilustrasi infeksi saluran kemih (news-medical.net)

Cystitis akut biasanya terjadi sebagai akibat infeksi bakteri Escherichia coli. Penyebab bakteri lainnya termasuk:

  • Proteus mirabilis
  • Klebsiella pneumoniae
  • Staphylococcus saprophyticus
  • Group B streptococci
  • Lactobacillus
  • S. saprofiticus
  • Enterococci

Pada laki-laki, cyctitis juga dapat terjadi karena masalah yang membatasi aliran urine yang khas. Contohnya adalah pembesaran prostat, yang bisa membuat seseorang tidak bisa buang air kecil secara normal.

Beberapa orang lebih mungkin untuk mengembangkan infeksi kandung kemih atau infeksi saluran kemih berulang. Perempuan adalah salah satunya karena anatomi fisik. Perempuan memiliki uretra yang lebih pendek, yang mengurangi jarak yang harus ditempuh bakteri untuk mencapai kandung kemih, seperti dilansir Mayo Clinic.

Perempuan yang paling berisiko terkena ISK termasuk mereka yang:

  • Aktif secara seksual: hubungan seksual dapat menyebabkan bakteri didorong ke dalam uretra.
  • Penggunaan jenis kontrasepsi tertentu: perempuan pengguna diafragma (alat kontrasepsi yang terbuat dari karet berbentuk kubah yang ditempatkan pada mulut rahim sebelum berhubungan seksual) lebih berisiko mengalami ISK. Diafragma yang mengandung agen spermisida makin meningkatkan risiko.
  • Sedang hamil: perubahan hormon selama kehamilan dapat meningkatkan risiko infeksi kandung kemih.
  • Telah mengalami menopause: perubahan kadar hormon pada perempuan pascamenopause sering dikaitkan dengan ISK.

Faktor risiko lain pada perempuan dan laki-laki meliputi:

  • Gangguan aliran urine: ini dapat terjadi pada kondisi seperti batu di kandung kemih atau, pada laki-laki, pembesaran prostat.
  • Perubahan sistem kekebalan tubuh: ini dapat terjadi dengan kondisi tertentu, seperti diabetes, infeksi HIV, dan pengobatan kanker. Sistem kekebalan yang tertekan meningkatkan risiko bakteri dan, dalam beberapa kasus, infeksi kandung kemih virus.
  • Penggunaan jangka panjang dari kateter kandung kemih: tabung ini mungkin diperlukan pada orang dengan penyakit kronis atau pada orang dewasa yang lebih tua. Penggunaan jangka panjang kateter dapat mengakibatkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi bakteri serta kerusakan jaringan kandung kemih.

Pada laki-laki tanpa masalah kesehatan predisposisi, cystitis jarang terjadi.

Baca Juga: Infeksi Saluran Kemih: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

3. Gejala

ilustrasi cystitis pada laki-laki (avogel.co.uk)

Gejala infeksi kandung kemih mirip gejala ISK. Gejala-gejala ini bisa mencakup:

  • Sering buang air kecil: seseorang mungkin merasa perlu buang air kecil lebih sering. Beberapa orang juga mengalami urgensi (keinginan tiba-tiba untuk buang air kecil).
  • Nyeri atau sensasi terbakar saat buang air kecil: selama infeksi, seseorang mungkin mengalami ketidaknyamanan berupa rasa sakit di daerah suprapubik dan rasa terbakar saat berkemih.
  • Urine berwarna gelap atau berbau busuk.

Gejala lain yang dapat dikaitkan dengan infeksi ginjal yang lebih serius meliputi:

  • Demam (suhu di atas 37,7 derajat Celcius)
  • Menggigil atau gemetar
  • Muntah
  • Sakit pinggang

4. Diagnosis

ilustrasi sistoskopi atau cystoscopy pada laki-laki dan perempuan untuk diagnosis cystitis (urologysanantonio.com)

Apabila kamu merasa mengalami gejala cystitis, segera konsultasikan ke dokter. Selain menanyakan seputar tanda dan gejala serta riwayat kesehatan, dokter akan merekomendasikan tes tertentu, yang bisa meliputi:

  • Analisis urine: dokter akan meminta sampel urine untuk menentukan apakah terdapat bakteri, darah, atau nanah dalam urine. Bila demikian, dokter juga dapat meminta kultur bakteri urine.

  • Sistoskopi: dokter akan memasukkan sistoskop, yaitu tabung tipis dengan lampu dan kamera, melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk melihat apakah ada tanda-tanda penyakit. Dengan alat ini dokter juga bisa mengambil sampel kecil jaringan (biopsi) untuk dianalisis di laboratorium. Namun, tes ini kemungkinan tidak diperlukan jika ini adalah pertama kalinya seseorang mengalami tanda atau gejala cystitis.

  • Tes pencitraan: biasanya tes ini tidak diperlukan, tetapi dalam beberapa kasus, terutama ketika tidak ada bukti infeksi yang ditemukan, pencitraan dapat membantu. Misalnya, sinar-X atau ultrasound (USG) dapat membantu dokter menemukan penyebab potensial lain dari peradangan kandung kemih, seperti tumor atau kelainan struktural. 

5. Pengobatan

ilustrasi pengobatan cystitis (iranmedtravelling.com)

Cystitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri umumnya diobati dengan antibiotik. Pengobatan untuk cystitis tidak menular tergantung pada penyebab yang mendasarinya.

Pengobatan cystitis akibat infeksi bakteri

Antibiotik adalah pengobatan lini pertama untuk cystitis yang disebabkan oleh bakteri. Apa antibiotiknya dan perlu diminum berapa lama akan tergantung pada kesehatan pasien secara keseluruhan dan jenis bakteri yang ditemukan dalam urine.

  • Infeksi pertama kali. Gejala sering membaik secara signifikan dalam satu atau dua hari setelah pengobatan antibiotik. Namun, pasien mungkin perlu minum antibiotik selama tiga hari hingga seminggu, tergantung pada tingkat keparahan infeksi. Meski sudah merasa lebih baik, minumlah semua antibiotik yang diresepkan oleh dokter untuk memastikan infeksi benar-benar hilang.
  • Infeksi berulang. Jika seseorang memiliki ISK berulang, dokter mungkin merekomendasikan pengobatan antibiotik yang lebih lama atau merujuk pasien ke dokter yang berspesialisasi dalam gangguan saluran kemih (ahli urologi atau ahli nefrologi) untuk evaluasi, untuk melihat apakah kelainan urologis dapat menyebabkan infeksi. Untuk beberapa perempuan, meminum satu dosis antibiotik setelah berhubungan seksual mungkin dapat membantu.
  • Infeksi yang didapat di rumah sakit. Infeksi kandung kemih yang didapat di rumah sakit dapat menjadi tantangan untuk diobati karena bakteri yang ditemukan di rumah sakit sering kali resistan terhadap jenis antibiotik umum yang digunakan. Oleh karena itu, berbagai jenis antibiotik dan pendekatan pengobatan yang berbeda mungkin diperlukan.

Perempuan pascamenopause mungkin sangat rentan terhadap cystitis. Sebagai bagian dari perawatan, dokter mungkin akan mempertimbangkan pemberian krim estrogen vagina.

Mengobati cystitis interstisial

Dengan cystitis interstisial, penyebab peradangan tidak pasti, jadi tidak ada pengobatan tunggal yang paling cocok untuk setiap kasus. Terapi yang digunakan untuk meringankan tanda dan gejalanya meliputi:

  • Obat-obatan yang diminum atau dimasukkan langsung ke kandung kemih.
  • Prosedur yang memanipulasi kandung kemih untuk memperbaiki gejala, seperti meregangkan kandung kemih dengan air atau gas (distensi kandung kemih) atau pembedahan.
  • Stimulasi saraf, yaitu menggunakan tegangan listrik ringan untuk meredakan nyeri panggul dan, dalam beberapa kasus, mengurangi frekuensi buang air kecil.

Mengobati bentuk lain dari cystitis yang tidak menular

Jika pasien hipersensitif terhadap bahan kimia tertentu dalam produk seperti mandi busa atau spermisida, menghindari produk ini dapat membantu meringankan gejala dan mencegah episode cystitis lebih lanjut.

Pengobatan cystitis yang terjadi sebagai komplikasi kemoterapi atau terapi radiasi berfokus pada manajemen nyeri, biasanya dengan obat-obatan, dan hidrasi untuk menghilangkan iritan kandung kemih.

Menambahkan dari Medical News Today, untuk membantu meringankan gejala di rumah, pasien dapat mengonsumsi obat pereda nyeri seperti asetaminofen atau ibuprofen, serta minum banyak air.

Buah cranberry mengandung bahan aktif yang membantu mencegah bakteri menempel pada dinding kandung kemih. Tetapi jus atau kapsul cranberry mungkin tidak mengandung cukup bahan aktif untuk mencegah gejala.

Selama pengobatan, hindari juga konsumsi alkohol.

6. Komplikasi yang bisa terjadi

ilustrasi infeksi ginjal akibat komplikasi cystitis (rxlist.com)

Apabila diobati dengan segera dan tepat, infeksi kandung kemih jarang menyebabkan komplikasi. Namun, bila tidak diobati, ini bisa berkembang menjadi lebih serius. Komplikasi yang bisa terjadi meliputi:

  • Infeksi ginjal. Infeksi kandung kemih yang tidak diobati dapat menyebabkan infeksi ginjal atau disebut pielonefritis. Infeksi ginjal dapat merusak ginjal secara permanen. Anak-anak dan orang dewasa yang lebih tua berada pada risiko terbesar kerusakan ginjal akibat infeksi kandung kemih karena gejalanya sering diabaikan atau disalahartikan sebagai kondisi lain.

  • Darah dalam urine (hematuria). Dengan cystitis, seseorang mungkin memiliki sel darah dalam urine yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop (hematuria mikroskopis) dan biasanya sembuh dengan pengobatan. Jika sel darah tetap ada setelah perawatan, dokter mungkin akan merujuk pasien ke spesialis untuk menentukan penyebabnya. Darah dalam urine yang terlihat (hematuria gross) jarang terjadi pada cystitis bakteri, tetapi tanda ini lebih sering terjadi pada cystitis akibat kemoterapi atau radiasi.

Baca Juga: 8 Cara Mencegah dan Mengobati Infeksi Saluran Kemih

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya